Deretan Pahlawan Nasional yang Juga Seorang Seniman
Selasa, 08 November 2022 - 22:00 WIB
Sementara, pendidikan SMA diselesaikannya di Yogyakarta. Ia pun melajutkan pendidikan tinggi ke University of California, Los Angeles, Amerika Serikat. Bakatnya sebagai seniman sudah terlihat ketika ia berada di bangku SMP. Ketika itu, ia dan teman-temannya tampil dalam acara perayaan hari ulang tahun Putri Mahkota, Ratu Wilhelmina di Padang.
Kemudian, ia dan teman-temannya hadir dengan menyewa perahu serta pakaian bajak laut. Namun acara tersebut gagal karena mereka hampir pingsan lantaran kelelahan mengayuh perahu. Akan tetapi, hal tersebut menandakan Usmar Ismail berbakat menjadi seorang sutradara. Ia mempunyai imajinasi untuk menyajikan tontonan yang mengesankan.
Saat di bangku SMA, ia terlibat di dunia sastra. Usmar Ismail mulai mengirimkan karya-karya ke berbagai majalah. Bakat yang dimiliki semakin berkembang ketika bekerja di Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang. Di tempat tersebut, ia bersama Armijn Pane serta budayawan lainnya mementaskan drama.
Pada 1943, ia bersama kakaknya, El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, dan HB Jassin mendirikan kelompok sandiwara Maya. Pada perkembangannya, Usmar mulai menaruh minatnya pada perfilman.
Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail antara lain, Darah dan Doa, Enam Jam di Yogya, Dosa Tak Berampun, Krisis, Kafedo, Lewat Jam Malam, Tiga Dara dan Pejuang. Pada 2 Januari 1971, Usmar Ismail meninggal dunia karena sakit stroke. Ia diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 2021.
Kemudian, ia dan teman-temannya hadir dengan menyewa perahu serta pakaian bajak laut. Namun acara tersebut gagal karena mereka hampir pingsan lantaran kelelahan mengayuh perahu. Akan tetapi, hal tersebut menandakan Usmar Ismail berbakat menjadi seorang sutradara. Ia mempunyai imajinasi untuk menyajikan tontonan yang mengesankan.
Saat di bangku SMA, ia terlibat di dunia sastra. Usmar Ismail mulai mengirimkan karya-karya ke berbagai majalah. Bakat yang dimiliki semakin berkembang ketika bekerja di Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang. Di tempat tersebut, ia bersama Armijn Pane serta budayawan lainnya mementaskan drama.
Pada 1943, ia bersama kakaknya, El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, dan HB Jassin mendirikan kelompok sandiwara Maya. Pada perkembangannya, Usmar mulai menaruh minatnya pada perfilman.
Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail antara lain, Darah dan Doa, Enam Jam di Yogya, Dosa Tak Berampun, Krisis, Kafedo, Lewat Jam Malam, Tiga Dara dan Pejuang. Pada 2 Januari 1971, Usmar Ismail meninggal dunia karena sakit stroke. Ia diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 2021.
(kri)
tulis komentar anda