Inovasi di Tengah Pandemi, dari APD hingga Robot Tenaga Medis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wabah corona (Covid-19) menempatkan masyarakat dunia dalam krisis kesehatan terburuk setelah wabah flu Spanyol (1918). Persaingan mendapatkan berbagai alat kesehatan (alkes), alat pelindung diri (APD) , hingga obat-obatan tak dapat terelakkan. Setiap negara dituntut mandiri agar bisa bertahan.
Pada awal masa pandemi Covid-19 di Tanah Air, kabar kekurangan APD bagi tenaga medis bukan hal baru. Terasa memiriskan hati memang. Betapa tidak, mereka yang berada di garda terdepan melawan virus baru harus memakai APD seadanya. Tak jarang para tenaga medis harus memakai jas hujan, agar terlindung dari Covid-19 yang diketahui mudah menular. Pun dengan ketersediaan masker.
Sempat dibingungkan dengan informasi jika orang sehat tak perlu masker, publik kelabakan saat penutup mulut dan hidung langka di pasaran. Kondisi serupa juga terjadi pada ketersediaan alat-alat kesehatan seperti ventilator, reagen untuk tes PCR, serta ketersediaan laboratorium untuk mengetahui hasil swab. Semua serbakekurangan.
“Masih banyak keluhan mengenai yang berkaitan dengan kelangkaan APD. Perlu saya sampaikan bahwa sekarang ini 180 negara kurang-lebih, semuanya berebutan untuk mendapatkan baik itu APD, baik itu masker, baik itu sanitizer, semuanya, semua negara," kata Presiden Jokowi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020).
Dengan berbagai keterbatasan tersebut, pemerintah mendorong agar industri dalam negeri mulai berusaha memenuhi kebutuhan akan APD, alkes, hingga obat-obatan saat wabah Covid-19. Dorongan ini disambut oleh kalangan swasta, pengelola BUMN, peneliti, hingga perguruan tinggi untuk berlomba menciptakan berbagai produk APD, alkes, hingga obat untuk menekan wabah Covid-19 di Tanah Air. (Baca: Ini Penyebab Jumlah Positif Covid di Indonesia Lampaui China)
Terbaru, Tim Robotik Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil menciptakan robot pengganti tenaga medis untuk melayani pasien Covid-19. Bernama Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA), robot itu berbentuk seperti rak yang biasa digunakan suster mengantar makanan dan obat-obatan pasien di rumah sakit. Bedanya, robot rak makanan itu bisa berjalan sendiri sehingga aman saat mengantar kebutuhan pasien penyakit menular, seperti Covid-19.
Robot tersebut untuk pertama kali diperkenalkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di rumah dinasnya, Minggu (19/7/2020). Selain demonstrasi, tim robotik Polines juga meminta masukan dari orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Ganjar mengapresiasi inovasi robot yang diciptakan Polines itu.
Dengan robot tersebut, pasien Covid-19 dapat dilayani dengan baik tanpa ada sentuhan langsung dengan tenaga medis lainnya. "Ini bagus. Kelebihannya menggantikan perawat sehingga tidak bersentuhan langsung (dengan pasien penyakit menular), sehingga melindungi tenaga medis kita. Ini juga bisa mengurangi penggunaan APD," ujar Gubernur.
Salah satu pembuat robot RAMA, Abbas Kiarostami, mengatakan ide pembuatan robot itu awalnya lantaran prihatin dengan banyaknya tenaga medis yang gugur saat menjalankan tugasnya melayani pasien Covid-19. Selain itu, penggunaan APD yang sangat tinggi membuat banyak rumah sakit kekurangan APD. "Jadi, kami berinovasi membuat robot ini agar kontak pasien dengan tenaga medis bisa dikurangi. Dengan robot ini, semua kebutuhan pasien bisa diantar dengan jarak jauh tanpa harus bersinggungan langsung. Selain praktis dan aman, juga bisa mengurangi penggunaan APD," kata Abbas. (Baca juga: Miris, Usai Penguburan Pasien Covid-19 Limbah APD Berserakan)
Sebelumnya, teknologi serupa juga dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair). Dua perguruan tinggi terkemuka ini meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Airlangga (RAISA). Robot pelayan pasien Covid-19 ini juga sekalian diserahterimakan kepada RS Universitas Airlangga (RSUA) di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (14/4).
Pada awal masa pandemi Covid-19 di Tanah Air, kabar kekurangan APD bagi tenaga medis bukan hal baru. Terasa memiriskan hati memang. Betapa tidak, mereka yang berada di garda terdepan melawan virus baru harus memakai APD seadanya. Tak jarang para tenaga medis harus memakai jas hujan, agar terlindung dari Covid-19 yang diketahui mudah menular. Pun dengan ketersediaan masker.
Sempat dibingungkan dengan informasi jika orang sehat tak perlu masker, publik kelabakan saat penutup mulut dan hidung langka di pasaran. Kondisi serupa juga terjadi pada ketersediaan alat-alat kesehatan seperti ventilator, reagen untuk tes PCR, serta ketersediaan laboratorium untuk mengetahui hasil swab. Semua serbakekurangan.
“Masih banyak keluhan mengenai yang berkaitan dengan kelangkaan APD. Perlu saya sampaikan bahwa sekarang ini 180 negara kurang-lebih, semuanya berebutan untuk mendapatkan baik itu APD, baik itu masker, baik itu sanitizer, semuanya, semua negara," kata Presiden Jokowi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020).
Dengan berbagai keterbatasan tersebut, pemerintah mendorong agar industri dalam negeri mulai berusaha memenuhi kebutuhan akan APD, alkes, hingga obat-obatan saat wabah Covid-19. Dorongan ini disambut oleh kalangan swasta, pengelola BUMN, peneliti, hingga perguruan tinggi untuk berlomba menciptakan berbagai produk APD, alkes, hingga obat untuk menekan wabah Covid-19 di Tanah Air. (Baca: Ini Penyebab Jumlah Positif Covid di Indonesia Lampaui China)
Terbaru, Tim Robotik Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil menciptakan robot pengganti tenaga medis untuk melayani pasien Covid-19. Bernama Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA), robot itu berbentuk seperti rak yang biasa digunakan suster mengantar makanan dan obat-obatan pasien di rumah sakit. Bedanya, robot rak makanan itu bisa berjalan sendiri sehingga aman saat mengantar kebutuhan pasien penyakit menular, seperti Covid-19.
Robot tersebut untuk pertama kali diperkenalkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di rumah dinasnya, Minggu (19/7/2020). Selain demonstrasi, tim robotik Polines juga meminta masukan dari orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Ganjar mengapresiasi inovasi robot yang diciptakan Polines itu.
Dengan robot tersebut, pasien Covid-19 dapat dilayani dengan baik tanpa ada sentuhan langsung dengan tenaga medis lainnya. "Ini bagus. Kelebihannya menggantikan perawat sehingga tidak bersentuhan langsung (dengan pasien penyakit menular), sehingga melindungi tenaga medis kita. Ini juga bisa mengurangi penggunaan APD," ujar Gubernur.
Salah satu pembuat robot RAMA, Abbas Kiarostami, mengatakan ide pembuatan robot itu awalnya lantaran prihatin dengan banyaknya tenaga medis yang gugur saat menjalankan tugasnya melayani pasien Covid-19. Selain itu, penggunaan APD yang sangat tinggi membuat banyak rumah sakit kekurangan APD. "Jadi, kami berinovasi membuat robot ini agar kontak pasien dengan tenaga medis bisa dikurangi. Dengan robot ini, semua kebutuhan pasien bisa diantar dengan jarak jauh tanpa harus bersinggungan langsung. Selain praktis dan aman, juga bisa mengurangi penggunaan APD," kata Abbas. (Baca juga: Miris, Usai Penguburan Pasien Covid-19 Limbah APD Berserakan)
Sebelumnya, teknologi serupa juga dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair). Dua perguruan tinggi terkemuka ini meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Airlangga (RAISA). Robot pelayan pasien Covid-19 ini juga sekalian diserahterimakan kepada RS Universitas Airlangga (RSUA) di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (14/4).