Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat
loading...
A
A
A
Kadang-kadang tugas yang menjadi tanggung jawab sang ayah digantikan olehnya. Contohnya, dalam mengatur air ketika hujan deras yang mengancam desanya supaya tidak banjir. Bahkan, dia sering mengambilikan kunci pintu air dalam keadaan tertentu dan juga menjaga kebersihan irigasi.
Bagi dirinya, masa anak-anak sampai usia remaja (usia SMA), banyak kenangan yang tak terlupakan. “Di masa itu, banyak pengalaman berharga,” kata Mulyono dengan sangat terharu sambil pandangannya menerawang jauh ke masa lalu yang penuh kenangan.
Mulyono ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi seperti yang dicita-citakan oleh orang tuanya setelah lulus dari SMA. Salah satu pesan yang disampaikan oleh orang tuanya adalah setelah lulus SMA harus kuliah, tidak usah pikirkan biaya, kewajiban orang tua untuk membekali supaya anaknya dapat hidup layak di masa depan.
“Orang tua saya hanya membekali pendidikan. Ojo koyo wong tuwomu ora mangan sekolahan,” kata Mulyono menirukan pesan orang tuanya.
Mulyono pun melaksanakan amanat orang tuanya tersebut dengan mendaftar kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM). Ada tiga pilihan yang diinginkannya, yaitu jurusan pertanian, peternakan, dan dokter hewan. Hal itu karena dirinya menyadari dari kampung dan keluarga petani.
Sambil menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi, dia bermain atau berlibur di rumah tantenya atau buleknya di Magelang. Nah, kebetulan pamannya atau Paleknya merupakan seorang anggota TNI AD berpangkat Sersan Dua yang berdinas di Armed 3/Tarik di Magelang.
Selama main di rumah buleknya itu, Mulyono membantu menyelesaikan tugas keseharian berupa menyapu, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengisi bak mandi, mengepel lantai, dan sebagainya. Selain itu karena buleknya membuka kantin di dekat barak prajurit dan setiap hari belanja ke pasar, maka Mulyono diajak ikut belanja ke pasar dan membawakan belanjaannya.
Suatu ketika, Mulyono yang sedang mengantar tantenya melihat sekelompok remaja berseragam yang tengah berjalan dengan gagahnya. Karena penasaran, Mulyono kemudian bertanya kepada buleknya. “Mereka itu siapa Bulek?” tanya Mulyono.
“Mereka itu taruna AKABRI,” jawab Buleknya.
Ketika melihat taruna AKABRI itu, hati Mulyono tergugah untuk menjadi seorang prajurit TNI. Dia pun mendaftar AKABRI. Keinginan hatinya bulat untuk masuk menjadi prajurit, juga didorong untuk mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara.
Bagi dirinya, masa anak-anak sampai usia remaja (usia SMA), banyak kenangan yang tak terlupakan. “Di masa itu, banyak pengalaman berharga,” kata Mulyono dengan sangat terharu sambil pandangannya menerawang jauh ke masa lalu yang penuh kenangan.
2. Pernah Diterima di UGM
Mulyono ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi seperti yang dicita-citakan oleh orang tuanya setelah lulus dari SMA. Salah satu pesan yang disampaikan oleh orang tuanya adalah setelah lulus SMA harus kuliah, tidak usah pikirkan biaya, kewajiban orang tua untuk membekali supaya anaknya dapat hidup layak di masa depan.
“Orang tua saya hanya membekali pendidikan. Ojo koyo wong tuwomu ora mangan sekolahan,” kata Mulyono menirukan pesan orang tuanya.
Mulyono pun melaksanakan amanat orang tuanya tersebut dengan mendaftar kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM). Ada tiga pilihan yang diinginkannya, yaitu jurusan pertanian, peternakan, dan dokter hewan. Hal itu karena dirinya menyadari dari kampung dan keluarga petani.
Sambil menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi, dia bermain atau berlibur di rumah tantenya atau buleknya di Magelang. Nah, kebetulan pamannya atau Paleknya merupakan seorang anggota TNI AD berpangkat Sersan Dua yang berdinas di Armed 3/Tarik di Magelang.
Selama main di rumah buleknya itu, Mulyono membantu menyelesaikan tugas keseharian berupa menyapu, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengisi bak mandi, mengepel lantai, dan sebagainya. Selain itu karena buleknya membuka kantin di dekat barak prajurit dan setiap hari belanja ke pasar, maka Mulyono diajak ikut belanja ke pasar dan membawakan belanjaannya.
Suatu ketika, Mulyono yang sedang mengantar tantenya melihat sekelompok remaja berseragam yang tengah berjalan dengan gagahnya. Karena penasaran, Mulyono kemudian bertanya kepada buleknya. “Mereka itu siapa Bulek?” tanya Mulyono.
“Mereka itu taruna AKABRI,” jawab Buleknya.
Ketika melihat taruna AKABRI itu, hati Mulyono tergugah untuk menjadi seorang prajurit TNI. Dia pun mendaftar AKABRI. Keinginan hatinya bulat untuk masuk menjadi prajurit, juga didorong untuk mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara.