Lubang Besar di Markas Sarbutri saat G30S PKI
Jum'at, 30 September 2022 - 15:16 WIB
Melihat aktivitas itu, Tati memberanikan diri melaporkan ke Garnisun Ibu Kota. Tak berselang lama, aparat keamanan datang memantau langsung situasi di Jalan Waringin.
"Rumah saya dijadikan pos pengintaian. Saya dan anak diungsikan," tutur perempuan kelahiran Semarang, 1938 itu.
Setelah beberapa hari dipantau, akhirnya markas Sarbutri digerebek. Sekitar 40 pemuda beserta senjata tajam dan senjata api berhasil diamankan petugas. Di markas itu juga ditemukan lubang berukuran lebih dari 25 meter persegi .
"Saya ingat suatu hari pengurus Sarbutri pernah minta izin memperbaiki saluran air yang rusak, boleh jadi lubang itu akan digunakan untuk menimbun lawan-lawan politik mereka," kata Tati yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Mendikbud di era Orde Lama ini.
Kemampuan Soeharto dalam mengendalikan situasi pascameletusnya G30S PKI diakui Mayjen (Purn) Soetoyo NK. Saat itu, Soetoyo merupakan taruna Akademi Militer Nasional yang tengah menunggu pelantikan Perwira.
Dia menuturkan, pada 1 Oktober 1965, TNI Angkatan Darat berada dalam tekanan luar biasa karena seluruh pucuk pimpinannya diculik dan dibunuh dalam Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI. Namun Soeharto yang kemudian ditunjuk menjadi Penjabat Sementara (Pjs) Menteri Panglima Angkatan Darat mampu menguasai keadaan dalam waktu tak lebih dari 12 jam.
"Pak Harto mampu membalikkan keadaan, menguasainya sekaligus menjadikan TNI AD sebagai pihak yang paling menekan," ujar Soetoyo dikutip dari buku Pak Harto The Untold Stories.
Tiga bulan kemudian, tepatnya 21 Desember 1965, saat pelantikan perwira TNI AD, Soeharto yang telah resmi menjadi Menpangad berdiri di atas panggung kehormatan mendampingi Presiden Soeharto.
"Rumah saya dijadikan pos pengintaian. Saya dan anak diungsikan," tutur perempuan kelahiran Semarang, 1938 itu.
Setelah beberapa hari dipantau, akhirnya markas Sarbutri digerebek. Sekitar 40 pemuda beserta senjata tajam dan senjata api berhasil diamankan petugas. Di markas itu juga ditemukan lubang berukuran lebih dari 25 meter persegi .
"Saya ingat suatu hari pengurus Sarbutri pernah minta izin memperbaiki saluran air yang rusak, boleh jadi lubang itu akan digunakan untuk menimbun lawan-lawan politik mereka," kata Tati yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Mendikbud di era Orde Lama ini.
Kemampuan Soeharto dalam mengendalikan situasi pascameletusnya G30S PKI diakui Mayjen (Purn) Soetoyo NK. Saat itu, Soetoyo merupakan taruna Akademi Militer Nasional yang tengah menunggu pelantikan Perwira.
Dia menuturkan, pada 1 Oktober 1965, TNI Angkatan Darat berada dalam tekanan luar biasa karena seluruh pucuk pimpinannya diculik dan dibunuh dalam Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI. Namun Soeharto yang kemudian ditunjuk menjadi Penjabat Sementara (Pjs) Menteri Panglima Angkatan Darat mampu menguasai keadaan dalam waktu tak lebih dari 12 jam.
"Pak Harto mampu membalikkan keadaan, menguasainya sekaligus menjadikan TNI AD sebagai pihak yang paling menekan," ujar Soetoyo dikutip dari buku Pak Harto The Untold Stories.
Tiga bulan kemudian, tepatnya 21 Desember 1965, saat pelantikan perwira TNI AD, Soeharto yang telah resmi menjadi Menpangad berdiri di atas panggung kehormatan mendampingi Presiden Soeharto.
(abd)
tulis komentar anda