Basri Menyapa Seri 4: Dialog Diri dan Lukisan Alfi
Sabtu, 04 Juli 2020 - 09:31 WIB
Pandemi justru memberi kekuatan tak kasat mata, yang biasanya sunyi tak berbicara, menyingkap suara batin menjadi nyaring terdengar. Karya-karya mutakhirnya bisa kita temui menampakkan representasi riil tubuh lelaki (dirinya sendiri).
Ia berpunggung telanjang, sementara horizon nun jauh menampak sederet imej deretan gunung atau bukit? Secara bersamaan, berhadapan telak dengan tembok-tembok yang dicorat-coret dengan teks- teks yang nirmakna dan visualisasi abstraktif lain yang cerderung berwarna muram.
Ia memandu kita bagaimana sejatinya bahasa terpiuh, teks maupun yang visual saling berkontraksi antar elemen. Mereka mencipta makna-makna baru atau konfigurasi perlambangan tertentu yang malahan menghilangkan sama sekali arti yang ajeg.
Sebuah konstruksi makna bisa jadi terus-menerus bertukar posisi mengurangi, menambal dan melompat sekaligus bermain yang kemudian bertransformasi menandai segalanya menjadi serba entah. Serupa teka-teki, makin jauh ia kita coba ungkap semakin galau kita tatkala kemisteriusan datang menghadang.
Lukisan berjudul Color guide series_Dear Painter Paint for Me dengan materi akrilik di kanvas tahun 2018-2020 ini seperi kata Alfi memang dibuat sementara ia merengkuh kegundahan lamanya, tentang ia, seni lukis dan kemisteriusan yang selalu terhampar di antaranya.
"Saya ingin memandang dan melihat seni lukis kembali. Sebab praktik kekaryaanku selama lebih dari 20 tahun adalah bahasa sangat personal. Secara kultural, Minang menyumbang kekayaan metafor lisan lebih dari visual. Jadinya, dialog saya dengan lukisan-lukisanku memungkinkan ditafsir lebih kaya yang kelak mungkin menjadi pengetahuan-pengetahuan anyar," ujarnya.
Ia berpunggung telanjang, sementara horizon nun jauh menampak sederet imej deretan gunung atau bukit? Secara bersamaan, berhadapan telak dengan tembok-tembok yang dicorat-coret dengan teks- teks yang nirmakna dan visualisasi abstraktif lain yang cerderung berwarna muram.
Ia memandu kita bagaimana sejatinya bahasa terpiuh, teks maupun yang visual saling berkontraksi antar elemen. Mereka mencipta makna-makna baru atau konfigurasi perlambangan tertentu yang malahan menghilangkan sama sekali arti yang ajeg.
Sebuah konstruksi makna bisa jadi terus-menerus bertukar posisi mengurangi, menambal dan melompat sekaligus bermain yang kemudian bertransformasi menandai segalanya menjadi serba entah. Serupa teka-teki, makin jauh ia kita coba ungkap semakin galau kita tatkala kemisteriusan datang menghadang.
Lukisan berjudul Color guide series_Dear Painter Paint for Me dengan materi akrilik di kanvas tahun 2018-2020 ini seperi kata Alfi memang dibuat sementara ia merengkuh kegundahan lamanya, tentang ia, seni lukis dan kemisteriusan yang selalu terhampar di antaranya.
"Saya ingin memandang dan melihat seni lukis kembali. Sebab praktik kekaryaanku selama lebih dari 20 tahun adalah bahasa sangat personal. Secara kultural, Minang menyumbang kekayaan metafor lisan lebih dari visual. Jadinya, dialog saya dengan lukisan-lukisanku memungkinkan ditafsir lebih kaya yang kelak mungkin menjadi pengetahuan-pengetahuan anyar," ujarnya.
(maf)
tulis komentar anda