Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat
loading...
A
A
A
Pada saat mendaftar pekerjaan, yang digunakan bukan ijazah, tetapi surat keterangan tersebut. Suyatno juga bertani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain bekerja sebagai pegawai negeri.
Baca Juga: Setelah Pensiun, Jenderal Mulyono Belum Terfikir Masuk Politik
Nah, Mulyono sekolah di SD Negeri Cepokosawit, terletak di ujung Desa Cepokosawit berdampingan dengan Kantor Kepala Desa. Di masa SD, Mulyono diasuh oleh sang kakek.
Selama diasuh sang kakek, Mulyono tidak ada waktu untuk belajar dan bermain seperti anak-anak yang lain. Sebab, selepas pulang sekolah, Mulyono harus membantu pekerjaan sehari-hari kakeknya yang merupakan seorang petani kolot atau tulen.
Kondisi tersebut dirasakannya sampai saat sekolah di SMP. Setelah tamat SD, Mulyono melanjutkan ke SMP Negeri Sawit, satu-satunya sekolah lanjutan pertama yang ada di Kecamatan Sawit.
Bagi Mulyono, meneruskan pendidikan yang lebih tinggi merupakan satu keharusan. Dia menyadari sepenuhnya bahwa untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi, maka pendidikan merupakan prasyarat mutiak yang harus ditempuh.
Setelah lulus SMP, Mulyono melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri I Boyolali. Pada saat masuk sekolah SMA kelas 1, Mulyono memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.
Walaupun kondisi orang tuanya serba terbatas, namun hidup di tengah-tengah mereka terasa sangatlah bahagia. Berbagai kegiatan yang ditekuninya saat SMA adalah olah raga sepak bola, bulu tangkis, dan tenis meja.
Bersepeda menjelajahi daerah-daerah lain dan mendaki gunung, di antaranya adalah mendaki Gunung Merapi dan Merbabu adalah hobi lainnya. Pulang sekolah ketika masa SMA, Mulyono tetap membantu tugas ayahnya dalam mengurus pengairan di samping membantu mengurus sawahnya.
Baca Juga: Setelah Pensiun, Jenderal Mulyono Belum Terfikir Masuk Politik
Nah, Mulyono sekolah di SD Negeri Cepokosawit, terletak di ujung Desa Cepokosawit berdampingan dengan Kantor Kepala Desa. Di masa SD, Mulyono diasuh oleh sang kakek.
Selama diasuh sang kakek, Mulyono tidak ada waktu untuk belajar dan bermain seperti anak-anak yang lain. Sebab, selepas pulang sekolah, Mulyono harus membantu pekerjaan sehari-hari kakeknya yang merupakan seorang petani kolot atau tulen.
Kondisi tersebut dirasakannya sampai saat sekolah di SMP. Setelah tamat SD, Mulyono melanjutkan ke SMP Negeri Sawit, satu-satunya sekolah lanjutan pertama yang ada di Kecamatan Sawit.
Bagi Mulyono, meneruskan pendidikan yang lebih tinggi merupakan satu keharusan. Dia menyadari sepenuhnya bahwa untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi, maka pendidikan merupakan prasyarat mutiak yang harus ditempuh.
Setelah lulus SMP, Mulyono melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri I Boyolali. Pada saat masuk sekolah SMA kelas 1, Mulyono memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.
Walaupun kondisi orang tuanya serba terbatas, namun hidup di tengah-tengah mereka terasa sangatlah bahagia. Berbagai kegiatan yang ditekuninya saat SMA adalah olah raga sepak bola, bulu tangkis, dan tenis meja.
Bersepeda menjelajahi daerah-daerah lain dan mendaki gunung, di antaranya adalah mendaki Gunung Merapi dan Merbabu adalah hobi lainnya. Pulang sekolah ketika masa SMA, Mulyono tetap membantu tugas ayahnya dalam mengurus pengairan di samping membantu mengurus sawahnya.