Berkaca dari Serial Killer Wowon

Sabtu, 28 Januari 2023 - 10:40 WIB
loading...
Berkaca dari Serial Killer Wowon
Kasus pembunuhan keji yang dilakukan Wowon Cs harus menjadi yang terakhir. FOTO/WAWAN BASTIAN
A A A
Masyarakat di Tanah Air digemparkan dengan pengungkapan kasus pembunuhan berantai atauserial killerdi Bekasi, Cianjur, Jawa Barat, dan Surabaya, Jawa Timur, yang dilakukan Wowon dkk. Aksi tak berperikemanusiaan itu menambah panjang daftar pembunuhan berantai paling kejam di Indonesia.

Peristiwa kejahatan ini tentu saja cukup menyentak perhatian. Bagaimana tidak, sembilan nyawa hilang begitu saja akibat kekejian tiga tersangka, yakni Wowon Erawan (Aki), Solihin (Duloh), dan M Dede Solehudin.

Di antara motif yang terungkap ternyata selain untuk menutupi kasus pembunuhan lain, Wowon dkk juga melakukan penipuan kepada para korbannya dengan modus penggandaan uang. Sasaran mereka termasuk para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang sudah dikenal Wowon.

Melihat fakta-fakta yang terungkap terlihat bahwa motif ekonomi juga berperan dalam aksi tiga tersangka yang sudah ditangkap pekan lalu itu.

Dari kasus ini kita juga bisa menarik pesan moral bahwa agar jangan mudah percaya dan tergiur dengan iming-iming meraih kekayaan instan dengan modus penggandaan uang.

Masyarakat harus hati-hati dengan modus cepat kaya dengan cara yang tidak masuk akal. Merujuk pada kasus pembunuhan berantai Wowon alias Aki dkk ini, modus penipuan menjadi salah satu praktik kotor tersangka. Dalam menjalankan aksi bengisnya, Wowon dibantu Dede Solehudin dan Solihin alias Duloh.

Wowon sendiri mengaku bisa menggandakan uang dan mengiming-imingi korbannya meraih kekayaan dengan cara cepat. Namun, alih-alih korban yang menyerahkan uang tersebut menjadi lebih tajir, mereka justru 'dilenyapkan'. Begitu juga dengan keluarga yang mengetahui penipuan tersebut, mereka satu per satu dihabisi dengan cara diracun.

Polisi pun bergerak cepat. Dalam tempo singkat ketiga pria sadis itu ditahan. Para tersangka sejauh ini telah membunuh sembilan orang, yang terdiri atas dua tenaga kerja wanita hingga keluarga para tersangka. Para tersangka membunuh korban dengan cara membuang ke laut, mencekik, hingga meracuni dengan racun tikus dan pestisida.

Dari sembilan korban tersebut, mayoritas korban adalah istri dan anak tiri Wowon. Belum pasti apa motif Wowon membunuh para korban.

Kepada penyidik, Wowon mengaku memiliki kemampuan supranatural. Dia mengklaim mampu menggandakan uang. Beberapa korban tenaga kerja wanita (TKW) diperdaya dengan iming-iming mencapai kesuksesan.

Kepada polisi, Wowon dkk beralasan melakukan pembunuhan dengan dalih mencapai sebuah kesuksesan. Itu artinya, apakah Wowon dkk membunuh para korban sebagai tumbal untuk pesugihan?

Meski demikian, polisi tetap mengedepankan penyidikan secara ilmiah melalui psikologi forensik untuk menguak motif Wowon dkk sesungguhnya. Polisi tak serta-merta memercayai pengakuan serialkillerWowon dkk.

Menarik, memang, supranatural atau hal-hal gaib masih tetap eksis di tengah peradaban masyarakat saat ini. Struktur sosial masyarakat kita masih menempatkan budaya-budaya yang kasatmata ini masih sangat-sangat dihargai.

Misalnya, dukun yang masih mempunyai status sosial tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Banyak pedagang/penjual yang memanfaatkan ilmu gaib untuk cepat memperoleh kekayaan. Kenapa dia masih eksis? Karena, peminatnya masih banyak.

Ada dua perspektif yang mendasari kejadian ini. Pertama, pelaku benar-benar belajar ilmu supranatural dan membuat dia harus membunuh orang terdekat untuk memperoleh sesuatu tertentu seperti kekayaan. Faktor kedua,'menguasai' korban untuk motif ekonomi.

Kultur masyarakat Indonesia secara umum sangat menjunjung tinggi mitos, legenda, dan hal-hal lainnya yang bersifat supranatural. Dari kondisi itu, pelaku memanfaatkan momentum.

Di sinilah pentingnya meningkatkan kesadaran dan literasi kepada masyarakat. Bisa jadi juga kejadian-kejadian sering munculnya pelaku kejahatan dengan modus penggandaan uang ini akibat korban tidak paham karena minimnya literasi. Ini terjadi bisa karena pendidikan yang rendah atau mereka mendapat ancaman untuk mengikuti permainan si pelaku.

Maka, pekerjaan rumah bagi para pemangku kepentingan ke depan adalah meningkatkan pemahaman kepada masyarakat agar jangan sampai tergoda iming-iming menjadi kaya tanpa usaha dan kerja keras. Tak kalah penting adalah menyampaikan bahwa untuk memiliki kekayaan rumusnya tak lain adalah dengan bekerja keras.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1546 seconds (0.1#10.140)