Bahas Pemenangan Pemilu 2024, 550 Caleg PKB Dapil Jakarta-Banten Kumpul di Pesantren BIMA
loading...
A
A
A
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli mengatakan, workshop ini digelar sebagai komitmen ponpesnya terhadap peranan santri dan pesantren bagi pembangunan Indonesia agar lebih powerful.
"Bina Insan Mulia ini bukan hanya pesantren tempat santri-santri mengaji. Di sini ada Sekolah Pendidikan Politik yang tujuannya memperkuat khidmat kaum santri untuk pembangunan Indonesia," kata Kiai Imjaz, sapaan akrab KH Imam Jazuli.
Menurutnya, tidak ada cara cepat untuk mengubah kondisi Indonesia menjadi lebih baik kecuali lewat jalur politik. PKB adalah satu-satunya partai yang paling jelas dan nyata memperjuangkan kepentingan umat Islam, khususnya kaum santri.
"Diakui atau tidak, PKB adalah alat politik kaum santri yang konsisten memperjuangkan kepentingan warga Nahdliyin dan pesantren. Jadi kalau sekarang ada suara-suara mau memisahkan NU dengan PKB jangan dipedulikan," katanya.
Menurut kiai penggagas gerakan "Ngaku NU Wajib Ber-PKB, Struktural Sak Karepmu" ini, keputusan politik kaum struktural sering tidak searah dengan keinginan kaum kultural. Imbasnya dalam beberapa kontestasi Pemilu, PKB seringkali dirugikan.
"Jadi, struktural tidak mendukung tidak masalah tapi jangan bawa-bawa NU ke selain PKB. Perjuangan PKB adalah ibarat khidmat seorang anak kepada orang tuanya. Tak diakui tidak apa-apa sebab khidmat anak kepada orang tua adalah kewajiban," kata Kiai Imjaz.
Ia juga menyinggung bahayanya jika tidak ada sebuah gerakan politik dari kaum Nahdliyin yang ujungnya nanti akan berdampak pada berkurangnya penganut ideologi Ahlussunnah wal Jama'ah.
"Kita lihat bagaimana di Siria, Mesir dan Saudi Arabia, Ahlussunnah wal Jamaah sempat kalah di sana. Awalnya di sana tidak ada yang peduli pada politik, jangan sampai di Indonesia hal seperti itu terjadi karena akan membuat susah pesantren. Maka, saya tegaskan lagi, PKB ini adalah alat perjuangan pesantren," katanya.
Kiai Imjaz yang juga alumnus Pesantren Lirboyo dan Universitas Al Azhar Mesir memang terlihat sangat totalitas mendukung PKB dalam memperjuangkan kepentingan santri dan pesantren.
"Bina Insan Mulia ini bukan hanya pesantren tempat santri-santri mengaji. Di sini ada Sekolah Pendidikan Politik yang tujuannya memperkuat khidmat kaum santri untuk pembangunan Indonesia," kata Kiai Imjaz, sapaan akrab KH Imam Jazuli.
Menurutnya, tidak ada cara cepat untuk mengubah kondisi Indonesia menjadi lebih baik kecuali lewat jalur politik. PKB adalah satu-satunya partai yang paling jelas dan nyata memperjuangkan kepentingan umat Islam, khususnya kaum santri.
"Diakui atau tidak, PKB adalah alat politik kaum santri yang konsisten memperjuangkan kepentingan warga Nahdliyin dan pesantren. Jadi kalau sekarang ada suara-suara mau memisahkan NU dengan PKB jangan dipedulikan," katanya.
Menurut kiai penggagas gerakan "Ngaku NU Wajib Ber-PKB, Struktural Sak Karepmu" ini, keputusan politik kaum struktural sering tidak searah dengan keinginan kaum kultural. Imbasnya dalam beberapa kontestasi Pemilu, PKB seringkali dirugikan.
"Jadi, struktural tidak mendukung tidak masalah tapi jangan bawa-bawa NU ke selain PKB. Perjuangan PKB adalah ibarat khidmat seorang anak kepada orang tuanya. Tak diakui tidak apa-apa sebab khidmat anak kepada orang tua adalah kewajiban," kata Kiai Imjaz.
Ia juga menyinggung bahayanya jika tidak ada sebuah gerakan politik dari kaum Nahdliyin yang ujungnya nanti akan berdampak pada berkurangnya penganut ideologi Ahlussunnah wal Jama'ah.
"Kita lihat bagaimana di Siria, Mesir dan Saudi Arabia, Ahlussunnah wal Jamaah sempat kalah di sana. Awalnya di sana tidak ada yang peduli pada politik, jangan sampai di Indonesia hal seperti itu terjadi karena akan membuat susah pesantren. Maka, saya tegaskan lagi, PKB ini adalah alat perjuangan pesantren," katanya.
Kiai Imjaz yang juga alumnus Pesantren Lirboyo dan Universitas Al Azhar Mesir memang terlihat sangat totalitas mendukung PKB dalam memperjuangkan kepentingan santri dan pesantren.
(abd)