Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Pastikan Tidak Ada Pemain yang Terluka Diserang Suporter
Kamis, 06 Oktober 2022 - 08:04 WIB
JAKARTA - Komisioner Komnas HAM , Choirul Anam memastikan tidak ada pemain Arema FC ataupun Persebaya yang terluka akibat diserang Aremania dalam Tragedi Kanjuruhan . Komnas HAM mmenarik kesimpulan itu setelah mengonfirmasi para pemain Arema FC maupun Aremania.
"Tidak ada pemain yang luka, jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa suporter kesana (turun ke lapangan) mau nyerang pemain itu. Pemainnya bilang bahwa itu tidak seperti itu dan suporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu," ujar Choirul lewat tayangan video, Kamis (6/10/2022).
Sekadar informasi, Komnas HAM menerjunkan tim investigasi untuk menyelidiki tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menelan ratusan jiwa. Tim investigasi tersebut diterjunkan untuk memastikan ada tidaknya pelanggaran HAM dalam peristiwa tersebut.
Dalam proses investigasi, Komnas HAM memintai keterangan sejumlah pihak. Di antaranya, para pemain Arema FC serta Aremania. Keterangan mereka penting untuk mengetahui pasti penyebab terjadinya kerusuhan.
"Jadi, dinamika ini jadi penting. Kami sedang menelusuri secara mendalam karena ada counstring waktu sekian menit itu di lapangan itu sebenarnya cukup terkendali," terangnya.
Berdasarkan hasil penelusuran Komnas HAM, kondisi di Stadion Kanjuruhan Malang sempat kondusif setelah pertandingan antara Arema FC versus Persebaya selesai. Namun, tembakan gas air mata dari pihak kepolisian membuat kepanikan para suporter, khususnya yang berada di bangku tribun.
"Kericuhan itu banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami, itu akibat gas air mata. Gas air mata membuat panik dan sebagainya sehingga ada terkonsentrasi di beberapa titik pintu, ada pintu yang terbuka sempit, ada pintu tertutup, itu yang membuat banyak jatuhnya korban," tandasnya.
Sekadar informasi, ratusan orang meninggal dunia buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu 1 Oktober 2022, malam. Kerusuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC versus Persebaya berakhir dengan skor 2-3. Di mana, laga bergengsi tersebut dimenangkan Persebaya Surabaya.
Sejumlah oknum Aremania, suporter Arema FC yang tak terima atas kekalahan tersebut kemudian merangsek masuk ke lapangan. Anggota kepolisian kemudian menghalau para suporter dengan menembakkan gas air mata. Berkali-kali gas air mata ditembakkan ke arah bangku penonton.
Akibatnya, para penonton berhamburan keluar stadion. Para penonton yang panik kemudian berdesakan untuk bisa ke luar stadion hingga menimbulkan ratusan korban jiwa. Mayoritas korban meninggal karena kehabisan nafas dan terinjak-injak saat mencoba keluar dari stadion.
Sejauh ini, polisi menyebut korban tewas akibat peristiwa tersebut sebanyak 131 orang. Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mendapat data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahwa korban tewas sudah mencapai 174 orang.
"Tidak ada pemain yang luka, jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa suporter kesana (turun ke lapangan) mau nyerang pemain itu. Pemainnya bilang bahwa itu tidak seperti itu dan suporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu," ujar Choirul lewat tayangan video, Kamis (6/10/2022).
Sekadar informasi, Komnas HAM menerjunkan tim investigasi untuk menyelidiki tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menelan ratusan jiwa. Tim investigasi tersebut diterjunkan untuk memastikan ada tidaknya pelanggaran HAM dalam peristiwa tersebut.
Dalam proses investigasi, Komnas HAM memintai keterangan sejumlah pihak. Di antaranya, para pemain Arema FC serta Aremania. Keterangan mereka penting untuk mengetahui pasti penyebab terjadinya kerusuhan.
"Jadi, dinamika ini jadi penting. Kami sedang menelusuri secara mendalam karena ada counstring waktu sekian menit itu di lapangan itu sebenarnya cukup terkendali," terangnya.
Berdasarkan hasil penelusuran Komnas HAM, kondisi di Stadion Kanjuruhan Malang sempat kondusif setelah pertandingan antara Arema FC versus Persebaya selesai. Namun, tembakan gas air mata dari pihak kepolisian membuat kepanikan para suporter, khususnya yang berada di bangku tribun.
"Kericuhan itu banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami, itu akibat gas air mata. Gas air mata membuat panik dan sebagainya sehingga ada terkonsentrasi di beberapa titik pintu, ada pintu yang terbuka sempit, ada pintu tertutup, itu yang membuat banyak jatuhnya korban," tandasnya.
Sekadar informasi, ratusan orang meninggal dunia buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu 1 Oktober 2022, malam. Kerusuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC versus Persebaya berakhir dengan skor 2-3. Di mana, laga bergengsi tersebut dimenangkan Persebaya Surabaya.
Sejumlah oknum Aremania, suporter Arema FC yang tak terima atas kekalahan tersebut kemudian merangsek masuk ke lapangan. Anggota kepolisian kemudian menghalau para suporter dengan menembakkan gas air mata. Berkali-kali gas air mata ditembakkan ke arah bangku penonton.
Akibatnya, para penonton berhamburan keluar stadion. Para penonton yang panik kemudian berdesakan untuk bisa ke luar stadion hingga menimbulkan ratusan korban jiwa. Mayoritas korban meninggal karena kehabisan nafas dan terinjak-injak saat mencoba keluar dari stadion.
Sejauh ini, polisi menyebut korban tewas akibat peristiwa tersebut sebanyak 131 orang. Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mendapat data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahwa korban tewas sudah mencapai 174 orang.
(kri)
tulis komentar anda