Pajak dan Uang Kita

Selasa, 28 Februari 2023 - 08:11 WIB
loading...
Pajak dan Uang Kita
Muhammad Takdir, Pemerhati Masalah Internasional. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Muhammad Takdir
Pemerhati Masalah Internasional

KANDIDAT yang dicalonkan Joe Biden memimpin Internal Revenue Service (IRS) AS, Daniel Werfel masih penasaran. Dia khawatir pencalonannya akan diblok Partai Republik.

Werfel berjanji jika terpilih, dirinya tak akan meningkatkan audit rates untuk rumah tangga berpenghasilan kurang dari 400.000 USD pertahun. Janji itu diberikan di tengah munculnya laporan bahwa pembayar pajak warga negara berkulit hitam secara disproporsional selama ini telah dijadikan target (penarikan sumber pajak baru).

IRS adalah lembaga khusus yang bertugas dan memastikan seluruh warga negara AS menunaikan kewajiban pajaknya. Badan federal pemungut pajak itu tengah dalam sorotan tuduhan politisasi institusi.

Proyek modernisasi IRS senilai 80 miliar USD dinilai pemborosan. Pada saat hearing konfirmasi, Werfel menyebutkan para keluarga terkaya Amerika harus membayar pajak sesuai kewajibannya.

Menurutnya, penerapan tax code tidak akan dilakukan berdasarkan diskriminasi rasial. Itu mungkin sebabnya, ia mengajukan proposal perbaikan kepercayaan publik dan peningkatan jasa layanan wajib pajak sebagai prioritas. Meskipun itu harus ditebus gelontoran miliaran dolar.

Gejala itu membuat para politisi Partai Republik yang duduk dalam Komite Keuangan Senat AS memeriksa secara ketat nominasi Daniel Werfel. Bagi warga negara AS, siapa pun yang duduk di pucuk pimpinan IRS akan sangat menentukan besaran pajak yang akan dibayar. Sementara bagi setiap Presiden AS, hanya ada dua lembaga yang sangat mereka takuti. IRS dan Office of the Special Counsel!

Masalah pajak bukan sekadar isu high taxation, frivolous spending, dan akuntabilitas nadir. Melainkan juga menjaga image pengelolaan fiskal sejalan dengan sentimen yang tumbuh dalam masyarakat.

Kalau motor gede menjadi sesuatu yang luxury dalam masyarakat, ngapain juga para pegawai pajak mempertontokan kendaraan mewah mereka. Sebab, kebiasaan itu mengirim sinyal yang salah kepada publik.

Mesti dibedakan bahwa persepsi dan gaya hidup dua hal yang sangat kontras dalam pengelolaan keuangan negara. Aksi yang sebenarnya secara hakiki sah memiliki moge tidak bertentangan dengan hukum.

Tetapi karena kita bekerja di bidang keuangan, seluruh mata tertuju pada kita. Sas-sis-sus bisa begitu cepat menjalar. Telinga mesti dibuat tebal.

Dengan telinga tipis, gosip sangat mudah merusak reputasi. Sedikit kesalahan bisa berakibat fatal. Kendati sejatinya yang diperbuat, masih dalam tataran gaya hidup yang lumrah ditemui dalam masyarakat.

Jangan pernah kita menyepelekan bahwa separuh, bahkan sebagian besar sumber keuangan negara diperoleh dari publik. Mantan PM Inggris Margaret Thatcher pernah berkata, “… the state has no source of money other than the money people earn themselves!”.

Jika negara ingin membelanjakan lebih banyak uang, maka kemungkinan besar hal itu hanya bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, meminjam dari tabungan Anda.

Kedua, menarik pajak lebih banyak lagi. Bagi sebagian besar orang, itu adalah dana publik. Tapi bagi Thatcher, “there is only taxpayers’ money”.

Saya kira kebenaran fundamental yang harus dijaga, pajak untuk kemakmuran bersama. Mereka yang duduk di belakang kasir, jangan pernah berpikir “first create money, then create a theory to justify it”. Itu sangat Gayus dan Rafael banget!.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1404 seconds (0.1#10.140)