Pilkada Kota Solo, Lenggang Kangkung Langkah Putra Jokowi
loading...
A
A
A
Namun, pengunduran diri ditolak oleh anak ranting, ranting, PAC, dan DPC PDIP Solo sebagai pihak yang mengusulkan ke DPP PDIP, sehingga praktis Achmad Purnomo kembali bersaing dengan Gibran untuk memperebutkan rekomendasi. Pengamat politik Universitas Sebelas Maret Solo Agus Riewanto menilai sikap DPC PDIP Solo yang menolak pengunduran diri Achmad Purnomo sebagai bakal calon wali kota merupakan langkah tepat. (Baca juga: Bekerja di Riau, Lima Warga Sumsel Positif Covid-19)
DPC PDIP Solo dinilai juga tengah menegakkan kewibawaannya. “Kalau dilihat dari roda organisasi kepartaian, apa yang dilakukan DPC PDIP Solo itu benar. Seseorang menjadi calon itu kan ditentukan partai politik. Begitu dicalonkan partai politik, maka dianggap berkontrak politik dengan partai itu,” kata Agus Riewanto. Begitu mengundurkan diri, maka tidak diperkenankan karena sifatnya pribadi.
Dirinya juga menilai mundurnya Achmad Purnomo sebagai bakal calon wali kota Solo bukan sekadar tidak setuju pilkada digelar saat pandemi wabah Covid-19. Munculnya putra sulung Presiden Jokowi sebagai pesaing mengakibatkan peluangnya mendapat rekomendasi dari DPP PDIP semakin tipis. "Saya membaca dari aspek politik, dilihat dari gesture dan pesan-pesan politik di balik itu, dia ingin mengatakan simbolik bahwa Pilkada Solo telah selesai,” ungkapnya.
Hadirnya Gibran secara politik kalkulatif membuatnya tidak berpeluang untuk direkomendasi PDIP sebagai calon wali kota Solo, sehingga besar kemungkinan pesan politik yang mau disampaikan adalah daripada martabatnya turun karena tidak mendapat rekomendasi maka lebih baik menyatakan mundur terlebih dahulu. Adanya pandemi wabah Covid-19 menjadi momen sebagai alasan kultural bentuk kearifannya. Sebagai orang tua, kata Agus, Purnomo memandang hal itu bukan sebagai bentuk kompetisi.
Karena itu, dia lebih baik mundur mengingat secara politik tidak memungkinkan mendapat rekomendasi, sehingga Achmad Purnomo dinilai tengah menyampaikan realitas politik yang tengah dihadapi saat ini. Berkompetisi dengan Gibran sebagai anak presiden, dianggap sangat berat karena secara politik gennya lebih tinggi, seperti aspek popularitas, dukungan politik, dan lainnya. Dengan begitu, untuk memenangkan rekomendasi DPP PDIP diusung sebagai calon wali kota, tentunya sangat berat.
Setelah permohonannya ditolak, Achmad Purnomo bersedia kembali maju sebagai bakal calon. Pernak-pernik persaingan makin dibumbui dengan klaim dukungan dari kelompok masyarakat. Suasana semakin menghangat menjelang pengumuman dari DPP PDIP terkait rekomendasi calon wali kota Solo yang akan diusung. Terlebih sehari sebelumnya, telah beredar pesan berantai melalui WhatsApp terkait nama yang memperoleh rekomendasi.
Dalam pesan itu, yang meraih rekomendasi adalah Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wali kota Solo dan Teguh Prakosa sebagai calon wakil wali kota Solo. Teguh Prakosa sendiri merupakan bakal calon wakil wali kota Solo yang sebelumnya diduetkan dengan Achmad Purnomo. Kepastian itu semakin menguat ketika Gibran dan Teguh mengakui mendapat undangan dari DPP PDIP untuk mendapat rekomendasi. (Baca juga: UI Berduka Atas Wafatnta Sapardi, sang Hujan di Bulan Juni)
Pada sisi lain, sehari sebelum pengumuman, Achmad Purnomo bertemu dengan Presiden Jokowi di istana. Selain membicarakan persoalan pembangunan Masjid Taman Sriwedari, dalam pertemuan itu Jokowi juga memberi tahu Achmad Purnomo bahwa yang mendapat rekomendasi adalah Gibran Rakabuming Raka. Bahkan, sempat muncul isu ada tawaran jabatan dari Presiden Jokowi ke Achmad Purnomo. Belakangan, isu itu dibantah langsung oleh Achmad Purnomo.
Ujian Rangkul Semua Kelompok
Setelah resmi menerima rekomendasi DPP PDIP, Gibran memiliki pekerjaan rumah untuk merangkul dan menyatukan kubu-kubu yang semula mendukung Achmad Purnomo. Sedangkan untuk safari politik, nantinya akan didampingi oleh Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) yang kini menjabat wali kota Solo. “Sekarang saya harus sesuai arahan Pak Rudy,” ucap Gibran. (Lihat videonya: Seorang Nenek Renta di Banyuasin Diguguat Anak Sendiri Perihal Warisan)
DPC PDIP Solo dinilai juga tengah menegakkan kewibawaannya. “Kalau dilihat dari roda organisasi kepartaian, apa yang dilakukan DPC PDIP Solo itu benar. Seseorang menjadi calon itu kan ditentukan partai politik. Begitu dicalonkan partai politik, maka dianggap berkontrak politik dengan partai itu,” kata Agus Riewanto. Begitu mengundurkan diri, maka tidak diperkenankan karena sifatnya pribadi.
Dirinya juga menilai mundurnya Achmad Purnomo sebagai bakal calon wali kota Solo bukan sekadar tidak setuju pilkada digelar saat pandemi wabah Covid-19. Munculnya putra sulung Presiden Jokowi sebagai pesaing mengakibatkan peluangnya mendapat rekomendasi dari DPP PDIP semakin tipis. "Saya membaca dari aspek politik, dilihat dari gesture dan pesan-pesan politik di balik itu, dia ingin mengatakan simbolik bahwa Pilkada Solo telah selesai,” ungkapnya.
Hadirnya Gibran secara politik kalkulatif membuatnya tidak berpeluang untuk direkomendasi PDIP sebagai calon wali kota Solo, sehingga besar kemungkinan pesan politik yang mau disampaikan adalah daripada martabatnya turun karena tidak mendapat rekomendasi maka lebih baik menyatakan mundur terlebih dahulu. Adanya pandemi wabah Covid-19 menjadi momen sebagai alasan kultural bentuk kearifannya. Sebagai orang tua, kata Agus, Purnomo memandang hal itu bukan sebagai bentuk kompetisi.
Karena itu, dia lebih baik mundur mengingat secara politik tidak memungkinkan mendapat rekomendasi, sehingga Achmad Purnomo dinilai tengah menyampaikan realitas politik yang tengah dihadapi saat ini. Berkompetisi dengan Gibran sebagai anak presiden, dianggap sangat berat karena secara politik gennya lebih tinggi, seperti aspek popularitas, dukungan politik, dan lainnya. Dengan begitu, untuk memenangkan rekomendasi DPP PDIP diusung sebagai calon wali kota, tentunya sangat berat.
Setelah permohonannya ditolak, Achmad Purnomo bersedia kembali maju sebagai bakal calon. Pernak-pernik persaingan makin dibumbui dengan klaim dukungan dari kelompok masyarakat. Suasana semakin menghangat menjelang pengumuman dari DPP PDIP terkait rekomendasi calon wali kota Solo yang akan diusung. Terlebih sehari sebelumnya, telah beredar pesan berantai melalui WhatsApp terkait nama yang memperoleh rekomendasi.
Dalam pesan itu, yang meraih rekomendasi adalah Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wali kota Solo dan Teguh Prakosa sebagai calon wakil wali kota Solo. Teguh Prakosa sendiri merupakan bakal calon wakil wali kota Solo yang sebelumnya diduetkan dengan Achmad Purnomo. Kepastian itu semakin menguat ketika Gibran dan Teguh mengakui mendapat undangan dari DPP PDIP untuk mendapat rekomendasi. (Baca juga: UI Berduka Atas Wafatnta Sapardi, sang Hujan di Bulan Juni)
Pada sisi lain, sehari sebelum pengumuman, Achmad Purnomo bertemu dengan Presiden Jokowi di istana. Selain membicarakan persoalan pembangunan Masjid Taman Sriwedari, dalam pertemuan itu Jokowi juga memberi tahu Achmad Purnomo bahwa yang mendapat rekomendasi adalah Gibran Rakabuming Raka. Bahkan, sempat muncul isu ada tawaran jabatan dari Presiden Jokowi ke Achmad Purnomo. Belakangan, isu itu dibantah langsung oleh Achmad Purnomo.
Ujian Rangkul Semua Kelompok
Setelah resmi menerima rekomendasi DPP PDIP, Gibran memiliki pekerjaan rumah untuk merangkul dan menyatukan kubu-kubu yang semula mendukung Achmad Purnomo. Sedangkan untuk safari politik, nantinya akan didampingi oleh Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) yang kini menjabat wali kota Solo. “Sekarang saya harus sesuai arahan Pak Rudy,” ucap Gibran. (Lihat videonya: Seorang Nenek Renta di Banyuasin Diguguat Anak Sendiri Perihal Warisan)