Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden
Rabu, 21 Desember 2022 - 06:10 WIB
Ketika itu, Wismoyo yang bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan sebagai Danwalpri Presiden Soeharto. Kedekatannya dengan keluarga presiden membawanya dekat dengan gadis ayu yang kelak dipinangnya sebagai istri.
Kedekatan hubungan Wismoyo dengan Datiet tidak lepas dari peran Siti Hardijanti Rukmana atau Mba Tutut, putri sulung Presiden Soeharto. Diakui Wismoyo, tidak mudah untuk bisa mengungkapkan keinginannya meminang pujaan hatinya tersebut.
”Walaupun orang Jawa, saya tidak memahami betul tata krama Jawa hinggil (tinggi). Saya bahkan tidak bisa berbahasa Jawa krama (halus). Namun apa daya cinta saya berlabuh kepada Datiet Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto,” kenang mantan Danjen Kopassus tersebut.
Perasaan gundah gulana muncul ketika Datiet meminta Wismoyo untuk meminangnya melalui Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Ada cerita menarik ketika Wismoyo melamar Datiet. Ketika saatnya tiba, Wismoyo mempersiapkan dirinya, bahkan Saking groginya Wismoyo terus mengelap sepatunya supaya berkilau.
Wismoyo kemudian berangkat ke rumah Presiden Soeharto sendirian. Di ruang pertemuan, Ibu Tien yang memperhatikan dari atas sampai bawah membuat Wismoyo semakin grogi. “Wong lanang kok ingah ingih (laki-laki kok tersipu,” ucap Ibu Tien sambil tersenyum.
Wismoyo yang grogi hanya bisa menunduk terdiam seribu bahasa sambil melihat ke arah Presiden Soeharto yang saat itu tampak tersenyum. “Aku mbiyen yo ingah ingih (saya dulu juga tersipu-sipu,” ujar Soeharto sambil tersenyum.
Jawaban itu membuat suasana menjadi cair dan membangkitkan kembali semangat Wismoyo untuk menyampaikan keinginannya melamar Datiet.
“Sungguh kalimat Pak Harto memotivasi kembali semangat saya. Peristiwa kecil itu sangat membekas di hati saya. Setiap pemimpin harus berani menyelamatkan bawahannya yang bertujuan baik,” ucapnya.
Keduanya pun mendapat restu. Wismoyo dan Datiet kemudian menikah dan membangun rumah tangga yang harmonis dan dikaruniai dua orang anak.
Kedekatan hubungan Wismoyo dengan Datiet tidak lepas dari peran Siti Hardijanti Rukmana atau Mba Tutut, putri sulung Presiden Soeharto. Diakui Wismoyo, tidak mudah untuk bisa mengungkapkan keinginannya meminang pujaan hatinya tersebut.
”Walaupun orang Jawa, saya tidak memahami betul tata krama Jawa hinggil (tinggi). Saya bahkan tidak bisa berbahasa Jawa krama (halus). Namun apa daya cinta saya berlabuh kepada Datiet Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto,” kenang mantan Danjen Kopassus tersebut.
Perasaan gundah gulana muncul ketika Datiet meminta Wismoyo untuk meminangnya melalui Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Ada cerita menarik ketika Wismoyo melamar Datiet. Ketika saatnya tiba, Wismoyo mempersiapkan dirinya, bahkan Saking groginya Wismoyo terus mengelap sepatunya supaya berkilau.
Wismoyo kemudian berangkat ke rumah Presiden Soeharto sendirian. Di ruang pertemuan, Ibu Tien yang memperhatikan dari atas sampai bawah membuat Wismoyo semakin grogi. “Wong lanang kok ingah ingih (laki-laki kok tersipu,” ucap Ibu Tien sambil tersenyum.
Wismoyo yang grogi hanya bisa menunduk terdiam seribu bahasa sambil melihat ke arah Presiden Soeharto yang saat itu tampak tersenyum. “Aku mbiyen yo ingah ingih (saya dulu juga tersipu-sipu,” ujar Soeharto sambil tersenyum.
Jawaban itu membuat suasana menjadi cair dan membangkitkan kembali semangat Wismoyo untuk menyampaikan keinginannya melamar Datiet.
“Sungguh kalimat Pak Harto memotivasi kembali semangat saya. Peristiwa kecil itu sangat membekas di hati saya. Setiap pemimpin harus berani menyelamatkan bawahannya yang bertujuan baik,” ucapnya.
Keduanya pun mendapat restu. Wismoyo dan Datiet kemudian menikah dan membangun rumah tangga yang harmonis dan dikaruniai dua orang anak.
tulis komentar anda