Tradisi Unik Kampung Sawah Bekasi, Warga Saling Antar Makanan di Hari Raya Agama

Kamis, 01 Desember 2022 - 09:27 WIB
Menurut Pendeta Umat GKP Kampung Sawah, William Alexander, kebebasan beragama itu bukan sekadar opini tapi juga membuka diri untuk orang lain agar bisa beribadah sesuai keyakinan dan kenyamanannya. Dia memisalkan jumlah gereja di Kecamatan Pondok Melati mungkin paling banyak di Indonesia. Meskipun sama-sama gereja tapi banyak aliran yang cara beribadahnya juga berbeda.

"Kami pun sebagai gereja tertua dan pertama, tidak menutup gereja lain untuk hadir mengisi ruang-ruang keberagaman. Keberagamannya bukan hanya antaragama tapi sesame iman, sehingga kehadiran orang untuk beribadah itu tidak kita halangi," kata Pendeta William. Menurutnya, saat ini sudah disepakati tidak ada penambahan gereja di Pondok Melati karena melihat jumlah jiwa penduduk, tempat ibadah yang ada sudah cukup.

Marga dan Ngariung



Sejumlah jemaat berada di halaman Gereja St Servatius Kampung Sawah, Kota Bekasi, Minggu (27/11/2022). Gereja ini hanya berjarak sekitar 100 meter dengan Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi. MNC Portal/Abdul Malik M

Toleransi antarumat beragama yang terjadi di Kampung Sawah juga dipengaruhi adanya keluarga besar asli daerah ini. Keluarga besar ini semacam marga yang keberadaannya memperkuat hubungan harmonis masyarakat. Beberapa marga asli Kampung Sawah adalah Noron, Baiin, Napiun, Natanael, Rikin, Kaiin, Niman, Sarin, Samad, dan Nalih.

"Jadi marga Betawi Kampung Sawah ini memiliki satu fam, memiliki suatu keluarga besar, dengan marga-marga seperti itu. Ya memperkuatlah secara tidak langsung hubungan emosional antara marga satu dengan marga lain," kata Wakil Dewan Paroki Harian Gereja St. Servatius Kampung Sawah, Hari Wibowo.

Untuk menjaga kerukunan antarumat, para tokoh masyarakat dan agama, rutin berkomunikasi. Mereka saling bersilaturahmi, saling berkunjung, baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun keagamaan.

"Misalkan Lebaran kita main ke Yasfi, kita juga (berkunjung) ada satu pesantren yang besar Al Aziz. Demikian juga kalau kita ada acara, dari pihak Yasfi datang," kata Hari.

Selain itu, Kampung Sawah juga mempunyai kegiatan rutin sebagai wadah berkumpul para tokoh agama dan masyarakat, termasuk perangkat pemerintahan. Namanya Ngariung Bareng. Dalam pertemuan itu dibahas berbagai macam persoalan yang terjadi di masyarakat untuk dicarikan solusinya. Sehingga ketika ada permasalahan yang berpotensi merusak kerukunan antarumat beragama bisa segera diantisipasi.

Kuatnya kerukunan hidup antarumat beragama membuat masyarakat Kampung Sawah terpengaruh dinamika politik yang pernah terjadi, seperti Pemilihan Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Meski berbeda-beda pilihan tapi hubungan harmonis tetap terjaga. Warga sadar bahwa masing-masing memiliki pilihan yang tidak bisa dipaksakan.

"Pilihan partai politik, pilihan presiden, pilihan apa pun, kita dengan kesadaran kita memang beda, nggak masalah, yang penting kita punya visi yang sama membangun kehidupan Kampung Sawah yang baik," kata Pendeta William.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More