Gerakan Deteksi Dini Kanker Harus Jadi Kepedulian Bersama
Rabu, 19 Oktober 2022 - 22:40 WIB
Kolaborasi lintas sektor antarlembaga pemerintah, kata anggota Komisi X DPR RI Dapil II Jawa Tengah ini harus ditingkatkan untuk mewujudkan sebuah gerakan yang mampu mendorong semakin banyak sosialisasi deteksi dini kanker payudara di tengah masyarakat.
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu mengajak semua pihak untuk bergerak bersama dalam upaya membangun pemahaman masyarakat bahwa mengupayakan pencegahan kanker payudara sejak dini merupakan langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan bangsa.
"Karena ibu yang sehat dan terbebas dari kanker akan sangat berperan dalam mewujudkan keluarga yang sehat dan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan tangguh," ucapnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito mengungkapkan kanker payudara merupakan penyakit dengan jumlah penderita tertinggi di Indonesia. Di Jakarta, kata Soeko, pertambahan kasus kanker payudara per tahun diperkirakan 176 kasus. "Penyebab kanker payudara belum diketahui dan yang bisa diwaspadai adalah faktor-faktor risikonya," paparnya.
Berdasarkan penelitian, bila tidak ada upaya pencegahan pada 2035 akan terjadi pertambahan kasus kanker payudara sekitar 85% di Tanah Air. "Jadi harus ada tindakan yang segera dan deteksi dini harus dilakukan untuk meningkatkan upaya pencegahan," ujar Soeko.
Menurut Soeko, harus ada shifting paradigma dalam pelayanan terkait kanker di Indonesia antara lain lewat tata laksana pelayanan yang dimulai pada stadium awal. Setiap rumah sakit seharusnya memiliki sejumlah layanan antara lain preventif, skrining dan deteksi dini, diagnostik, palliative, rehabilitasi medik dan beberapa tindakan lainnya. "Namun sebagian besar rumah sakit hanya mampu memberikan layanan kanker yang terbatas," katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes Eva Susanti mengungkapkan kanker yang banyak menimpa perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki mayoritas alami kanker paru-paru dan usus.
Berdasarkan catatan Kemenkes, pada 2020 sebanyak 54% kasus kanker diderita oleh perempuan. Dalam mengatasi kondisi tersebut, pemerintah berupaya melakukan transformasi sistem kesehatan lewat peningkatan layanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan.
"Dalam penanggulangan kanker Kemenkes memilki empat pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus dan pelayanan khusus," ucapnya.
Hambatan yang sering terjadi karena di tingkat puskesmas promosi kesehatan terkait kanker payudara sangat kurang. Akibatnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan Sadari dan Sadanis juga rendah."Di sisi lain, layanan mammogram yang merupakan tindak lanjut dari Sadari biayanya belum ditanggung JKN," katanya.
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu mengajak semua pihak untuk bergerak bersama dalam upaya membangun pemahaman masyarakat bahwa mengupayakan pencegahan kanker payudara sejak dini merupakan langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan bangsa.
"Karena ibu yang sehat dan terbebas dari kanker akan sangat berperan dalam mewujudkan keluarga yang sehat dan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan tangguh," ucapnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito mengungkapkan kanker payudara merupakan penyakit dengan jumlah penderita tertinggi di Indonesia. Di Jakarta, kata Soeko, pertambahan kasus kanker payudara per tahun diperkirakan 176 kasus. "Penyebab kanker payudara belum diketahui dan yang bisa diwaspadai adalah faktor-faktor risikonya," paparnya.
Berdasarkan penelitian, bila tidak ada upaya pencegahan pada 2035 akan terjadi pertambahan kasus kanker payudara sekitar 85% di Tanah Air. "Jadi harus ada tindakan yang segera dan deteksi dini harus dilakukan untuk meningkatkan upaya pencegahan," ujar Soeko.
Menurut Soeko, harus ada shifting paradigma dalam pelayanan terkait kanker di Indonesia antara lain lewat tata laksana pelayanan yang dimulai pada stadium awal. Setiap rumah sakit seharusnya memiliki sejumlah layanan antara lain preventif, skrining dan deteksi dini, diagnostik, palliative, rehabilitasi medik dan beberapa tindakan lainnya. "Namun sebagian besar rumah sakit hanya mampu memberikan layanan kanker yang terbatas," katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes Eva Susanti mengungkapkan kanker yang banyak menimpa perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki mayoritas alami kanker paru-paru dan usus.
Berdasarkan catatan Kemenkes, pada 2020 sebanyak 54% kasus kanker diderita oleh perempuan. Dalam mengatasi kondisi tersebut, pemerintah berupaya melakukan transformasi sistem kesehatan lewat peningkatan layanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan.
"Dalam penanggulangan kanker Kemenkes memilki empat pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus dan pelayanan khusus," ucapnya.
Hambatan yang sering terjadi karena di tingkat puskesmas promosi kesehatan terkait kanker payudara sangat kurang. Akibatnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan Sadari dan Sadanis juga rendah."Di sisi lain, layanan mammogram yang merupakan tindak lanjut dari Sadari biayanya belum ditanggung JKN," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda