Fakta-fakta Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Nomor 3 Buang Pangkat Bintang Empat
loading...
A
A
A
Di samping itu juga terpikir bila dia kuliah bagaimana biaya ke depan karena adik-adiknya cukup banyak yang juga membutuhkan biaya yang banyak dan tentu itu akan membebani orang tua. Selain itu, Mulyono melihat bahwa para taruna yang sedang belajar di AKABRI kelihatan gagah perkasa dengan badan yang kekar, kuat, dan berpenampilan disiplin.
Tekadnya semakin bulat untuk masuk taruna AKABRI dan diwujudkan dengan bimbingan dari pamannya yang berpangkat Sersan Dua, melakukan serangkaian latihan berupa lari, push up, pull up, dan sebagainya yang tujuannya untuk pembinaan fisik dalam rangka persiapan mendaftar menjadi prajurit.
Selain itu Mulyono juga mencoba tes psikologi yang dilakukan di RSJ Magelang. Mulyono pun menyampaikan keinginan untuk menjadi Taruna AKABRI itu bapaknya. Ketika menunggu pengumuman tes masuk AKABRI, Mulyono diterima di Fakultas Peternakan UGM.
Kemudian, dia mendaftar ulang menjadi mahasiswa baru dengan menghubungi bagian akademik UGM, dengan melunasi uang kuliah satu semester. Akan tetapi, karena terbatasnya keuangan akhirnya bisa dicicil setengah semester terlebih dahulu, karena masih berharap pengumuman di AKABRI diterima.
Saat perkuliahan berjalan satu bulan, ternyata ada informasi dari teman lain untuk mengikuti tes lanjutan masuk AKABRI di Semarang. Namun, surat panggilan belum sampai di rumahnya. Dengan bekal seadanya Mulyono berangkat ke Semarang.
Dia tetap bisa mengikuti tes masuk AKABRI sambil menunggu surat panggilan datang atas kebijaksanaan dari panitia. Setelah 10 hari melaksanakan tes, akhirnya surat panggilan tes AKABRI baru datang yang dibawakan oleh pamannya.
Mulyono dinyatakan lulus dan diterima menjadi taruna AKABRI dan kuliah di UGM setelah melaksanakan rangkaian tes yang terdiri dari administrasi, kesehatan, jasmani, mentalideologi, psikotogi dan lainnya selama satu bulan di Magelang.
Mulyono tidak pernah masuk kuliah selama tiga bulan berjalan, UGM pun menanyakan hal tersebut. Namun, orang tua tidak pernah membalas karena orang kampung tidak tahu prosedurnya. Nama Mulyono pun dicoret dari status mahasiswa Fakultas Peternakan UGM setelah tiga bulan tidak terpenuhi sesuai dengan target pembayaran.
Setelah mengikuti pendidikan selama empat tahun di Akmil Magelang, Mulyono akhirnya lulus dengan predikat sepuluh terbaik. Meski masuk dalam salah satu lulusan terbaik, namun orang tuanya berpesan agar Mulyono tidak jumawa.
“Jangan jadi orang sombong, tetaplah jadi orang baik, jujur, suka membantu sesama dan jangan meninggalkan sholat serta selalu berdoa kepada Allah SWT,” pesan orang tuanya kepada Mulyono.
Tekadnya semakin bulat untuk masuk taruna AKABRI dan diwujudkan dengan bimbingan dari pamannya yang berpangkat Sersan Dua, melakukan serangkaian latihan berupa lari, push up, pull up, dan sebagainya yang tujuannya untuk pembinaan fisik dalam rangka persiapan mendaftar menjadi prajurit.
Selain itu Mulyono juga mencoba tes psikologi yang dilakukan di RSJ Magelang. Mulyono pun menyampaikan keinginan untuk menjadi Taruna AKABRI itu bapaknya. Ketika menunggu pengumuman tes masuk AKABRI, Mulyono diterima di Fakultas Peternakan UGM.
Kemudian, dia mendaftar ulang menjadi mahasiswa baru dengan menghubungi bagian akademik UGM, dengan melunasi uang kuliah satu semester. Akan tetapi, karena terbatasnya keuangan akhirnya bisa dicicil setengah semester terlebih dahulu, karena masih berharap pengumuman di AKABRI diterima.
Saat perkuliahan berjalan satu bulan, ternyata ada informasi dari teman lain untuk mengikuti tes lanjutan masuk AKABRI di Semarang. Namun, surat panggilan belum sampai di rumahnya. Dengan bekal seadanya Mulyono berangkat ke Semarang.
Dia tetap bisa mengikuti tes masuk AKABRI sambil menunggu surat panggilan datang atas kebijaksanaan dari panitia. Setelah 10 hari melaksanakan tes, akhirnya surat panggilan tes AKABRI baru datang yang dibawakan oleh pamannya.
Mulyono dinyatakan lulus dan diterima menjadi taruna AKABRI dan kuliah di UGM setelah melaksanakan rangkaian tes yang terdiri dari administrasi, kesehatan, jasmani, mentalideologi, psikotogi dan lainnya selama satu bulan di Magelang.
Mulyono tidak pernah masuk kuliah selama tiga bulan berjalan, UGM pun menanyakan hal tersebut. Namun, orang tua tidak pernah membalas karena orang kampung tidak tahu prosedurnya. Nama Mulyono pun dicoret dari status mahasiswa Fakultas Peternakan UGM setelah tiga bulan tidak terpenuhi sesuai dengan target pembayaran.
Setelah mengikuti pendidikan selama empat tahun di Akmil Magelang, Mulyono akhirnya lulus dengan predikat sepuluh terbaik. Meski masuk dalam salah satu lulusan terbaik, namun orang tuanya berpesan agar Mulyono tidak jumawa.
“Jangan jadi orang sombong, tetaplah jadi orang baik, jujur, suka membantu sesama dan jangan meninggalkan sholat serta selalu berdoa kepada Allah SWT,” pesan orang tuanya kepada Mulyono.