Hari Film Nasional dan Platform Educinema
loading...
A
A
A
Rivira Yuana
Doktor Business Management IPB University, CEO & Co Founder SVARA Innovation
HARI Film Nasional (HFN) diperingati tiap 30 Maret. Tema HFN 2023 adalah “Bercermin pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan”. Indikator perkembangan film nasional bisa dilihat pada sejauh mana aktivitas dan perkembangan segenap unsur Badan Perfilman Indonesia (BPI) serta kesempatan masyarakat untuk menikmati film nasional yang berkualitas.
Film nasional akhir-akhir ini mulai naik daun, ditandai dengan antusiasme masyarakat untuk menonton. Film KKN di Desa Penari dinobatkan sebagai film Indonesia terlaris pada 2022, bahkan memegang rekor film terlaris sepanjang masa. Film yang diproduseri Manoj Punjabi ini tercatat meraih 9,23 juta penonton di bioskop.
Film Indonesia lain yang tak kalah mencuri perhatian publik adalah Pengabdi Setan 2: Communion. Film garapan sutradara Joko Anwar itu berhasil menyedot 6,39 juta penonton di bioskop. Ada pula Miracle in Cell No. 7 yang tercatat memiliki 5,85 juta penonton.
Baca Juga: koran-sindo.com
Kini publik sangat antusias menunggu penayangan film Buya Hamka yang memiliki durasi total 7 jam. Aktor Vino G Bastian yang merupakan sarjana teknik kimia lulusan Institut Teknologi Indonesia (ITI) terpilih membintangi Buya Hamka bersama Laudya Cynthia Bella. Film ini akan tayang di bioskop Tanah Air di momen Lebaran Idulfitri mendatang.
Tokoh Buya Hamka yang memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah itu merupakan sosok luar biasa sebagai pejuang kemerdekaan sekaligus sebagai seorang ulama besar. Proses syuting film ini juga lumayan lama dengan skala produksi termasuk sangat besar menelan dana bernilai fantastis. Menariknya, kendati terpisah ke dalam tiga bagian atau tiga volume, para penonton tetap dapat menikmati Buya Hamka tidak harus menonton secara berurutan atau menontonnya secara keseluruhan. Sebab, setiap volume dari film Buya Hamka dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang utuh.
Bioskop Rakyat
Pemprov DKI Jakarta pernah membuka Indiskop, yakni gedung bioskop sekaligus ruang budaya dan tempat usaha. Platform ini sangat menjanjikan dan perlu dikembangkan lebih banyak lagi di lain daerah. Indiskop perlu mendapat insentif, baik bantuan pembiayaan maupun terkait dengan infrastruktur gedungnya.
Bioskop rakyat dengan nama Indiskop tidak boleh tutup karena mampu membuka lapangan kerja baru sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi untuk sektor ekonomi kreatif dan UMKM. Di bioskop rakyat ini disediakan tempat untuk berjualan bagi para pelaku UMKM. Indiskop menjadi wahana bagi masyarakat Jakarta untuk bisa menonton di bioskop dengan harga yang terjangkau.
Eksistensi Indiskop ini memberikan akses dan memperluas kesempatan menonton film bagi masyarakat menengah ke bawah serta turut memberikan kesempatan bagi film Indonesia agar bisa makin dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas.
Bioskop tersebut hasil kolaborasi antara Pemprov DKI Jakarta melalui Perumda Pasar Jaya dengan PT Kreasi Anak Bangsa (Keana Films-Production) dan Badan Ekonomi Kreatif. Bioskop rakyat tersebut berkonsep “Educinema, Ruang Kreatif, Kuliner Indonesia”.
Pemprov DKI Jakarta harus terus berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk menghadirkan bioskop rakyat Indiskop lain di tiap wilayah Ibu Kota Jakarta. Pasar Jaya saat ini memiliki 153 pasar di berbagai lokasi strategis Jakarta dengan pengunjung harian sekitar 1-2 juta orang. Pada akhirnya, peran educinema oleh Indiskop membutuhkan platform digital. Seperti contohnya platform Svara yang mampu mendukung ekosistem industri film, musik, dan penyiaran.
Platform tersebut akan menghadirkan teknologi film dan aspek luasnya dalam genggaman. Sebuah keniscayaan menciptakan ekosistem film dengan teknologi digital yang lebih murah. Diharapkan setiap pemerintah daerah bergiat lagi membuat film-film dokumenter tentang budaya dan destinasi unggulan bekerja sama dengan BPI dan lembaga penyiaran publik (RRI dan TVRI). Apalagi kini RRI sudah punya platform RRI Play Go.
Potensi Besar Film Indonesia
Film merupakan produk bernilai tambah tinggi hasil kolaborasi berbagai jenis seni dan sinergi antarprofesi. Kondisi keberagaman di negeri ini adalah potensi besar bagi dunia film yang perlu sentuhan daya kreativitas sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Keragaman budaya adalah zamrud khatulistiwa yang tidak pernah habis jika dijadikan produk yang bernilai ekonomi.
Gedung bioskop mestinya tidak sekadar tempat menonton film. Perlu memperluas fungsi gedung bioskop menjadi pasar dan pelatihan industri kreatif utamanya produk seni dan budaya. Ekonomi kreatif akan terus tumbuh dan menimbulkan lapangan kerja yang luas. Untuk itu dibutuhkan tiga aspek, yakni daya imajinasi, kreativitas, dan inovasi. Jika ketiganya ditumbuhkan bisa menumbuhkan industri kreatif dengan cepat.
Presiden Joko Widodo pernah memperingatkan adanya perbedaan yang signifikan antara film berlatar sejarah dan budaya yang dibuat oleh Korsel dan Indonesia. Ada perbedaan seperti bumi dan langit terkait lembaga perfilman dan penyiaran di Korsel dibandingkan dengan kondisi di Tanah Air yang kondisinya sudah ketinggalan.
Presiden sempat kecewa kenapa Indonesia yang disebut sebagai zamrud khatulistiwa karena keindahan alam dan keragaman budaya, namun untuk pembuatan film sejarah dan drama saja masih belum mampu bersaing secara global. Presiden juga menyatakan bahwa film sejarah di Indonesia juga kerap dibuat sembarangan, tanpa memperhatikan detail. Bahkan, riset sejarah untuk membuat film tersebut dilakukan ala kadarnya.
Padahal Indonesia memiliki potensi sejarah dan budaya yang luar biasa yang terlihat dari eksistensi 148 keraton serta ribuan cerita dan kisah kepahlawanan. Namun belum ada film yang mampu jadi komoditas ekspor yang signifikan.
Kondisi sangat jauh berbeda dengan Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) di Korsel yang mampu menjadikan potensi budaya Korsel diproduksi secara digital dengan production value sangat baik sehingga menjadi komoditas ekspor ke 100 negara. Drama televisi telah menjadi produk hiburan penting bagi rakyat Korsel. Produk ini menduduki peringkat pertama yang diekspor dari kluster industri penyiaran.
Drama populer adalah yang bersifat drama romantis dan drama sejarah. Drama-drama ini memperoleh sambutan luar biasa oleh warga dunia. Kebanyakan produksi ini mencapai 60 hingga 70 episode. Setiap episode berdurasi 50 menit. Harga produksi drama meningkat tahun demi tahun. Pada 2000 stasiun televisi Taiwan, Gala TV, membayar USD1.000 untuk tiap episode drama Korsel. Saat itu produksi yang sama dari Jepang berharga USD15.000 dan USD20.000. Dewasa ini harga tiap episode drama Korea mencapai USD6.000 hingga USD12.000.
Sekadar catatan, MBC merupakan lembaga film dan penyiaran pemerintah yang didirikan pada 1961. Saatnya pembikinan platform lain, terutama digital, untuk sektor perfilman nasional dan aspek luasnya. Film sebagai industri kreatif memiliki nilai tambah yang luar biasa. Film merupakan medium yang sangat tepat untuk membangun kepribadian bangsa. Dengan begitu, produk yang dihasikannya harus mendidik dan menumbuhkan nilai-nilai positif untuk rakyat.
Doktor Business Management IPB University, CEO & Co Founder SVARA Innovation
HARI Film Nasional (HFN) diperingati tiap 30 Maret. Tema HFN 2023 adalah “Bercermin pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan”. Indikator perkembangan film nasional bisa dilihat pada sejauh mana aktivitas dan perkembangan segenap unsur Badan Perfilman Indonesia (BPI) serta kesempatan masyarakat untuk menikmati film nasional yang berkualitas.
Film nasional akhir-akhir ini mulai naik daun, ditandai dengan antusiasme masyarakat untuk menonton. Film KKN di Desa Penari dinobatkan sebagai film Indonesia terlaris pada 2022, bahkan memegang rekor film terlaris sepanjang masa. Film yang diproduseri Manoj Punjabi ini tercatat meraih 9,23 juta penonton di bioskop.
Film Indonesia lain yang tak kalah mencuri perhatian publik adalah Pengabdi Setan 2: Communion. Film garapan sutradara Joko Anwar itu berhasil menyedot 6,39 juta penonton di bioskop. Ada pula Miracle in Cell No. 7 yang tercatat memiliki 5,85 juta penonton.
Baca Juga: koran-sindo.com
Kini publik sangat antusias menunggu penayangan film Buya Hamka yang memiliki durasi total 7 jam. Aktor Vino G Bastian yang merupakan sarjana teknik kimia lulusan Institut Teknologi Indonesia (ITI) terpilih membintangi Buya Hamka bersama Laudya Cynthia Bella. Film ini akan tayang di bioskop Tanah Air di momen Lebaran Idulfitri mendatang.
Tokoh Buya Hamka yang memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah itu merupakan sosok luar biasa sebagai pejuang kemerdekaan sekaligus sebagai seorang ulama besar. Proses syuting film ini juga lumayan lama dengan skala produksi termasuk sangat besar menelan dana bernilai fantastis. Menariknya, kendati terpisah ke dalam tiga bagian atau tiga volume, para penonton tetap dapat menikmati Buya Hamka tidak harus menonton secara berurutan atau menontonnya secara keseluruhan. Sebab, setiap volume dari film Buya Hamka dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang utuh.
Bioskop Rakyat
Pemprov DKI Jakarta pernah membuka Indiskop, yakni gedung bioskop sekaligus ruang budaya dan tempat usaha. Platform ini sangat menjanjikan dan perlu dikembangkan lebih banyak lagi di lain daerah. Indiskop perlu mendapat insentif, baik bantuan pembiayaan maupun terkait dengan infrastruktur gedungnya.
Bioskop rakyat dengan nama Indiskop tidak boleh tutup karena mampu membuka lapangan kerja baru sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi untuk sektor ekonomi kreatif dan UMKM. Di bioskop rakyat ini disediakan tempat untuk berjualan bagi para pelaku UMKM. Indiskop menjadi wahana bagi masyarakat Jakarta untuk bisa menonton di bioskop dengan harga yang terjangkau.
Eksistensi Indiskop ini memberikan akses dan memperluas kesempatan menonton film bagi masyarakat menengah ke bawah serta turut memberikan kesempatan bagi film Indonesia agar bisa makin dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas.
Bioskop tersebut hasil kolaborasi antara Pemprov DKI Jakarta melalui Perumda Pasar Jaya dengan PT Kreasi Anak Bangsa (Keana Films-Production) dan Badan Ekonomi Kreatif. Bioskop rakyat tersebut berkonsep “Educinema, Ruang Kreatif, Kuliner Indonesia”.
Pemprov DKI Jakarta harus terus berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk menghadirkan bioskop rakyat Indiskop lain di tiap wilayah Ibu Kota Jakarta. Pasar Jaya saat ini memiliki 153 pasar di berbagai lokasi strategis Jakarta dengan pengunjung harian sekitar 1-2 juta orang. Pada akhirnya, peran educinema oleh Indiskop membutuhkan platform digital. Seperti contohnya platform Svara yang mampu mendukung ekosistem industri film, musik, dan penyiaran.
Platform tersebut akan menghadirkan teknologi film dan aspek luasnya dalam genggaman. Sebuah keniscayaan menciptakan ekosistem film dengan teknologi digital yang lebih murah. Diharapkan setiap pemerintah daerah bergiat lagi membuat film-film dokumenter tentang budaya dan destinasi unggulan bekerja sama dengan BPI dan lembaga penyiaran publik (RRI dan TVRI). Apalagi kini RRI sudah punya platform RRI Play Go.
Potensi Besar Film Indonesia
Film merupakan produk bernilai tambah tinggi hasil kolaborasi berbagai jenis seni dan sinergi antarprofesi. Kondisi keberagaman di negeri ini adalah potensi besar bagi dunia film yang perlu sentuhan daya kreativitas sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Keragaman budaya adalah zamrud khatulistiwa yang tidak pernah habis jika dijadikan produk yang bernilai ekonomi.
Gedung bioskop mestinya tidak sekadar tempat menonton film. Perlu memperluas fungsi gedung bioskop menjadi pasar dan pelatihan industri kreatif utamanya produk seni dan budaya. Ekonomi kreatif akan terus tumbuh dan menimbulkan lapangan kerja yang luas. Untuk itu dibutuhkan tiga aspek, yakni daya imajinasi, kreativitas, dan inovasi. Jika ketiganya ditumbuhkan bisa menumbuhkan industri kreatif dengan cepat.
Presiden Joko Widodo pernah memperingatkan adanya perbedaan yang signifikan antara film berlatar sejarah dan budaya yang dibuat oleh Korsel dan Indonesia. Ada perbedaan seperti bumi dan langit terkait lembaga perfilman dan penyiaran di Korsel dibandingkan dengan kondisi di Tanah Air yang kondisinya sudah ketinggalan.
Presiden sempat kecewa kenapa Indonesia yang disebut sebagai zamrud khatulistiwa karena keindahan alam dan keragaman budaya, namun untuk pembuatan film sejarah dan drama saja masih belum mampu bersaing secara global. Presiden juga menyatakan bahwa film sejarah di Indonesia juga kerap dibuat sembarangan, tanpa memperhatikan detail. Bahkan, riset sejarah untuk membuat film tersebut dilakukan ala kadarnya.
Padahal Indonesia memiliki potensi sejarah dan budaya yang luar biasa yang terlihat dari eksistensi 148 keraton serta ribuan cerita dan kisah kepahlawanan. Namun belum ada film yang mampu jadi komoditas ekspor yang signifikan.
Kondisi sangat jauh berbeda dengan Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) di Korsel yang mampu menjadikan potensi budaya Korsel diproduksi secara digital dengan production value sangat baik sehingga menjadi komoditas ekspor ke 100 negara. Drama televisi telah menjadi produk hiburan penting bagi rakyat Korsel. Produk ini menduduki peringkat pertama yang diekspor dari kluster industri penyiaran.
Drama populer adalah yang bersifat drama romantis dan drama sejarah. Drama-drama ini memperoleh sambutan luar biasa oleh warga dunia. Kebanyakan produksi ini mencapai 60 hingga 70 episode. Setiap episode berdurasi 50 menit. Harga produksi drama meningkat tahun demi tahun. Pada 2000 stasiun televisi Taiwan, Gala TV, membayar USD1.000 untuk tiap episode drama Korsel. Saat itu produksi yang sama dari Jepang berharga USD15.000 dan USD20.000. Dewasa ini harga tiap episode drama Korea mencapai USD6.000 hingga USD12.000.
Sekadar catatan, MBC merupakan lembaga film dan penyiaran pemerintah yang didirikan pada 1961. Saatnya pembikinan platform lain, terutama digital, untuk sektor perfilman nasional dan aspek luasnya. Film sebagai industri kreatif memiliki nilai tambah yang luar biasa. Film merupakan medium yang sangat tepat untuk membangun kepribadian bangsa. Dengan begitu, produk yang dihasikannya harus mendidik dan menumbuhkan nilai-nilai positif untuk rakyat.
(bmm)