Pilihan Rumit Cawapres Prabowo: Cak Imin atau Khofifah?
Senin, 26 September 2022 - 04:41 WIB
“Kalau kita bicara siapa sosok cawapres Prabowo yang tepat dan cocok ya meski dikalkulasi dengan matang,” kata Ujang Komarudin.
Jika berlatar belakang agamis, Ujang menilai tokoh dari kalangan NU atau Muhammadiyah bisa dipertimbangkan menjadi cawapres pendamping Prabowo. Namun, tokoh NU atau Muhammadiyah itu harus didukung partai politik (parpol) yang lain. “Kalau NU misalkan ada Cak Imin, ada juga Khofifah yang memang bisa saja bersanding dengan Prabowo atau figur-figur lain,” imbuhnya.
Dia menjelaskan Cak Imin perlu dipertimbangkan karena sebagai ketua umum PKB dan berlatar belakang NU. “Itu mungkin yang dicari oleh Pak Prabowo. Tapi apakah soal menang atau tidak, kita tidak tahu nanti, karena semuanya kan harus dilihat berapa elektabilitas keduanya dan berapa juga elektabilitas lawan-lawannya,” ujar Ujang.
Sedangkan Khofifah, menurut dia, tidak mewakili PKB. “Kalau PKB kan diwakili Cak Imin. Tarik-menariknya di situ,” ucapnya.
Dia menilai PKB bisa membatalkan koalisi dengan Gerindra jika bukan Cak Imin yang diputuskan sebagai cawapres pendamping Prabowo. Sebab, dia melihat PKB harga mati mendorong Cak Imin.
“Kalau bicara agamis dan sipil, banyak figur di situ. Kita tidak tahu siapa dan mengarah ke siapa, tapi kalau kita lihat tadi figur-figur yang muncul ya seperti itu, dan kita tidak tahu juga apakah ada figur lain yang muncul,” tuturnya.
Salah satu figur lain, kata dia, adalah Prof Jimly Asshiddiqie. “Dia kan sipil, dia juga tokoh agama, mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bisa saja menjadi cawapres, levelnya bahkan capres. Mungkin juga ada tokoh lain karena ini masih berproses, masih dinamis, masih cair, semua segala kemungkinan masih bisa terjadi ke depan,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo menilai cawapres yang cocok harus lebih muda usianya dari Prabowo Subianto. “Kedua, harus dari partai besar juga yang punya kursi di parlemen untuk mengamankan pemerintahan Pak Prabowo nanti,” kata Kunto.
Menurut dia, elektabilitas cawapres tidak terlalu banyak membantu, sebab masyarakat cenderung menggunakan hak pilih karena sosok capres. “Kemudian, asal cawapres tidak bertentangan dengan ide dari Pak Prabowo,” pungkasnya.
Jika berlatar belakang agamis, Ujang menilai tokoh dari kalangan NU atau Muhammadiyah bisa dipertimbangkan menjadi cawapres pendamping Prabowo. Namun, tokoh NU atau Muhammadiyah itu harus didukung partai politik (parpol) yang lain. “Kalau NU misalkan ada Cak Imin, ada juga Khofifah yang memang bisa saja bersanding dengan Prabowo atau figur-figur lain,” imbuhnya.
Dia menjelaskan Cak Imin perlu dipertimbangkan karena sebagai ketua umum PKB dan berlatar belakang NU. “Itu mungkin yang dicari oleh Pak Prabowo. Tapi apakah soal menang atau tidak, kita tidak tahu nanti, karena semuanya kan harus dilihat berapa elektabilitas keduanya dan berapa juga elektabilitas lawan-lawannya,” ujar Ujang.
Sedangkan Khofifah, menurut dia, tidak mewakili PKB. “Kalau PKB kan diwakili Cak Imin. Tarik-menariknya di situ,” ucapnya.
Dia menilai PKB bisa membatalkan koalisi dengan Gerindra jika bukan Cak Imin yang diputuskan sebagai cawapres pendamping Prabowo. Sebab, dia melihat PKB harga mati mendorong Cak Imin.
“Kalau bicara agamis dan sipil, banyak figur di situ. Kita tidak tahu siapa dan mengarah ke siapa, tapi kalau kita lihat tadi figur-figur yang muncul ya seperti itu, dan kita tidak tahu juga apakah ada figur lain yang muncul,” tuturnya.
Salah satu figur lain, kata dia, adalah Prof Jimly Asshiddiqie. “Dia kan sipil, dia juga tokoh agama, mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bisa saja menjadi cawapres, levelnya bahkan capres. Mungkin juga ada tokoh lain karena ini masih berproses, masih dinamis, masih cair, semua segala kemungkinan masih bisa terjadi ke depan,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo menilai cawapres yang cocok harus lebih muda usianya dari Prabowo Subianto. “Kedua, harus dari partai besar juga yang punya kursi di parlemen untuk mengamankan pemerintahan Pak Prabowo nanti,” kata Kunto.
Menurut dia, elektabilitas cawapres tidak terlalu banyak membantu, sebab masyarakat cenderung menggunakan hak pilih karena sosok capres. “Kemudian, asal cawapres tidak bertentangan dengan ide dari Pak Prabowo,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda