Merajut Harmoni Petani Swadaya Kelola Sawit Berkelanjutan

Senin, 03 April 2023 - 12:31 WIB
loading...
Merajut Harmoni Petani Swadaya Kelola Sawit Berkelanjutan
Indonesia Communication Lead PT Musim Mas, Reza Rinaldi Mardja (kanan) dan Corporate Affairs General Manager PT Musim Mas, Teuku Kanna Rhamdan (dua kanan) saat bincang santai dengan awak redaksi KORAN SINDO dan SINDONews, di Gedung SINDO, Jakarta Pusat, R
A A A
JAKARTA - Isu lingkungan, seperti deforestasi hingga pembukaan lahan baru dengan cara membakar bukan lagi hal baru ketika dikaitkan dengan kelapa sawit. PT Musim Mas berupaya mengubah stigma negatif ini dengan membina petani-petani kecil sehingga memiliki pemahaman tentang pengelolaan kelapa sawit secara benar dan berkelanjutan.

baca juga: Membangun Ekonomi Daerah lewat Perkebunan Sawit

Perusahaan kelapa sawit yang berpusat di Medan , Sumatera Utara ini selama tiga tahun terakhir terus terjun ke lapangan untuk bersentuhan langsung dengan ribuan petani swadaya. Melalui ProgramTraning for Small Holders, para petani mendapatkan pembinaan dan pendampingan tentang cara bertanam dan merawat sawit sehingga hasilnya berkualitas dan memiliki nilai jual di pasaran.

Indonesia Communication Lead PT Musim Mas, Reza Rinaldi Mardja, mengungkapkan program ini merupakan bentuk kontribusi sosial (CSR) perusahaan kepada masyarakat, khususnya para petani kecil yang berkebun sawit. Digagas sejak 2015 dan terus dikembangkan hingga 2020 mulai menjangkau para petani di berbagai daerah. Hal ini dilatarbelakangi karena sawit memiliki beragam manfaat dan nilai ekonomi. Namun, budidayanya juga harus diimbangi dengan pemahaman kelola secara berkelanjutan (sustainable).

baca juga: Produktivitas Rendah, Kementan Soroti Perkebunan Sawit Rakyat

Inisiatif ini, ujar Reza, dimulai dengan melihat banyak petani kecil di berbagai daerah yang menggantungkan hidupnya dari berkebun sawit secara swadaya. Namun, mayoritas yang belum paham tentang bagaimana menghasilkan sawit yang baik dan berkelanjutan. Tidak hanya berpikir aspek bisnisnya saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek ekologisnya.

"Petani swadaya menjadi salah satu kunci kelola sawit berkelanjutan. Mereka punya banyak keterbatasan, seperti pemahamangoodagriculturalpractices(GAP), bagaimana menjaga lingkungan, termasuk kendala akses ke pasar domestik maupun global,"tutur Reza dalam bincang santai di Gedung SINDO, Rabu (29/3/2023).

Lewat program ini, petani dilatih tentangkonsep NDPA, yaitu produksi sawit tanpa deforestasi atau menggunduli hutan, tidak membuka lahan baru dengan cara pembakaran, dan tidak menanam di lahan gambut. Lebih berfokus pada mengoptimalisasi lahan yang sudah ada ketimbang membuka lahan baru.

Reza menjelaskan, untuk bisa menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial, maka harus menerapkan standar-standar kelapa sawit berkelanjutan yang sesuai dengan ketentuan dalam sertifikasi baik, seperti RSPO dan ISPO.Roundtableon Sustainable Palm Oil(RSPO) merupakan standar global bagi perkebunan kelapa sawit untuk menunjukkan proses produksi yang ramah lingkungan. Sedangkan,IndonesianSustainablePalmOilSystem(ISPO) merupakan standar dari pemerintah Indonesia untuk perkebunan sawit berkelanjutan.

baca juga: Pakai Bibit Murah, Produktivitas Perkebunan Sawit Mandiri Rendah

PT Musim Mas sendiri telah mengantongi sertifikasi RSPO maupun ISPO karena diakui berhasil menerapkan pengelolaan dan produksi sawit secara berkelanjutan. Hal inilah menjadi modal utama untuk terjun membantu petani swadaya sehingga mampu mengelola kebun sawit dengan berkelanjutan.

Kini, ProgramTraning for Small Holderssukses membantu lebih 3.500 petani swadaya meraih sertifikasi RSPO dan 1400-an petani juga sudah tersertifikasi ISPO. Dengan meraih lisensi itu, petani akan lebih mudah untuk menjangkau akses finansial seperti pinjaman modal maupun akses jual produk ke pasar domestik maupun global.

Selain itu, lanjut Reza, para petani swadaya juga dibekali pengetahuan tentang memproduksi sawit yang berkualitas. Salah satu caranya, yakni menggunakan bibit sawit yang berkualitas, telah tersertifikasi, dan sudah banyak digunakan di perkebunan sawit milik perusahaan BUMN maupun swasta.

Menurut Reza, ada standar global maupun nasional yang saat ini digunakan untuk menentukan kualitas hasil sawit sehingga laik dan bisa diterima di pasar. Nilai ekonomi sawit ditentukan dari seberapa bagus tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan.

"Jadi tidak asal tanam, tumbuh, kasih pupuk, berbuah. Ada banyak faktor lain juga yang menentukan kualitas dari sawit yang dihasilkan. Mulai dari memilih bibit kelapa sawit yang unggul, cara merawat, sampai tahu kapan waktu yang tepat panen sawit," ujarnya.

baca juga: Awas! Perkebunan Sawit di Indonesia Pelan-pelan Dikuasai Malaysia

Reza melanjutkan, jika ingin hasil budidaya sawit diterima di pasaran dan memiliki nilai jual, maka harus berstandar pada RSPO atau ISPO. Bagi perusahaan hal ini sudah menjadi hal wajib yang harus dipenuhi agar hasil produksinya dapat diakui dan diterima oleh pasar. Menurut dia, hal ini yang belum banyak dipahami oleh para petani swadaya. Dari kunjungan ke berbagai daerah, mayoritas kurang paham mengelola kebun sawit secara berkelanjutan.

"Inilah yang menjadi alasan Musim Mas memberikan pelatihan, pendampingan terhadap para petani swadaya. Tidak hanya di sekitar perkebunan kami, tapi juga ke petani-petani di daerah lain walaupun di sana tidak ada lahan kebun perusahaan," ujarnya.

PT Musim Mas juga menyediakanTrainingforTrainers:Small HoldersHub. Program ini melibatkan pemerintah, petani swadaya yang tersertikasi, petugas penyuluh lapangan (PPL), dan pihak terkait lainnya untuk membantu meningkatkan pemahaman dan keahlian petani sawit di daerah lainnya. Semua program tersebut telah berkembang dan sudah menjangkau lebih dari 40.000 petani swadaya di tujuh provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

baca juga: Kementan Perkuat Peran Penyuluh Swadaya dan Swasta di Perkebunan Sawit

Di kesempatan yang sama, Corporate Affairs General ManagerPT Musim Mas,Teuku Kanna Rhamdan, menilai keberadaan petani swadaya mengindikasikan kebun rakyat juga ikut menopang eksistensi dan keberlanjutan kelapa sawit. Sejauh ini, total luas perkebunan kelapa sawit nasional diperkirakan mencapai sekitar 13-14 juta hektare. Sekitar 40-41%-nya adalah perkebunan rakyat swadaya.

"Masa depan Indonesia ada di kebun rakyat. Beda dengan kebun perusahaan, ada masa waktunya, karena ada hak guna usaha (HGU). Ini yang harus menjadi perhatian penting bagaimana perkebunan swadaya rakyat juga bisa dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Makanya, inilah pentingnya mereka dilatih, dibantu, dibina, didampingi," terang dia.

Lebih lanjut, Kanna menegaskan bahwa perusahaan tidak mewajibkan petani yang mengikuti program tersebut harus menjual produksi sawitnya ke PT Musim Mas. Semua itu menjadi kewenangan atau hak penuh petani untuk bebas menjual hasil kebun sawitnya kepada siapapun.

"Kami hanya berkontribusi untuk melatih, membina para petani ini agar mereka juga ikut sama-sama menjaga lingkungan dengan mengelola sawit secara berkelanjutan. Urusan hasil sawit itu kembali pada petani, mau jual ke pihak mana," kata Kanna.

Ia menjelaskan, selama ini perusahaan telah memiliki kerja sama dengan para pemasok untuk mencukupi kebutuhan menghasilkan produk turunan kelapa sawit. Dari total sekitar80.000 hektare perkebunan yang ditanami sawit (plantedarea) di Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat, hanya menopang20% untuk produk jadi. Sebagian pasokan lainnya berasal pemasok lain yang sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan perusahaan.

baca juga: Perkebunan Kelapa Sawit Pasca-Covid-19

“Adapun hasil perkebunan PT Musim Mas saat ini telah dimanfaatkan untuk memproduksi minyak goreng, biodiesel, gliserin untuk campuran produk pembersih, sabun, hingga campuran untuk makanan cokelat,” tuturnya.

Tak hanya petani swadaya, PT Musim Mas juga ikut memberikan pelatihan pemberdayaan kaum perempuan, pemahaman gizi kepada kelompok ibu. Di samping itu, perusahaan turut membantu desa-desa yang lokasinya masih dalam radius 3 kilometer dari perusahaan untuk tanggap dan menjaga lingkungan bebas dari potensi kebakaran.

"Masyarakat bebas api ini difokuskan di desa-desa dekat perkebunan perusahaan. Kalau mereka terbukti berhasil bisa menjaga dari potensi kebakaran, maka perusahaan akan beri reward Rp25 juta. Sudah 34-35 desa di Kalimantan dan Sumatera," pungkasnya.
(hdr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2181 seconds (0.1#10.140)