Menanti Kepastian Poros Koalisi Politik Pilpres 2024

Sabtu, 06 Mei 2023 - 18:35 WIB
loading...
Menanti Kepastian Poros Koalisi Politik Pilpres 2024
Hendra Alfani, Pengajar FISIP Universitas Baturaja, Sumatera Selatan. Foto/Istimewa
A A A
Hendra Alfani
Pengajar FISIP Universitas Baturaja, Sumatera Selatan

GANJAR Pranowo sudah dibacapreskan oleh PDIP, 21 April lalu di Istana Batu Tulis. Pascapencapresan Ganjar di luar perkiraan waktu tunggu hingga Juni 2023, memang agak mengejutkan parpol dan para elite politik. Pencapresan Ganjar oleh PDIP, tak ayal bukan hanya mengubah peta politik, tetapi juga menyebabkan eskalasi politik makin menderas.

PPP dalam Rapimnas V di Yogyakarta (Selasa/25/4/2023), dengan terang sudah menyatakan mendukung dan ikut mencapreskan Ganjar, dan diduga akan "menyodorkan" Sandiaga Uno sebagai bacawapresnya. Dukungan PPP itu semakin diperkuat ketika Mardiono bertemu Megawati di DPP PDIP, hari Minggu lalu (30/4/2023).

Setelah PPP deklarasi dukung Ganjar di Rapimnas V Yogyakarta (25/04/2023), seperti diketahui publik, sinyal itu menguat ketika "tiba-tiba" Sandi bertemu Ganjar di Semarang dalam Rapat Koordinasi Daerah dan Pleno TPAKD se-Jateng yang diadakan oleh OJK. Sandi disinyalir akan bergabung dengan PPP, sesudah menyatakan mundur sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra.

Lalu bagaimana posisi PPP di KIB? Apakah KIB akan bubar? Mardiono, Plt Ketua Umum PPP, secara politis menyatakan bahwa tugas PPP adalah mengajak PAN dan Golkar bergabung dengan PDIP untuk mendukung Ganjar. Mardiono yakin, bahwa nanti Golkar dan PAN akan mengikuti jejak PPP bergabung mendukung Ganjar.

Merespons langkah politik PPP, Ketum PAN, Zulkifli Hasan menghormati pilihan itu. PAN tidak dapat mengintervensi pilihan politik PPP, dan tidak mempersoalkannya. Zulhas juga menyatakan bahwa pilihan PPP secara resmi ikut PDIP mencapreskan Ganjar, sudah dikomunikasikan dengan PAN dan Golkar. PAN tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengusung bacapres dan bacawapres.

Pada hari Kamis (27/4/2023), Ketum Golkar, PAN dan PPP menggelar pertemuan di rumah Airlangga. Pascapertemuan itu, ketiga Ketum sepakat menyatakan bahwa KIB tidak bubar, tetap saling menghormati mekanisme dan keputusan masing-masing internal partai. Airlangga mengatakan bahwa KIB tetap solid, guyub dan rukun. Pernyataan itu diamini oleh Zulhas yang menegaskan bahwa KIB solid, harmonis, dan kuat.

Pertemuan itu sepertinya juga menjadi ajang klarifikasi Golkar dan PAN terhadap sikap dan keputusan politik PPP ikut mendukung pencapresan Ganjar oleh PDIP. Bagaimanapun situasinya, walau dinyatakan KIB solid, guyub, rukun, harmonis, dan kuat, sepertinya tak lebih dari pernyataan politik. Faktanya, PPP sudah "berbeda" jalan dengan turut mencapreskan Ganjar.

Tak kalah dengan PPP, Airlangga sebagai Ketum Golkar, secara mengejutkan melakukan manuver politik dengan bertemu SBY dan AHY di Puri Cikeas (29/4/2024). Pertemuan ini diduga sebagai upaya politik antara Demokrat dan Golkar untuk menjajaki kemungkinan membentuk poros koalisi baru. Jika kedua partai ini bergabung maka terpenuhi syarat PT-nya mencapai 24 persen, artinya dapat mengusung capres dan cawapres. Atau paling tidak dapat menarik parpol lain untuk bergabung.

Apakah pertemuan Airlangga dengan SBY-AHY akan mengganggu stabilitas Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) antara Nasdem, Demokrat, dan PKS yang sudah ditandatangani 25 Maret 2023 lalu? Pascapertermuan itu belum ada komentar dari Nasdem dan PKS. Bisa jadi pertemuan antara Airlangga dengan SBY-AHY sebagai langkah politik menarik Golkar untuk bergabung dengan KPP.

Pergerakan politik tentu makin dinamis. KPP memang sudah bersepakat mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres. Namun belum sepakat siapa yang akan menjadi bacawapres pendamping Anies. Dan tentu saja belum secara resmi-terbuka mendeklarasikan eksisntensi KPP, termasuk KPP juga belum mendeklarasikan Anies secara resmi bersama duduk satu meja, dan siapa bacawapresnya juga masih alot dibicarakan.

Lalu bagaimana dengan langkah politik yang akan ditempuh oleh Prabowo-Gerindra dan PKB-Cak Imin dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR)? Gerindra tetap kukuh mencapreskan Prabowo, tetapi belum tentu menggandeng Cak Imin sebagai cawapresnya. Ikatan politiknya masih sangat cair, pun demikian dengan kemungkinan Prabowo-Cak Imin berpasangan masih misteri.

Prabowo sempat diwacanakan menjadi cawapresnya Ganjar. Tapi secara diplomatis Prabowo menangkis dugaan itu dengan menyatakan bahwa elektabilitasnya sebagai capres makin tinggi dan partainya "agak kuat". Makin dekat atau sebalik makin menjauh titik pertemuan Prabowo-Cak Imin tergantung realitas politik yang terus bergerak dinamis.

Jika Prabowo misalnya memilih menjadi cawapresnya Ganjar, atau Prabowo tetap kukuh ingin maju jadi capres tapi tidak berpasangan dengan Cak Imin sebagai cawapres. Tentu eksistensi Koalisi KIR akan terancam. Namun, jika ruang gerak politik keduanya makin sempit, dan akhirnya terjadi kesepakatan Prabowo-Cak Imin maju berpasangan, ini juga tidak mudah.

Ada banyak faktor politik, elektabilitas, sebaran wilayah suara dukungan pemilih, dukungan NU dan faktor-faktor teknis politis lainnya, tentu juga wajib hukumnya dipertimbangkan oleh Prabowo-Gerindra dan Cak Imin-PKB, jika ingin memenangkan kontestasi Pilpres dan Pileg 2024.

Tentu, yang perlu juga "diwaspadai" oleh Prabowo-Gerindra, karena alotnya kepastian diantara keduanya, bisa saja PKB dan Cak Imin memilih langkah politik sendiri. Misalnya menyusul PPP merapat ke PDIP, atau mengikuti manuver Golkar menjajaki poros politik yang sudah dibangun oleh KPP.

Hingga saat ini, pergerakan dinamika komunikasi politik masih terus berlangsung. PPP "ancam" akan tetap di KIB jika capresnya sama yaitu Ganjar. Golkar menyebut bahwa KIB sedang menghadapi ujian, setelah PPP, PAN juga berpotensi hengkang dari KIB. Setelah bertemu dengan SBY-AHY, Airlangga kemudian melanjutkan manuver politiknya dengan bertemu Aburizal Bakrie dan Prabowo. Cak Imin-PKB bertemu AHY dan mencoba menggoda "iman" Demokrat.

Anies telah bertemu dengan Tim 8 KPP, dan menyebutkan bahwa cawapres Anies sudah mengerucut ke lima nama yang masih dirahasiakan dengan lima skenario politik dan baru akan diumumkan Juli mendatang. Bersamaan dengan itu, Surya Paloh bertemu dengan Luhut Binsar. Dalam pertemuan itu, Luhut mengaku telah memberikan saran kepada Paloh, siapa cawapres yang tepat sebagai pendamping Anies. Namun Luhut enggan menyebut nama cawapres yang diusulkannya.

Semua masih penuh dengan teka-teki, sekaligus masih serba mungkin. Tetapi harus diakui, pencapresan Ganjar oleh PDIP dan ikut didukung oleh PPP, secara teknis-politis telah mengubah peta dan arah koalisi parpol yang akan mengusung capres dan cawapres masing-masing. Tujuan akhirnya tentu kepastian politik. Ke mana akhirnya pilihan koalisi akan dilabuhkan, dan siapa capres dan cawapres yang cocok diusung bersama.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)