Mengenal Sosok Pahlawan Nasional Abdulrachman Saleh, Pelopor AURI
Rabu, 09 November 2022 - 19:10 WIB
Kekalahan Jepang berarti berakhirnya penjajahan dan penindasan di Indonesia. Pemuda bersama seluruh rakyat bangkit melucuti sisa-sisa tentara Jepang yang masih tinggal. Tak ketinggalan pemuda-pemuda pegawai Kantor Radio Jepang juga ikut andil. Mereka membentuk suatu gerakan rahasia untuk menguasai kantor. Sebab saat itu radio merupakan sarana penyiaran utama.
Gerakan ini diketahui oleh Kempetai (Dinas Rahasia Jepang), sehingga proklamasi kemerdekaan yang diucapkan atas nama Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi, tidak dapat langsung disiarkan. Penyiaran proklamasi terpaksa tertunda untuk beberapa jam lamanya. Di sinilah keahlian dan pengalaman Maman di bidang radio betul-betul dimanfaatkan.
Untuk dapat menyiarkan proklamasi kemerdekaan dengan bantuan pegawai-pegawai radio bagian teknik, Maman menyalurkan siarannya melalui pemancar yang bergelombang 16 meter, yang berada di Bandung.
Penggunaan siaran gelap ini diketahui oleh Pemimpin Kantor Radio bangsa Jepang. Dua orang Indonesia diminta pertanggungan jawabnya, yaitu Bachtiar Lubis dan Jusuf Ronodipuro. Penyiaran berita Proklamasi dihentikan melalui pemancar di Bandung atas perintah Markas Besar Tentara Serikat di Timur Jauh.
Ketika bertemu dengan pemuda Jusuf Ronodipuro pada 18 Agustus 1945 menceritakan bahwa Hosokkyiku (pusat siaran radio pendudukan Jepang di Jalan Merdeka Barat) ditutup, Maman tetap bertekad agar keberadaan Indonesia sebagai negara baru merdeka diketahui dunia internasional.
Pemancar-pemancar ilegal mulai dibangun. Dengan bantuan beberapa pegawai radio dan keahlian di bidang teknik, sebuah pemancar berkekuatan 85 meter berhasil didirikan di sebuah gedung di Jalan Menteng Raya, Jakarta. Namun pemancar itu kemudian dipindahkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran di Jalan Salemba 6. Radio Indonesia pun mulai mengudara menyiarkan berita-berita ke luar negeri dengan call This is Voice of Free Indonesia atau Inilah Suara Indonesia Merdeka.
Suara Indonesia Merdeka inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia untuk pertama kalinya pada 25 Agustus 1945 dan Wakil Presiden Republik Indonesia Bung Hatta pada 29 Agustus 1945.
Lalu, Maman dibantu aktivis radio, menyusun dasar-dasar Radio Republik Indonesia (RRI) yang antara lain menetapkan 11 September 1945 sebagai hari berdirinya RRI.
Setelah siaran RRI lancar, Maman merasa sudah tiba saatnya memelopori perjuangan di bidang lain. Ia lalu mengundurkan diri dari bidang radio dan masuk ke dalam Tentara Republik Indonesia untuk membentuk Angkatan Udara Nasional bersama-sama dengan Adi Sutjipto, seorang bekas murid Pak Karbol di Perguruan Tinggi Kedokteran Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, Maman mengalihkan perhatiannya pada perjuangan di bidang kedirgantaraan, dengan memilih berjuang ke AURI. Pada saat AURI masih dalam pertumbuhan, Maman bersama perintis Angkatan Udara lainnya terus berupaya untuk mengembangkan kejayaan Angkatan Udara. Bersamaan dengan itu, berdasarkan Maklumat Pemerintah tertanggal 5 Oktober 1945 telah membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Gerakan ini diketahui oleh Kempetai (Dinas Rahasia Jepang), sehingga proklamasi kemerdekaan yang diucapkan atas nama Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi, tidak dapat langsung disiarkan. Penyiaran proklamasi terpaksa tertunda untuk beberapa jam lamanya. Di sinilah keahlian dan pengalaman Maman di bidang radio betul-betul dimanfaatkan.
Untuk dapat menyiarkan proklamasi kemerdekaan dengan bantuan pegawai-pegawai radio bagian teknik, Maman menyalurkan siarannya melalui pemancar yang bergelombang 16 meter, yang berada di Bandung.
Penggunaan siaran gelap ini diketahui oleh Pemimpin Kantor Radio bangsa Jepang. Dua orang Indonesia diminta pertanggungan jawabnya, yaitu Bachtiar Lubis dan Jusuf Ronodipuro. Penyiaran berita Proklamasi dihentikan melalui pemancar di Bandung atas perintah Markas Besar Tentara Serikat di Timur Jauh.
Ketika bertemu dengan pemuda Jusuf Ronodipuro pada 18 Agustus 1945 menceritakan bahwa Hosokkyiku (pusat siaran radio pendudukan Jepang di Jalan Merdeka Barat) ditutup, Maman tetap bertekad agar keberadaan Indonesia sebagai negara baru merdeka diketahui dunia internasional.
Pemancar-pemancar ilegal mulai dibangun. Dengan bantuan beberapa pegawai radio dan keahlian di bidang teknik, sebuah pemancar berkekuatan 85 meter berhasil didirikan di sebuah gedung di Jalan Menteng Raya, Jakarta. Namun pemancar itu kemudian dipindahkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran di Jalan Salemba 6. Radio Indonesia pun mulai mengudara menyiarkan berita-berita ke luar negeri dengan call This is Voice of Free Indonesia atau Inilah Suara Indonesia Merdeka.
Suara Indonesia Merdeka inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia untuk pertama kalinya pada 25 Agustus 1945 dan Wakil Presiden Republik Indonesia Bung Hatta pada 29 Agustus 1945.
Lalu, Maman dibantu aktivis radio, menyusun dasar-dasar Radio Republik Indonesia (RRI) yang antara lain menetapkan 11 September 1945 sebagai hari berdirinya RRI.
Setelah siaran RRI lancar, Maman merasa sudah tiba saatnya memelopori perjuangan di bidang lain. Ia lalu mengundurkan diri dari bidang radio dan masuk ke dalam Tentara Republik Indonesia untuk membentuk Angkatan Udara Nasional bersama-sama dengan Adi Sutjipto, seorang bekas murid Pak Karbol di Perguruan Tinggi Kedokteran Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, Maman mengalihkan perhatiannya pada perjuangan di bidang kedirgantaraan, dengan memilih berjuang ke AURI. Pada saat AURI masih dalam pertumbuhan, Maman bersama perintis Angkatan Udara lainnya terus berupaya untuk mengembangkan kejayaan Angkatan Udara. Bersamaan dengan itu, berdasarkan Maklumat Pemerintah tertanggal 5 Oktober 1945 telah membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Lihat Juga :
tulis komentar anda