Menakar Kans Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar: Duet Trengginas atau Tak Bertaji?
loading...
A
A
A
“Tetapi menurut saya, itu hanya persoalan teknis, bagaimana mempopulerkan beliau. Kalau pasangan ini (Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar, red) jadi nyata di pilpres mendatang, saya menilai bisa trengginas. Karena dengan karakter terbuka yang dimiliki Kiai Nas akan mengatrol suara umat Islam untuk Ganjar,” pungkasnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo. Dia menilai peluang Nasaruddin Umar kecil berpasangan dengan Ganjar Pranowo.
“Walaupun dia (Nasaruddin Umar, red) dari Nahdlatul Ulama, Islam, dan kemudian jadi pasangan nasionalis-religius, tapi sepertinya peluang beliau kecil,” imbuhnya.
Sebab, kata dia, posisi Ganjar saat ini tidak seperti periode kedua Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin, tidak butuh konsolidasi elite yang kuat. “Pak Ganjar sekarang butuh konsolidasi elite yang kuat dan Pak Nasaruddin Umar ini secara politik agak repot, pegangannya cuma PPP, kalaupun menang agak susah nanti konsolidasi elitenya,” ujarnya.
Namun, diakuinya bahwa Nasaruddin Umar bisa menutup serangan atau isu-isu agama terhadap Ganjar. Menurut dia, hal tersebut sisi positifnya jika Nasaruddin Umar menjadi cawapres pendamping Ganjar. “Ini bisa jadi formulasi yang sama ketika Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin berpasangan, tapi kan kondisinya berbeda hari ini,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Partai-partai pendukung pasangan nomor urut 1 ini bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
Partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin adalah PDIP, Partai Golkar, Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Nasdem, Partai Hanura, PKPI, dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Pasangan Jokowi-Ma'ruf ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2019. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), Jokowi-Ma'ruf meraih 85.607.362 suara atau 55,50 persen.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
Nasaruddin Umar Bisa Tutup Isu-isu Agama terhadap Ganjar
Pendapat berbeda disampaikan oleh Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo. Dia menilai peluang Nasaruddin Umar kecil berpasangan dengan Ganjar Pranowo.
“Walaupun dia (Nasaruddin Umar, red) dari Nahdlatul Ulama, Islam, dan kemudian jadi pasangan nasionalis-religius, tapi sepertinya peluang beliau kecil,” imbuhnya.
Sebab, kata dia, posisi Ganjar saat ini tidak seperti periode kedua Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin, tidak butuh konsolidasi elite yang kuat. “Pak Ganjar sekarang butuh konsolidasi elite yang kuat dan Pak Nasaruddin Umar ini secara politik agak repot, pegangannya cuma PPP, kalaupun menang agak susah nanti konsolidasi elitenya,” ujarnya.
Namun, diakuinya bahwa Nasaruddin Umar bisa menutup serangan atau isu-isu agama terhadap Ganjar. Menurut dia, hal tersebut sisi positifnya jika Nasaruddin Umar menjadi cawapres pendamping Ganjar. “Ini bisa jadi formulasi yang sama ketika Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin berpasangan, tapi kan kondisinya berbeda hari ini,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Partai-partai pendukung pasangan nomor urut 1 ini bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
Partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin adalah PDIP, Partai Golkar, Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Nasdem, Partai Hanura, PKPI, dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Pasangan Jokowi-Ma'ruf ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2019. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), Jokowi-Ma'ruf meraih 85.607.362 suara atau 55,50 persen.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(rca)