Cerita ART Bisa Sekolah dan Berijazah Berkat Ganjar
loading...
A
A
A
BOYOLALI - Sekolah virtual yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mampu mewujudkan mimpi asisten rumah tangga (ART) untuk bersekolah dan miliki ijasah tingkat menengah atas. Hal itu dialami oleh Adek Wulandari Helmalia Putri dan Afriliya Iin Lestari, siswa sekolah virtual di SMAN 1 Kemusu, Kabupaten Boyolali.
Kedua siswa tersebut mulanya memilih merantau ke Solo untuk bekerja sebagai ART pada tahun 2020. Karena keinginnya melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP kandas akibat keterbatasan biaya.
Orang tua mereka hanyalah buruh tani di desanya. Pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, itu pun pas-pasan.
Tapi, program sekolah tanpa sekat yang digagas Gubernur Ganjar, kembali memberi pintu masa depan kehidupan Wulan dan Afriliya. Keduanya pun dapat menempuh pendidikan tanpa meninggalkan pekerjaan sebagai ART.
"Waktu lulus SMP itu, saya memilih bekerja jadi ART di daerah Solo, karena mau lanjut sekolah tidak ada biaya," kisah Afriliya.
Sebenarnya, bekerja menjadi ART bukan pilihan, namun kondisi ekonomi keluarga yang memaksanya harus merantau di kota tetangga.
"Alhamdulillah ada program sekolah virtual. Saya mendaftar gratis, malah dapat hape dan kuota. Saya bisa sekolah sambil kerja," imbuhnya.
Tiga tahun telah ditempuh, kini Afriliya dinyatakan lulus sekolah. Ijasah yang diterimanya pun sama dengan sekolah reguler lainnya.
"Ijasah reguler, ya lulusan SMAN 1 Kemusu. Nantinya ijasah buat mencari pekerjaan yang lebih baik," paparnya.
Hal serupa juga disampaikan Adek Wulandari Helmalia Putri. Warga Desa Benteran Kecamatan Kemusu tersebut ingin bekerja di sebuah butiq dengan modal ijasah tingkat SMA tang diperolrh dari sekolah virtual.
"Saya kerja jadi ART di Solo. Saya sekarang sudah lulus sekolah virtual yang digagas Pak Ganjar. Nanti ijasah buat ngelamar kerja di butiq," paparnya.
Ditambahkannya, ijasah yang dimilikinya itu diharapkan mampu membawa ke kehidupan yang lebih layak.
"Iya, buat kerja yang lebih baik untuk membantu orang tua," ucapnya.
Sementara itu, Sri Subekti, Ketua Prorgam Kelad Virtual SMAN 1 Kemusu, menuturkan bahwa sekolah virtual diperuntukkan bagi siswa yang kurang mampu, putus sekolah, terutama yang sudab bekerja. "Sekolab virtual ini untuk membuka akses pendidikan bagi siswa kurang mampu ya g sudah bekerja," tuturnya.
Sistem pembelajarannya dilakukan jarak jauh menggunakan aplikasi Kelas Jateng dari Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPTIK) Provinsi Jawa Tengah.
"Kelas ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Jadi siswa itu bisa sekolah sambil bekerja," katanya.
Seperti diketahui, sekolah virtual telah diluncurkan sejak 13 Oktober 2020 lalu. Tujuannya untuk membuka lebar akses pendidikan bagi anak dari keluarga kurang mampu, putus sekolah, terutama yang sudah bekerja.
Dari data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, sekolah virtual diterapkan di dua sekolah, yakni SMAN 1 Kemusu Boyolali dan SMAN 3 Brebes. Saat ini, total siswa sekolah virtual sebanyak 196, dan 68 siswa di antaranya dinyatakan lulus tahun ini.
Kedua siswa tersebut mulanya memilih merantau ke Solo untuk bekerja sebagai ART pada tahun 2020. Karena keinginnya melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP kandas akibat keterbatasan biaya.
Orang tua mereka hanyalah buruh tani di desanya. Pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, itu pun pas-pasan.
Tapi, program sekolah tanpa sekat yang digagas Gubernur Ganjar, kembali memberi pintu masa depan kehidupan Wulan dan Afriliya. Keduanya pun dapat menempuh pendidikan tanpa meninggalkan pekerjaan sebagai ART.
"Waktu lulus SMP itu, saya memilih bekerja jadi ART di daerah Solo, karena mau lanjut sekolah tidak ada biaya," kisah Afriliya.
Sebenarnya, bekerja menjadi ART bukan pilihan, namun kondisi ekonomi keluarga yang memaksanya harus merantau di kota tetangga.
"Alhamdulillah ada program sekolah virtual. Saya mendaftar gratis, malah dapat hape dan kuota. Saya bisa sekolah sambil kerja," imbuhnya.
Tiga tahun telah ditempuh, kini Afriliya dinyatakan lulus sekolah. Ijasah yang diterimanya pun sama dengan sekolah reguler lainnya.
"Ijasah reguler, ya lulusan SMAN 1 Kemusu. Nantinya ijasah buat mencari pekerjaan yang lebih baik," paparnya.
Hal serupa juga disampaikan Adek Wulandari Helmalia Putri. Warga Desa Benteran Kecamatan Kemusu tersebut ingin bekerja di sebuah butiq dengan modal ijasah tingkat SMA tang diperolrh dari sekolah virtual.
"Saya kerja jadi ART di Solo. Saya sekarang sudah lulus sekolah virtual yang digagas Pak Ganjar. Nanti ijasah buat ngelamar kerja di butiq," paparnya.
Ditambahkannya, ijasah yang dimilikinya itu diharapkan mampu membawa ke kehidupan yang lebih layak.
"Iya, buat kerja yang lebih baik untuk membantu orang tua," ucapnya.
Sementara itu, Sri Subekti, Ketua Prorgam Kelad Virtual SMAN 1 Kemusu, menuturkan bahwa sekolah virtual diperuntukkan bagi siswa yang kurang mampu, putus sekolah, terutama yang sudab bekerja. "Sekolab virtual ini untuk membuka akses pendidikan bagi siswa kurang mampu ya g sudah bekerja," tuturnya.
Sistem pembelajarannya dilakukan jarak jauh menggunakan aplikasi Kelas Jateng dari Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPTIK) Provinsi Jawa Tengah.
"Kelas ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Jadi siswa itu bisa sekolah sambil bekerja," katanya.
Seperti diketahui, sekolah virtual telah diluncurkan sejak 13 Oktober 2020 lalu. Tujuannya untuk membuka lebar akses pendidikan bagi anak dari keluarga kurang mampu, putus sekolah, terutama yang sudah bekerja.
Dari data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, sekolah virtual diterapkan di dua sekolah, yakni SMAN 1 Kemusu Boyolali dan SMAN 3 Brebes. Saat ini, total siswa sekolah virtual sebanyak 196, dan 68 siswa di antaranya dinyatakan lulus tahun ini.
(ars)