Sejarah KA Turangga yang Tabrakan dengan Commuter Line Bandung Raya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah KA Turangga yang tabrakan dengan Commuter Line Bandung Raya akan diulas dalam artikel ini. Dalam tabrakan ini, tiga orang dilaporkan tewas dan puluhan penumpang luka-luka.
Tabrakan KA Turangga relasi Surabaya Gubeng – Bandung dan Commuter Line Bandung Raya di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur – Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terjadi pada Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB.
"Jalur rel antara Haurpugur – Cicalengka untuk sementara tidak dapat dilalui akibat kecelakaan tersebut. KAI saat ini sedang berusaha melakukan upaya evakuasi kepada para penumpang di 2 KA yang menggalami musibah tersebut,” kata EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji.
Upaya selanjutnya dari KAI adalah melakukan upaya evakuasi dua rangkaian kereta api dan perbaikan jalur rel yang mengalami kerusakan. Bagi perjalanan KA yang akan melintas di wilayah Haurpugur – Cicalengka , KAI akan melakukan upaya rekayasa pola operasi berupa jalan memutar dan pengalihan menggunakan angkutan lain.
KAI juga akan melakukan investigasi bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui penyebab kecelakaan maut tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu makna dari Turangga adalah kuda. Ya, nama KA Turangga memang diambil dari nama hewan Menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi.
KA Turangga pertama kali beroperasi pada September 1995, melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif. Sejak 11 Oktober 1999, KA Turangga hanya melayani kelas eksekutif dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999, sedangkan rangkaian kelas bisnisnya dimutasi ke Malang untuk pengoperasian KA Gajayana.
Sejak 19 Januari 2009, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960. Sebagian besar warna tampak dalam kereta berwarna hijau.
Pertengahan tahun 2018, rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan Industri Kereta Api (INKA) digunakan untuk pengoperasian KA Turangga. Dengan dikeluarkannya grafik perjalanan kereta api terbaru oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Kereta Api Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2019, rute KA Turangga diperpanjang hingga Stasiun Gambir.
Selanjutnya, mulai 1 September 2020, rute KA Turangga ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula karena tingkat keterisian penumpang di rute Bandung–Jakarta dan sebaliknya menurun akibat pandemi Covid-19.
Lihat Juga: Kesaksian Warga saat Tabrakan KA Turangga vs Lokal Bandung Raya: Suara Benturan Keras dan Masinis Kejepit
Tabrakan KA Turangga relasi Surabaya Gubeng – Bandung dan Commuter Line Bandung Raya di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur – Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terjadi pada Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB.
"Jalur rel antara Haurpugur – Cicalengka untuk sementara tidak dapat dilalui akibat kecelakaan tersebut. KAI saat ini sedang berusaha melakukan upaya evakuasi kepada para penumpang di 2 KA yang menggalami musibah tersebut,” kata EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji.
Upaya selanjutnya dari KAI adalah melakukan upaya evakuasi dua rangkaian kereta api dan perbaikan jalur rel yang mengalami kerusakan. Bagi perjalanan KA yang akan melintas di wilayah Haurpugur – Cicalengka , KAI akan melakukan upaya rekayasa pola operasi berupa jalan memutar dan pengalihan menggunakan angkutan lain.
KAI juga akan melakukan investigasi bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui penyebab kecelakaan maut tersebut.
Sejarah KA Turangga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu makna dari Turangga adalah kuda. Ya, nama KA Turangga memang diambil dari nama hewan Menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi.
KA Turangga pertama kali beroperasi pada September 1995, melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif. Sejak 11 Oktober 1999, KA Turangga hanya melayani kelas eksekutif dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999, sedangkan rangkaian kelas bisnisnya dimutasi ke Malang untuk pengoperasian KA Gajayana.
Sejak 19 Januari 2009, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960. Sebagian besar warna tampak dalam kereta berwarna hijau.
Pertengahan tahun 2018, rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan Industri Kereta Api (INKA) digunakan untuk pengoperasian KA Turangga. Dengan dikeluarkannya grafik perjalanan kereta api terbaru oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Kereta Api Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2019, rute KA Turangga diperpanjang hingga Stasiun Gambir.
Selanjutnya, mulai 1 September 2020, rute KA Turangga ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula karena tingkat keterisian penumpang di rute Bandung–Jakarta dan sebaliknya menurun akibat pandemi Covid-19.
Lihat Juga: Kesaksian Warga saat Tabrakan KA Turangga vs Lokal Bandung Raya: Suara Benturan Keras dan Masinis Kejepit
(zik)