Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat
loading...
A
A
A
Saat perkuliahan berjalan satu bulan, ternyata ada informasi dari teman lain untuk mengikuti tes lanjutan masuk AKABRI di Semarang. Namun, surat panggilan belum sampai di rumahnya. Dengan bekal seadanya Mulyono berangkat ke Semarang.
Dia tetap bisa mengikuti tes masuk AKABRI sambil menunggu surat panggilan datang atas kebijaksanaan dari panitia. Setelah 10 hari melaksanakan tes, akhirnya surat panggilan tes AKABRI baru datang yang dibawakan oleh pamannya.
Mulyono dinyatakan lulus dan diterima menjadi taruna AKABRI dan kuliah di UGM setelah melaksanakan rangkaian tes yang terdiri dari administrasi, kesehatan, jasmani, mentalideologi, psikotogi dan lainnya selama satu bulan di Magelang.
Mulyono tidak pernah masuk kuliah selama tiga bulan berjalan, UGM pun menanyakan hal tersebut. Namun, orang tua tidak pernah membalas karena orang kampung tidak tahu prosedurnya. Nama Mulyono pun dicoret dari status mahasiswa Fakultas Peternakan UGM setelah tiga bulan tidak terpenuhi sesuai dengan target pembayaran.
Setelah mengikuti pendidikan selama empat tahun di Akmil Magelang, Mulyono akhirnya lulus dengan predikat sepuluh terbaik. Meski masuk dalam salah satu lulusan terbaik, namun orang tuanya berpesan agar Mulyono tidak jumawa.
“Jangan jadi orang sombong, tetaplah jadi orang baik, jujur, suka membantu sesama dan jangan meninggalkan sholat serta selalu berdoa kepada Allah SWT,” pesan orang tuanya kepada Mulyono.
Mengawali karier militernya, Mulyono yang saat itu menyandang pangkat Letnan Dua (Letda) dipercaya sebagai Danton Yonif 712/Wiratama Kodam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara (Sulut) kemudian Danki Yonif 712/Wiratama dan Pasiops Yonif 712/Wiratama hingga berpangkat Kapten.
Selama bertugas Mulyono diterjunkan di beberapa daerah operasi seperti Papua dan Timor Timur sekarang bernama Timor Leste. Seiring perjalanan waktu, Mulyono berhasil membuktikan dirinya sebagai prajurit pilihan. Hal itu dibuktikan denan menjadi lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad).
Selepas mengikuti pendidikan, karier militer Mulyono terus menanjak. Mulyono kemudian dipercaya mengemban jabatan sebagai Dandim 0901/Samarinda, selanjutnya Danrem 032/Wirabraja hingga akhirnya pecah bintang dengan menjabat sebagai Dirlat Kodiklat TNI AD.
Kariernya sebagai Perwira Tinggi (Pati) di TNI pun semakin cemerlang. Bintang emas di pundaknya kembali bertambah menjadi Mayor Jenderal (Mayjen) TNI dengan menjabat sebagai Wadankodiklat TNI AD, selanjutnya Asops KSAD.
Bahkan, Mulyono menjadi orang nomor satu yang dipercaya menjaga keamanan wilayah Ibu Kota Jakarta sebagai Pangdam Jaya. Tak lama menjabat sebagai Pangdam Jaya, Mulyono diangkat menjadi Pangkostrad. Puncaknya, Mulyono diangkat sebagai KSAD, karier militer tertinggi di TNI AD.
![Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat]()
Mulyono dikenal dekat dan dicintai prajuritnya. Dalam sebuah momen, dia pernah membuang pangkat bintang empat dari seragam dinasnya agar lebih dekat dengan prajuritnya.
Peristiwa itu terjadi ketika Mulyono masih menjabat KSAD dan mendatangi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 2017. “Jadi tidak boleh, tidak boleh takut, tentara ada pimpinan bawahan, tapi kita sebagai kawan. Tentara itu team work, organisasi tentara itu ada team work kerja sama. Kamu tidak boleh takut sama saya, saya adalah kawanmu juga,” kata Mulyono.
![Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat]()
Dia sering membaur dengan anak buahnya. Kebiasaan itu dilakukannya sebagai KSAD sekaligus untuk menyemangati anak buahnya. "KSAD juga manusia, KSAD tidak makan besi, KSAD juga makan nasi. Saya tidak ingin prajurit saya ketemu dengan KSAD takut. Rangkul saja tidak papa. Minta duit tidak papa, tak kasih kalau saya punya," ujar Mulyono setiap kali bertatap muka dengan prajuritnya.
Dia pun tidak segan-segan mengangkat lengan prajurit yang berada di sebelahnya dan meletakkan di atas bahunya sambil mengepalkan tangan. "Angkatan Darat tidak bisa dipimpin dengan ketakutan tapi semangat bersama, kekuatan bersama mulai prada sampai jenderal, sampai kepala staf, jelas prajurit," pungkasnya.
Dia tetap bisa mengikuti tes masuk AKABRI sambil menunggu surat panggilan datang atas kebijaksanaan dari panitia. Setelah 10 hari melaksanakan tes, akhirnya surat panggilan tes AKABRI baru datang yang dibawakan oleh pamannya.
Mulyono dinyatakan lulus dan diterima menjadi taruna AKABRI dan kuliah di UGM setelah melaksanakan rangkaian tes yang terdiri dari administrasi, kesehatan, jasmani, mentalideologi, psikotogi dan lainnya selama satu bulan di Magelang.
Mulyono tidak pernah masuk kuliah selama tiga bulan berjalan, UGM pun menanyakan hal tersebut. Namun, orang tua tidak pernah membalas karena orang kampung tidak tahu prosedurnya. Nama Mulyono pun dicoret dari status mahasiswa Fakultas Peternakan UGM setelah tiga bulan tidak terpenuhi sesuai dengan target pembayaran.
Setelah mengikuti pendidikan selama empat tahun di Akmil Magelang, Mulyono akhirnya lulus dengan predikat sepuluh terbaik. Meski masuk dalam salah satu lulusan terbaik, namun orang tuanya berpesan agar Mulyono tidak jumawa.
“Jangan jadi orang sombong, tetaplah jadi orang baik, jujur, suka membantu sesama dan jangan meninggalkan sholat serta selalu berdoa kepada Allah SWT,” pesan orang tuanya kepada Mulyono.
Mengawali karier militernya, Mulyono yang saat itu menyandang pangkat Letnan Dua (Letda) dipercaya sebagai Danton Yonif 712/Wiratama Kodam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara (Sulut) kemudian Danki Yonif 712/Wiratama dan Pasiops Yonif 712/Wiratama hingga berpangkat Kapten.
Selama bertugas Mulyono diterjunkan di beberapa daerah operasi seperti Papua dan Timor Timur sekarang bernama Timor Leste. Seiring perjalanan waktu, Mulyono berhasil membuktikan dirinya sebagai prajurit pilihan. Hal itu dibuktikan denan menjadi lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad).
Selepas mengikuti pendidikan, karier militer Mulyono terus menanjak. Mulyono kemudian dipercaya mengemban jabatan sebagai Dandim 0901/Samarinda, selanjutnya Danrem 032/Wirabraja hingga akhirnya pecah bintang dengan menjabat sebagai Dirlat Kodiklat TNI AD.

Kariernya sebagai Perwira Tinggi (Pati) di TNI pun semakin cemerlang. Bintang emas di pundaknya kembali bertambah menjadi Mayor Jenderal (Mayjen) TNI dengan menjabat sebagai Wadankodiklat TNI AD, selanjutnya Asops KSAD.
Bahkan, Mulyono menjadi orang nomor satu yang dipercaya menjaga keamanan wilayah Ibu Kota Jakarta sebagai Pangdam Jaya. Tak lama menjabat sebagai Pangdam Jaya, Mulyono diangkat menjadi Pangkostrad. Puncaknya, Mulyono diangkat sebagai KSAD, karier militer tertinggi di TNI AD.
3. Pernah Buang Pangkat Bintang Empatnya

Mulyono dikenal dekat dan dicintai prajuritnya. Dalam sebuah momen, dia pernah membuang pangkat bintang empat dari seragam dinasnya agar lebih dekat dengan prajuritnya.
Peristiwa itu terjadi ketika Mulyono masih menjabat KSAD dan mendatangi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 2017. “Jadi tidak boleh, tidak boleh takut, tentara ada pimpinan bawahan, tapi kita sebagai kawan. Tentara itu team work, organisasi tentara itu ada team work kerja sama. Kamu tidak boleh takut sama saya, saya adalah kawanmu juga,” kata Mulyono.
%20Jenderal%20TNI%20Mulyono%20bersama%20prajurit%20Kopassus%20di%20Cijantung%2C%20Jakarta%20Timur.%20Foto%20istimewa.jpg)
Dia sering membaur dengan anak buahnya. Kebiasaan itu dilakukannya sebagai KSAD sekaligus untuk menyemangati anak buahnya. "KSAD juga manusia, KSAD tidak makan besi, KSAD juga makan nasi. Saya tidak ingin prajurit saya ketemu dengan KSAD takut. Rangkul saja tidak papa. Minta duit tidak papa, tak kasih kalau saya punya," ujar Mulyono setiap kali bertatap muka dengan prajuritnya.
Dia pun tidak segan-segan mengangkat lengan prajurit yang berada di sebelahnya dan meletakkan di atas bahunya sambil mengepalkan tangan. "Angkatan Darat tidak bisa dipimpin dengan ketakutan tapi semangat bersama, kekuatan bersama mulai prada sampai jenderal, sampai kepala staf, jelas prajurit," pungkasnya.
(rca)
Lihat Juga :