Jepang Akan Buang Limbah Nuklir ke Laut, PRFN Soroti Masalah Radioaktif
loading...
A
A
A
"Untuk efek pada pengairan, paparan radiasi yang mirip dengan radioaktif pada alam tetaplah ada. Contohnya kecelakaan kapal selam, padahal radioaktivitas tidak sangat mayor atau terkena efek pengenceran," ucapnya.
Jika paparan radiasi semakin tinggi, periset dapat menyampaikan kekhawatiran ini secara langsung pada Jepang. Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) akan selalu mengawasi kondisi tersebut.
Menurut Pak Dhandhang, di Sulawesi, ada daerah yang memiliki radioaktif melebihi rata-rata. Kemungkinan, di bawahnya mengandung mineral-mineral, seperti uranium, thorium, dan sebagainya.
"Di Bangka Belitung, juga mengandung mineral seperti itu, sehingga radiasinya sudah ada. Bahkan, ketika Anda menggunakan handphone, bisa terpapar radiasi dari gelombang elektromagnetik. Sama dengan radioaktif nuklir, tidak ada yang benar-benar 0, tapi juga tidak boleh dianggap enteng," ungkapnya.
Dhandhang berharap untuk kondisi yang akan datang, semua institusi pengamatan, pengawasan, teknologi, dan metode-metodenya harus segera dilengkapi. Indonesia harus mandiri untuk mengadakan alat-alatnya sendiri. Pihak internasional juga membantu negara yang ingin selamat dari nuklir.
"Jika nuklir bukan untuk maksud-maksud militer, pasti akan dibantu," simpul Kepala PRFN tersebut.
Dengan perkembangan zaman, nuklir telah banyak digunakan. Pemerintah harus mengumumkan penggunaan nuklir secara safety di laut. "Dampak nuklir memang berbahaya dan badan penanganan nuklir bersama-sama dapat mengatasinya," tutupnya.
Jika paparan radiasi semakin tinggi, periset dapat menyampaikan kekhawatiran ini secara langsung pada Jepang. Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) akan selalu mengawasi kondisi tersebut.
Menurut Pak Dhandhang, di Sulawesi, ada daerah yang memiliki radioaktif melebihi rata-rata. Kemungkinan, di bawahnya mengandung mineral-mineral, seperti uranium, thorium, dan sebagainya.
"Di Bangka Belitung, juga mengandung mineral seperti itu, sehingga radiasinya sudah ada. Bahkan, ketika Anda menggunakan handphone, bisa terpapar radiasi dari gelombang elektromagnetik. Sama dengan radioaktif nuklir, tidak ada yang benar-benar 0, tapi juga tidak boleh dianggap enteng," ungkapnya.
Dhandhang berharap untuk kondisi yang akan datang, semua institusi pengamatan, pengawasan, teknologi, dan metode-metodenya harus segera dilengkapi. Indonesia harus mandiri untuk mengadakan alat-alatnya sendiri. Pihak internasional juga membantu negara yang ingin selamat dari nuklir.
"Jika nuklir bukan untuk maksud-maksud militer, pasti akan dibantu," simpul Kepala PRFN tersebut.
Dengan perkembangan zaman, nuklir telah banyak digunakan. Pemerintah harus mengumumkan penggunaan nuklir secara safety di laut. "Dampak nuklir memang berbahaya dan badan penanganan nuklir bersama-sama dapat mengatasinya," tutupnya.
(maf)