Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden

Rabu, 21 Desember 2022 - 06:10 WIB
loading...
Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden
Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Menjadi orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD) dan masuk dalam lingkaran keluarga terpandang Presiden RI tak pernah terlintas dalam benak Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Aris Munandar .

Bagaimana tidak, Wismoyo dilahirkan dari keluarga sederhana. Putra seorang pegawai rendahan di pemerintahan Belanda yang bekerja di daerah Bondowoso, Jawa Timur. Sebagai anak desa, Wismoyo harus menjalani kerasnya kehidupan di zaman revolusi kemerdekaan.

Bersama kedua orang tuanya, Wismoyo yang kala itu masih berusia 7 tahun harus mengungsi ke daerah yang lebih aman. Di tempat pengungsian selama 1,5 tahun, Wismoyo mengisi hari-harinya dengan mengembala kambing.

Kehidupan keras Wismoyo sebagai anak kampung justru membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang berani, bernyali besar, loyal, dan bertanggung jawab. Karena karakternya itu, Wismoyo seringkali berada di depan demi membela teman-temannya yang lemah. Bahkan, Wismoyo yang memiliki tubuh besar juga kerap dimintai bantuan oleh kakak-kakaknya jika berkelahi dengan orang lain.



“Kehidupan saya keras, seperti kehidupan gembala kambing, berkelahi dan kasar,” kenang Wismoyo dalam buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar: Sosok Prajurit Sejati” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) dikutip SINDOnews Rabu (21/12/2022).

Memasuki usia sekolah, Wismoyo mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yang kala itu masih bernama Sekolah Rakyat (SR) di daerah Bondowoso. Sebagai anak yang paling kecil, Wismoyo selalu berangkat bersama kakak-kakaknya. Meski demikian, keberanian, disiplin, dan sifat keras putra bungsu dari enam bersaudara pasangan R. Arismunandar dan Ny. Sri Wuryan sudah terlihat.



Selepas SD, Wismoyo melanjutkan pendidikannya di SMP di Kota Semarang pada 1954. Kepindahannya ke Semarang karena mengikuti ayahnya yang dipindah daerah tersebut. Di sekolah tersebut, Wismoyo termasuk murid yang cerdas, berwibawa, dan juga disegani teman-temannya.

Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden

Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar bersama Danjen Kopassus Brigjen TNI Subagyo HS. Foto/istimewa

Selama mengikuti pendidikan di sekolah tersebut, ada kenangan yang tidak pernah bisa dilupakan Wismoyo yakni, menjadi makelar karcis bioskop. Kebetulan letak bioskop tidak jauh dari rumahnya tinggal. Hal itu dilakukan Wismoyo setelah pulang sekolah guna menambah uang jajan.

Saat itu, Wismoyo diangkat sebagai komandan makelar karcis oleh teman-temannya. Karena predikat tersebut, Wismoyo kerap berkelahi dengan pembeli karcis yang merasa keberatan dengan harga karcis yang mahal.

Lulus dari SMP, Wismoyo kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Semarang. Kedua orang tua Wismoyo selalu menekankan pentingnya pendidikan. Di sekolah ini, karakter dan kepribadian Wismoyo semakin matang sebagai sosok yang berani, bertanggung jawab, disiplin dan pekerja keras.

Jadi Danjen Kopassus dan KSAD

Selepas SMA pada 1960, Wismoyo memutuskan masuk tentara. Keinginannya menjadi prajurit TNI tidak lepas dari lingkunganya. Selain pernah tinggal di dekat asrama tentara di Madiun, rumah Wismoyo juga seringkali didatangi pamannya yang juga seorang tentara bersama Bambang Sugeng, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke 3 saat tengah bergerilya melawan Belanda.

Hal itulah yang membulatkan tekad Wismoyo untuk terjun ke dunia militer. Wismoyo pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika mengetahui ada pengumuman pendaftaran masuk taruna Akademi Militer Nasional (AMN) sekarang bernama Akademi Militer (Akmil) di Magelang.

Saat tes masuk menjadi taruna, Wismoyo kembali menunjukkan keberaniannya. Ketika itu, kepala Wismoyo dipegang oleh salah satu panitia seleksi bernama Mayor Usman Rahman. Tak terima dengan perlakuan itu, Wismoyo marah dan menghalangi langkah Mayor Usman. “Mayor jangan pegang-pegang kepala saya,” katanya dengan suara tegas.

Setelah berhasil melewati semua tes, Wismoyo dinyatakan lulus sebagai taruna. Bersama dengan taruna lainnya, Wismoyo pun digembleng dengan keras di lembah Tidar. Jalan hidup pria kelahiran Bondowoso, 10 Februari 1940, berubah setelah masuk tentara.

Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden

Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar (paling kanan depan). Foto/istimewa

Lulus AMN 1960 dengan pangkat Letnan Dua (Letda), Wismoyo langsung bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang saat itu masih bernama Kopassandha, pasukan elite TNI Angkatan Darat (AD).

Belum lama bergabung dengan Kopassandha, Wismoyo langsung mendapat tugas menumpas pemberontakan bersenjata DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan yang dilanjutkan dengan menumpas G30S/PKI di sejumlah daerah. Keberhasilannya di medan operasi, membuat Wismoyo diangkat menjadi Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto.

Sebuah tugas yang hanya diberikan kepada prajurit-prajurit pilihan. Sebagai Danwalpri, Wismoyo bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan presiden dan keluarganya. Karenanya, dalam melaksanakan tugas pengamanan, Wismoyo selalu melekat di mana pun Presiden Soeharto berada. Setahun menjadi pengawal pribadi, Wismoyo kembali ke Kopassus menjadi Komandan Kompi Group 4 Kopassus. Selanjutnya, diangkat menjadi Danki 5 Group 4.

Menyandang pangkat Kapten, Wismoyo kembali mendapat tugas dalam Operasi Wibawa di Papua pada 1969. Kemudian, menumpas pemberontakan PGRS/Paraku di pedalaman Kalimantan berbatasan dengan Malaysia.

Karier Wismoyo terus menanjak, setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) dan Sesko ABRI, Wismoyo kemudian menduduki sejumlah jabatan strategis hingga diangkat menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassandha ke-9 pada 1983.

Jabatan Wismoyo semakin mentereng. Dia diangkat menjadi Kasdam IX/Udayana, kemudian Pangdam XVII/Cenderawasih dan Pangdam IV/Diponegoro. Selanjutnya, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Pangkostrad dan Wakasad pada 1992, dan puncaknya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-17.

Menikahi Adik Ipar Presiden

Prestasi dan dedikasi dalam bertugas membuat Wismoyo selalu mendapat tugas-tugas penting dan dekat dengan Istana. Penugasan inilah yang mendekatkan dirinya dengan Raden Ajeng Datiet Siti Hardjanti, adik kandung dari Ibu Tien Soeharto.

Ketika itu, Wismoyo yang bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan sebagai Danwalpri Presiden Soeharto. Kedekatannya dengan keluarga presiden membawanya dekat dengan gadis ayu yang kelak dipinangnya sebagai istri.

Kedekatan hubungan Wismoyo dengan Datiet tidak lepas dari peran Siti Hardijanti Rukmana atau Mba Tutut, putri sulung Presiden Soeharto. Diakui Wismoyo, tidak mudah untuk bisa mengungkapkan keinginannya meminang pujaan hatinya tersebut.

Dulu Makelar Karcis Bioskop, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Jenderal Kopassus dan Keluarga Presiden


”Walaupun orang Jawa, saya tidak memahami betul tata krama Jawa hinggil (tinggi). Saya bahkan tidak bisa berbahasa Jawa krama (halus). Namun apa daya cinta saya berlabuh kepada Datiet Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto,” kenang mantan Danjen Kopassus tersebut.

Perasaan gundah gulana muncul ketika Datiet meminta Wismoyo untuk meminangnya melalui Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Ada cerita menarik ketika Wismoyo melamar Datiet. Ketika saatnya tiba, Wismoyo mempersiapkan dirinya, bahkan Saking groginya Wismoyo terus mengelap sepatunya supaya berkilau.

Wismoyo kemudian berangkat ke rumah Presiden Soeharto sendirian. Di ruang pertemuan, Ibu Tien yang memperhatikan dari atas sampai bawah membuat Wismoyo semakin grogi. “Wong lanang kok ingah ingih (laki-laki kok tersipu,” ucap Ibu Tien sambil tersenyum.

Wismoyo yang grogi hanya bisa menunduk terdiam seribu bahasa sambil melihat ke arah Presiden Soeharto yang saat itu tampak tersenyum. “Aku mbiyen yo ingah ingih (saya dulu juga tersipu-sipu,” ujar Soeharto sambil tersenyum.

Jawaban itu membuat suasana menjadi cair dan membangkitkan kembali semangat Wismoyo untuk menyampaikan keinginannya melamar Datiet.

“Sungguh kalimat Pak Harto memotivasi kembali semangat saya. Peristiwa kecil itu sangat membekas di hati saya. Setiap pemimpin harus berani menyelamatkan bawahannya yang bertujuan baik,” ucapnya.

Keduanya pun mendapat restu. Wismoyo dan Datiet kemudian menikah dan membangun rumah tangga yang harmonis dan dikaruniai dua orang anak.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)