Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma IPTEK
Kamis, 03 November 2022 - 18:53 WIB
Rektor ITB Prof. Ir. N.R. Reni D. Wirahadikusumah, MSCE, Ph.D yang diwakili Sekretaris Rektor ITB Prof. Dr. Ing. Widjaja Martokusumo mengucapkan terimakasih kepada BPIP yang sudah menjalin kolaborasi.
Menurutnya Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah salah satu faktor yang penting dalam menjadikan ITB sebagai pusat dari pengembangan kebudayaan bangsa.
Hal itu sesuai dengan RENIP ITB 2006-2025. Selaras dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi digital, memahami dan menguasai bidang digital dan kemanusiaan adalah sebuah keharusan.
"Humanities is one of the important factors to make ITB a center for the development of the nation's culture, as mandated in RENIP ITB 2006-2025. In line with the technology development, especially digital technology, understanding and mastering the field of digital humanities is a necessity" ujarnya.
Ia juga memaparkan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh KK Ilmu-ilmu Kemanusiaan (KKIK) di Fakultas Seni Rupa dan Desain telah melebihi ekspektasi terdapat studi, HAKI, and Pengabdian Masyarakat yang telah dilaksanakan oleh KKIK, termasuk kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak.
"To anticipate and address various challenges, opportunities, and innovations in the midst of the life of the Indonesian nation which is experiencing the development of the Industrial Revolution 4.0 and digital age with various disruption of humanity; ITB through KKIK collaborates with Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) to develop the position of Pancasila as a scientific paradigm, especially in the disciplines of humanities through the contribution of scientific works from national and international experts and scientists in the field of digital humanities", paparnya.
Sementara itu Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP Dr. M. Sabri, M.A dalam laporannya mengaku kegiatan ini merupakan ikhtiar agung untuk menghimpun visi dan pemikiran dari para ilmuwan dalam negeri maupun luar negeri.
Output dalam kegiatan tersebut diharapakan dapat melahirkan karya dari para ilmuwan Internasional yang akan menjadi referensi ilmiah dalam menjelaskan beragam tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam rangka membangun kehidupan smart society 5.0 di Indonesia maupun luar negeri dengan menggunakan perspektif Pancasila.
"Kami juga bekerjasama dengan penerbit International Atlantis Press sehingga referensi ilmiah Pancasila dan keilmuan digital humanities dapat diakses secara internasional dan diperbincangkan secara global", dalam laporannya. (ER)
Menurutnya Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah salah satu faktor yang penting dalam menjadikan ITB sebagai pusat dari pengembangan kebudayaan bangsa.
Hal itu sesuai dengan RENIP ITB 2006-2025. Selaras dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi digital, memahami dan menguasai bidang digital dan kemanusiaan adalah sebuah keharusan.
"Humanities is one of the important factors to make ITB a center for the development of the nation's culture, as mandated in RENIP ITB 2006-2025. In line with the technology development, especially digital technology, understanding and mastering the field of digital humanities is a necessity" ujarnya.
Ia juga memaparkan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh KK Ilmu-ilmu Kemanusiaan (KKIK) di Fakultas Seni Rupa dan Desain telah melebihi ekspektasi terdapat studi, HAKI, and Pengabdian Masyarakat yang telah dilaksanakan oleh KKIK, termasuk kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak.
"To anticipate and address various challenges, opportunities, and innovations in the midst of the life of the Indonesian nation which is experiencing the development of the Industrial Revolution 4.0 and digital age with various disruption of humanity; ITB through KKIK collaborates with Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) to develop the position of Pancasila as a scientific paradigm, especially in the disciplines of humanities through the contribution of scientific works from national and international experts and scientists in the field of digital humanities", paparnya.
Sementara itu Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP Dr. M. Sabri, M.A dalam laporannya mengaku kegiatan ini merupakan ikhtiar agung untuk menghimpun visi dan pemikiran dari para ilmuwan dalam negeri maupun luar negeri.
Output dalam kegiatan tersebut diharapakan dapat melahirkan karya dari para ilmuwan Internasional yang akan menjadi referensi ilmiah dalam menjelaskan beragam tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam rangka membangun kehidupan smart society 5.0 di Indonesia maupun luar negeri dengan menggunakan perspektif Pancasila.
"Kami juga bekerjasama dengan penerbit International Atlantis Press sehingga referensi ilmiah Pancasila dan keilmuan digital humanities dapat diakses secara internasional dan diperbincangkan secara global", dalam laporannya. (ER)
(atk)
Lihat Juga :
tulis komentar anda