Menemukan Indonesia di Wakatobi

Rabu, 02 Agustus 2023 - 05:13 WIB
loading...
A A A
Setiap mahasiswa membubuh judul masing-masing untuk renungannya selama mengikuti kegiatan ini, sehingga tajuk itu seakan-akan membingkai apa yang hendak dikisahkan. Lalu, subjudul mempersempit ruang gerak penceritaan sebagai peristiwa yang begitu menggugah, tulisan pertama bermual dari “Titik Nol Pengabdian”.

baca juga: Ustaz Abdul Somad Didaulat Jadi Duta Wisata Religi Wakatobi

Pemilihan diksi ini bukan kata-kata kosong, tetapi jiwa yang dibawa dari pondok tempat mahasiswa belajar bahwa pengabdian lahir dari sebuah hasrat yang tidak dibelenggu oleh imbalan dan dihiasi oleh ketulusan.

Penegasan Abdul Hamid Wahid selaku Rektor Unuja dalam acara MoU dengan pemerintah daerah Wakatobi meneguhkan semangat di atas. Kepercayaan mahasiswa akan ditempa oleh keyakinan yang telah diserap selama belajar dan dari sini kemanfaatan untuk khalayak adalah wujud dari akidah yang dipahami secara praktis.

Tentu, penegasan Haliana sebagai orang nomor satu tentang pembangunan daerah ditopang oleh kegiatan KKN merupakan kerja sama strategis antara dua pihak dalam menimbang kemajuan secara utuh. Apalagi, Indeks Pembangunan Manusia dilengkapi dengan IKS (Indeks Kesejahteraan Sosial) sebagai inisiatif lokal bahwa pengembangan masyarakat menimbang kegunaan pembangunan bagi pemerataan.

Selanjutnya, pembaca seperti tersihir untuk menekuri setiap kalimat, karena ia lahir dari penghayatan yang seluruh dan jujur. Misalnya, Agil menggambarkan suasana dengan hidup di kapal dan melukiskan cinta pada pandangan pertama pada Asila, teman satu kelompok.

Namun, ini bukan sekadar ungkapan klise, tetapi si lelaki mengungkapkan bahwa perempuanlah yang harus menyatakan perasaannya pertama kali. Pembalikan ini sekan-akan melawan stigma bahwa perempuan harus menunggu dan lelaki bertindak lebih dahulu.

baca juga: Pulau Binongko Wakatobi, Kampung Pandai Besi Pembuat 'Parang Setangguh Karang'

Tetapi, kisah di atas bukan romantisasi terhadap pertemuan antara orang yang berbeda jenis kelamin. Tetapi ada pesan lain, bahwa perjalanan ini hendak menunaikan tugas yang jauh lebih mulia, yakni menyatukan warga negeri ini dalam satu nafas, kenusantaraan.

Untuk itu, beberapa foto yang disertakan dalam halaman-halaman semakin meneguhkan kehendak murni tersebut. Mereka tidak hanya hadir dalam acara Maulid, tetapi juga perayaan Hari Kemerdekaan (17 Agustus) bersama warga. Di sini, batas-batas negara dan agama tidak dilihat secara diamentral dan dangkal, tetapi saling melengkapi dan sejati
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1571 seconds (0.1#10.140)