Dorong Produktivitas Usia Muda

Jum'at, 10 Juli 2020 - 06:24 WIB
BPS juga mengungkapkan, sampai Februari 2020, tingkat pengangguran terbuka di perkotaan 6,15%, sedangkan pedesaan 3,55%. Berdasarkan usia, tingkat pengangguran terbuka berumur 15-24 tahun berada di level tertinggi dibanding kelompok umur lain, yaitu 16,28%. (Baca juga: Enam Penculik ABG Diringkus Polres Pasuruan)

Berkebalikan dengan itu tingkat pengangguran terbuka penduduk lansia (60 tahun ke atas) paling kecil di antara semua kelompok umur, yaitu 1,08%. "Dibanding tahun sebelumnya, terjadi peningkatan tingkat pengangguran terbuka usia muda, yaitu sebesar 0,90% poin," tutur Suhariyanto.

Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran terbuka dari lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) masih yang paling tinggi di antara tingkat pendidikan lain (8,49%), yang terendah pada jenjang pendidikan SD ke bawah (2,64%). Di lain sisi, jumlah angkatan kerja sampai Februari lalu naik 1,73 juta orang menjadi 137,91 juta orang atau meningkat dibanding Februari 2019 yang sebesar 136,18 juta orang.

Investasi Tak Sebanding

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana mengatakan, jauh sebelum pandemi Covid-19 penyerapan tenaga kerja Indonesia sudah bermasalah. Kendati investasi setiap tahunnya selalu meningkat, namun tidak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.

Dia menyebutkan, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi pada 2013 mencapai Rp389,3 triliun dengan tenaga kerja terserap sebanyak 1,8 juta.

Setahun kemudian investasi mencapai Rp463 triliun dengan penyerapan tenaga kerjanya 1,43 juta orang. Kemudian pada 2018, total investasi yang masuk mencapai Rp721,3 triliun. Namun, jumlah tenaga kerja yang terserap hanya 960.052, melorot hampir setengahnya. (Lihat videonya: Maria Lumowa Berhasil Diekstadisi ke Indonesia, Simak Kronologisnya)

“Ini karena investasi yang masuk dalam lima tahun terakhir adalah padat modal dan trading. Jadi, tidak banyak investasi pada sektor manufaktur dan padat karya. Ini cenderung seperti itu, akhirnya negara ini akan menjadi negara perdagangan, bukan produsen. Manufaktur dan padat karya tidak tumbuh,” pungkasnya.

Apindo menyebutkan, di masa pandemi Covid-19, jumlah pekerja yang mengalami PHK dan dirumahkan mencapai 6 juta orang. Untuk itu, pemerintah perlu memberikan insentif pada masyarakat umum dan dunia usaha agar perekonomian kembali bergerak.

Menurut Danang, masa kenormalan baru tidak membuat semua menjadi sempurna seperti semula. Di sektor ekonomi, kembalinya aktivitas ekonomi dipastikan tidak akan 100%. “Kita tidak bisa berharap banyak (situasi seperti ini), tapi semua perusahaan, outlet, dan department store harus bertahan di masa sulit ini,” ucapnya. (Faorick Pakpahan/F W Bahtiar/Michele Natallia)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More