Nomor 1 di ASEAN, Militer Indonesia Harus Kuat dan Modern

Sabtu, 04 Juli 2020 - 08:03 WIB
Kekuatan militer Indonesia pada 2020 berada di posisi 16 dari 137 negara. Indonesia nomor 1 di ASEAN, mengungguli Singapura dan Malaysia. Meski membanggakan, capaian ini tak lantas membuat jemawa. Foto/Koran SINDO/Ali Masduki
JAKARTA - Kekuatan militer Indonesia pada 2020 berada di posisi 16 dari 137 negara. Indonesia nomor 1 di ASEAN, mengungguli Singapura dan Malaysia. Meski membanggakan, capaian ini tak lantas membuat jemawa. Meski unggul personel dan jumlah alat utama sistem senjata (alutsista), dalam hal modernisasi persenjataan Indonesia masih tertinggal.

Pandemi Covid-19 yang menyerang hampir seluruh negara di dunia tak menyurutkan negara-negara di dunia menyiagakan kekuatan militernya. Hal ini dilakukan mengingat ketegangan politik di sejumlah kawasan masih terus terjadi. Di Laut China Selatan, misalnya, aksi perang urat syaraf antara Amerika Serikat dan China tetap berlangsung, meski di saat yang sama kedua negara harus berperang mengatasi pandemi. Melihat realitas ini, sudah sepantasnya Indonesia juga terus meningkatkan kekuatan militernya.

Pada awal Desember 2019, atau dua bulan pascadilantik sebagai menteri pertahanan, Prabowo Subianto memuji kekuatan militer Indonesia. Kondisi alutsista RI disebutnya sudah membanggakan. Prabowo selanjutnya akan fokus dengan pengadaan pesawat tempur, kapal, dan radar, termasuk industri peluru dengan mendorong PT Pindad. Prabowo optimistis Indonesia akan lebih mandiri di bidang alutsista dalam lima tahun ke depan.

Pernyataan Prabowo ini sejalan dengan peringkat kekuatan militer Indonesia 2020 yang dirilis Global Fire Power. Dengan menempati posisi di urutan ke-16 di dunia, Indonesia menjadi teratas di Asia Tenggara. Dalam hal kemampuan personel militer, Indonesia memang tidak diragukan. Prajurit TNI memiliki keterampilan dan kemampuan tempur yang banyak dipuji banyak negara. Begitu pun jumlah alutsista tiga angkatan militer yang ada, Indonesia tergolong besar. Namun, kekuatan militer ini belum tentu mencerminkan ketahanan Indonesia tatkala harus menghadapi perang. (Baca: KSAD Dukung program Bela Negara untuk Milenial)

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi, mengatakan, pemeringkatan seperti yang dibuat Global Fire Power wajar membuat bangga, namun jangan sampai membuat terlena. Indonesia memang unggul dalam hal skill personel militer dan jumlah alutsista, namun jika ukurannya modernisasi alutsista, Indonesia masih terkendala.





“Dibanding Singapura kita memang unggul dan wajar peringkat ke-16 dunia dan terbaik di ASEAN itu. Tapi dalam hal modernisasi alutsista, kita masih di bawah Singapura,” katanya ketika dihubungi kemarin.

Muradi juga mengingatkan bahwa fokus perhatian pemerintah saat ini seharusnya bukan hanya penguatan alutsista karena perang di masa depan tidak lagi fisik atau negara tampil berhadap-hadapan. Model pertempuran sudah berubah, di antaranya perang siber dan perang bio. (Baca juga: AS Buru Empat Kapal Tanker Iran)

Karena itu, perlu dipikirkan sistem penguatan pada bidang lain, misalnya pertahanan siber, bukan hanya kekuatan konvensional. Karena itu, ke depan tak lagi sekadar membangun SDM karena pada dasarnya personel TNI dinilai sudah kompetitif. Bahkan, personel militer 400.000 dianggap sudah cukup dan tidak perlu lagi ditambah. “Jika perangnya konvensionl kita mungkin menang, tapi kalau perangnya mixed antara cyber war dan bio-terror, kita tertinggal. Nah, ini pekerjaan rumahnya,” tunjuk Muradi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More