Transportasi Penglaju dan Pengembangan Stasiun Kereta Api
loading...
A
A
A
Totok Siswantara
Pengkaji Transformasi Teknologi dan Infrastruktur.
BERDASARKAN data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 1.255.771 orang penglaju atau komuter dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang berkegiatan di DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, 70% adalah laki-laki dan 30% perempuan.
Sebagian besar penglaju tersebut berkegiatan utama bekerja (83%), sisanya adalah sekolah dan kursus (17%). Para penglaju itu tak hanya di Jakarta, tetapi juga lalu lalang di kota besar lainnya sehingga membutuhkan sistem transportasi yang layak dan murah.
Baca Juga: koran-sindo.com
Sistem transportasi massal untuk penglaju yang ideal adalah berbasis rel. Dalam hal ini adalah kereta commuter line. Untuk itu, infrastruktur commuter line yang berupa stasiun perlu dikembangkan untuk melayani para penglaju. Pengembangan ini juga harus disertai kegiatan sistem logistik yang terintegrasi.
Jumlah aliran penglaju setiap harinya sangat besar. Sebagai contoh pada saat pengujung Januari lalu, tepatnya Senin (30/1) pagi, aktivitas dan mobilisasi masyarakat dalam menggunakan commuter line di beberapa stasiun pemberangkatan hingga pukul 14.00 WIB tercatat sebanyak 384.087 orang.
Tercatat di Stasiun Bogor sebanyak 26.294 orang. Sedangkan untuk Stasiun Bojonggede sebanyak 23.115 orang, Stasiun Citayam 24.240 orang dan Stasiun Depok Baru 16.531 orang. Sementara itu di Stasiun Bekasi jumlah pengguna sebanyak 20.741 orang, untuk Stasiun Sudimara sebanyak 12.299 orang dan Stasiun Tangerang 9.718 orang.
Kemudian pada libur pada perayaan Imlek 2023, KAI Commuter melayani pengguna di Jabodetabek sebanyak 1.194.285 orang. Di beberapa stasiun yang dekat daerah tujuan destinasi wisata terbanyak pengguna commuter line.
Stasiun Bogor misalnya, dua hari libur Imlek beberapa hari lalu, tercatat volume pengguna yang turun di stasiun tersebut sebanyak 165.229 orang. Sedangkan di Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Tanah Abang, masing-masing sebanyak 55.761 orang dan 62.296 orang. Sementara untuk Stasiun Tebet 30.470 orang, dan Stasiun Pasar Minggu 21.785 orang.
Saat ini, KAI Commuter memberikan layanan perjalanan commuter line Jabodetabek sebanyak 1.081 perjalanan per hari dengan jam operasional pukul 04.00-24.00 WIB. KAI Commuter juga mengoperasikan perjalanan commuter line feeder tambahan relasi Manggarai–Angke/Kampung Bandan PP dan Manggarai–Bekasi PP pada jam sibuk pagi dan sore sebanyak 31 perjalanan per hari dengan headway 15-30 menit.
Pembangunan stasiun KA komuter adalah keniscayaan. Tak kurang dari Presiden Jokowi mengatakan, pengembangan Stasiun Manggarai sangat penting dilakukan. Stasiun yang menjadi sentral moda kereta api itu merupakan salah satu stasiun dengan lalu lintas tersibuk di Indonesia yang setiap harinya melayani pemberhentian KRL Commuter Line tujuan Jabodetabek.
Presiden Jokowi bahkan mengungkapkan, pengembangan Stasiun Manggarai akan memberikan manfaat di antaranya meningkatkan frekuensi dan headway perjalanan kereta api, meningkatkan aksesibilitas masyarakat dari Jakarta ke kota penyangga (Bodetabek) dan sebaliknya. Selain itu, menambah layanan kereta api bandara dari dan menuju Bandara Soekarno Hatta, dan mengintegrasikan berbagai moda transportasi umum lainnya.
Pemerintah harus terus membangun dan mengembangkan infrastruktur perkeretaapian, terutama untuk menghubungkan antarwilayah yang padat penduduk, baik dengan KRL commuter line, MRT, LRT, Kereta Cepat, Kereta Bandara, maupun dengan pembangunan double track (jalur ganda).
Tak kalah penting adalah menata kawasan stasiun KA komuter dengan merancang ulang sistem logistik sebagai mata rantai strategis. Selain mengangkut manusia, KA juga perlu dikembangkan menjadi simpul-simpul infrastruktur logistik, baik simpul logistik maupun keterkaitan antarsimpul logistik.
Pembangunan jalur ganda KA telah dilakukan di beberapa ruas disertai dengan perluasan dan modernisasi stasiun. Beberapa stasiun di Pulau Jawa maupun di luar Jawa sebagian telah dirombak total. Contohnya di kawasan Bandung Raya, semua stasiun telah dirombak dengan bangunan baru yang lebih megah, seperti Stasiun Padalarang, Rancaekek, Cimekar, Haurpugur hingga Cicalengka. Stasiun tersebut dibangun dengan konstruksi yang modern dan ruang publik yang luas.
Modernisasi bangunan stasiun KA komuter perlu penerapan konsep one stop building. Manajemen jalan kereta api yang terdiri dari beberapa emplasemen dari segala aspek sudah memenuhi standar kualifikasi, baik teknis maupun ekonomis.
Dengan begitu, kapabilitas stasiun dapat dikembangkan sesuai dengan beban dan aliran penglaju untuk jangka panjang. Setelah itu, pengembangan berikutnya adalah prasarana fisik penunjang seperti dalam pola-pola umum one stop building baik untuk kegiatan ekonomi.
Pola tersebut harus diatur dan dikendalikan oleh sebuah sistem building management. Stasiun perlu memiliki quality management yang cakap dan terukur agar setiap unit kerja di stasiun dapat menerapkan kontrol mutu dan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Seperti pada lazimnya, manajemen emplasemen terdiri atas sub bagian yang memiliki fungsi berlainan namun terpadu. Yakni, emplasemen penumpang, emplasemen gudang dan barang (freight station), emplasemen langsir (marshalling yard), emplasemen dipo kereta dan emplasemen dipo lokomotif.
Kompleksitas jalur logistik bisa diatasi lewat peran logistik KA. Apalagi PT KAI memiliki infrastruktur logistik dan gudang atau bangunan yang berperan sebagai proses insourcing produk atau komoditas. Maka, kini sudah saatnya memerankan sistem logistik KA hingga ke dermaga pelabuhan, bandara dan pusat komoditas tertentu.
Aspek usaha logistik ini antara lain meliputi perencanaan dan pengawasan produksi, manajemen inventori, pergudangan, unitisasi atau pengepakan menurut jumlah unit tertentu, transportasi, serta manajemen informasi seperti prosedur order maupun konfirmasi penerimaan barang.
Saatnya melakukan pengembangan usaha logistik PT KAI yang disertai platform digital yang agility alias tangkas. Ini akan berhasil jika didukung oleh struktur organisasi yang baik, sistem informasi, proses logistik, serta pola pikir organisasi yang cerdas dalam merespons perubahan yang terjadi.
Platform di atas juga harus sesuai dengan arah bisnis logistik global yang terus mengalami disrupsi. Terpenting KAI bisa memanfaatkan jaringan fasilitas dan sistem informasi logistik yang menghubungkan hulu sampai dengan hilir.
Arah tersebut ditandai dengan adanya aktivitas insourcing. Saatnya kegiatan insourcing digencarkan oleh PT KAI karena tersedianya pergudangan, bengkel rekayasa, SDM teknologi dan aset tanah yang sangat luas yang letaknya sangat strategis dari sudut ekonomi. Pada prinsipnya insourcing merupakan bentuk kolaborasi antara PT KAI dengan produsen komoditas, manufakturing, pedagang,dan jasa pengemasan yang menciptakan nilai tambah secara horizontal.
Bentuk itu juga bisa menciptakan kesempatan bisnis yang luas bagi usaha pengemasan dan pengiriman komoditas atau paket.
Pengkaji Transformasi Teknologi dan Infrastruktur.
BERDASARKAN data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 1.255.771 orang penglaju atau komuter dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang berkegiatan di DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, 70% adalah laki-laki dan 30% perempuan.
Sebagian besar penglaju tersebut berkegiatan utama bekerja (83%), sisanya adalah sekolah dan kursus (17%). Para penglaju itu tak hanya di Jakarta, tetapi juga lalu lalang di kota besar lainnya sehingga membutuhkan sistem transportasi yang layak dan murah.
Baca Juga: koran-sindo.com
Sistem transportasi massal untuk penglaju yang ideal adalah berbasis rel. Dalam hal ini adalah kereta commuter line. Untuk itu, infrastruktur commuter line yang berupa stasiun perlu dikembangkan untuk melayani para penglaju. Pengembangan ini juga harus disertai kegiatan sistem logistik yang terintegrasi.
Jumlah aliran penglaju setiap harinya sangat besar. Sebagai contoh pada saat pengujung Januari lalu, tepatnya Senin (30/1) pagi, aktivitas dan mobilisasi masyarakat dalam menggunakan commuter line di beberapa stasiun pemberangkatan hingga pukul 14.00 WIB tercatat sebanyak 384.087 orang.
Tercatat di Stasiun Bogor sebanyak 26.294 orang. Sedangkan untuk Stasiun Bojonggede sebanyak 23.115 orang, Stasiun Citayam 24.240 orang dan Stasiun Depok Baru 16.531 orang. Sementara itu di Stasiun Bekasi jumlah pengguna sebanyak 20.741 orang, untuk Stasiun Sudimara sebanyak 12.299 orang dan Stasiun Tangerang 9.718 orang.
Kemudian pada libur pada perayaan Imlek 2023, KAI Commuter melayani pengguna di Jabodetabek sebanyak 1.194.285 orang. Di beberapa stasiun yang dekat daerah tujuan destinasi wisata terbanyak pengguna commuter line.
Stasiun Bogor misalnya, dua hari libur Imlek beberapa hari lalu, tercatat volume pengguna yang turun di stasiun tersebut sebanyak 165.229 orang. Sedangkan di Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Tanah Abang, masing-masing sebanyak 55.761 orang dan 62.296 orang. Sementara untuk Stasiun Tebet 30.470 orang, dan Stasiun Pasar Minggu 21.785 orang.
Saat ini, KAI Commuter memberikan layanan perjalanan commuter line Jabodetabek sebanyak 1.081 perjalanan per hari dengan jam operasional pukul 04.00-24.00 WIB. KAI Commuter juga mengoperasikan perjalanan commuter line feeder tambahan relasi Manggarai–Angke/Kampung Bandan PP dan Manggarai–Bekasi PP pada jam sibuk pagi dan sore sebanyak 31 perjalanan per hari dengan headway 15-30 menit.
Pembangunan stasiun KA komuter adalah keniscayaan. Tak kurang dari Presiden Jokowi mengatakan, pengembangan Stasiun Manggarai sangat penting dilakukan. Stasiun yang menjadi sentral moda kereta api itu merupakan salah satu stasiun dengan lalu lintas tersibuk di Indonesia yang setiap harinya melayani pemberhentian KRL Commuter Line tujuan Jabodetabek.
Presiden Jokowi bahkan mengungkapkan, pengembangan Stasiun Manggarai akan memberikan manfaat di antaranya meningkatkan frekuensi dan headway perjalanan kereta api, meningkatkan aksesibilitas masyarakat dari Jakarta ke kota penyangga (Bodetabek) dan sebaliknya. Selain itu, menambah layanan kereta api bandara dari dan menuju Bandara Soekarno Hatta, dan mengintegrasikan berbagai moda transportasi umum lainnya.
Pemerintah harus terus membangun dan mengembangkan infrastruktur perkeretaapian, terutama untuk menghubungkan antarwilayah yang padat penduduk, baik dengan KRL commuter line, MRT, LRT, Kereta Cepat, Kereta Bandara, maupun dengan pembangunan double track (jalur ganda).
Tak kalah penting adalah menata kawasan stasiun KA komuter dengan merancang ulang sistem logistik sebagai mata rantai strategis. Selain mengangkut manusia, KA juga perlu dikembangkan menjadi simpul-simpul infrastruktur logistik, baik simpul logistik maupun keterkaitan antarsimpul logistik.
Pembangunan jalur ganda KA telah dilakukan di beberapa ruas disertai dengan perluasan dan modernisasi stasiun. Beberapa stasiun di Pulau Jawa maupun di luar Jawa sebagian telah dirombak total. Contohnya di kawasan Bandung Raya, semua stasiun telah dirombak dengan bangunan baru yang lebih megah, seperti Stasiun Padalarang, Rancaekek, Cimekar, Haurpugur hingga Cicalengka. Stasiun tersebut dibangun dengan konstruksi yang modern dan ruang publik yang luas.
Modernisasi bangunan stasiun KA komuter perlu penerapan konsep one stop building. Manajemen jalan kereta api yang terdiri dari beberapa emplasemen dari segala aspek sudah memenuhi standar kualifikasi, baik teknis maupun ekonomis.
Dengan begitu, kapabilitas stasiun dapat dikembangkan sesuai dengan beban dan aliran penglaju untuk jangka panjang. Setelah itu, pengembangan berikutnya adalah prasarana fisik penunjang seperti dalam pola-pola umum one stop building baik untuk kegiatan ekonomi.
Pola tersebut harus diatur dan dikendalikan oleh sebuah sistem building management. Stasiun perlu memiliki quality management yang cakap dan terukur agar setiap unit kerja di stasiun dapat menerapkan kontrol mutu dan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Seperti pada lazimnya, manajemen emplasemen terdiri atas sub bagian yang memiliki fungsi berlainan namun terpadu. Yakni, emplasemen penumpang, emplasemen gudang dan barang (freight station), emplasemen langsir (marshalling yard), emplasemen dipo kereta dan emplasemen dipo lokomotif.
Kompleksitas jalur logistik bisa diatasi lewat peran logistik KA. Apalagi PT KAI memiliki infrastruktur logistik dan gudang atau bangunan yang berperan sebagai proses insourcing produk atau komoditas. Maka, kini sudah saatnya memerankan sistem logistik KA hingga ke dermaga pelabuhan, bandara dan pusat komoditas tertentu.
Aspek usaha logistik ini antara lain meliputi perencanaan dan pengawasan produksi, manajemen inventori, pergudangan, unitisasi atau pengepakan menurut jumlah unit tertentu, transportasi, serta manajemen informasi seperti prosedur order maupun konfirmasi penerimaan barang.
Saatnya melakukan pengembangan usaha logistik PT KAI yang disertai platform digital yang agility alias tangkas. Ini akan berhasil jika didukung oleh struktur organisasi yang baik, sistem informasi, proses logistik, serta pola pikir organisasi yang cerdas dalam merespons perubahan yang terjadi.
Platform di atas juga harus sesuai dengan arah bisnis logistik global yang terus mengalami disrupsi. Terpenting KAI bisa memanfaatkan jaringan fasilitas dan sistem informasi logistik yang menghubungkan hulu sampai dengan hilir.
Arah tersebut ditandai dengan adanya aktivitas insourcing. Saatnya kegiatan insourcing digencarkan oleh PT KAI karena tersedianya pergudangan, bengkel rekayasa, SDM teknologi dan aset tanah yang sangat luas yang letaknya sangat strategis dari sudut ekonomi. Pada prinsipnya insourcing merupakan bentuk kolaborasi antara PT KAI dengan produsen komoditas, manufakturing, pedagang,dan jasa pengemasan yang menciptakan nilai tambah secara horizontal.
Bentuk itu juga bisa menciptakan kesempatan bisnis yang luas bagi usaha pengemasan dan pengiriman komoditas atau paket.
(bmm)