Adi Prayitno Sebut Ada 3 Variabel untuk Memperbaiki Kualitas Pemilu
Jum'at, 23 September 2022 - 20:04 WIB
"Tidak perlu rasanya mereka didekati dengan hal-hal yang sifatnya dengan logistik dan transaksional serta materialistik," ungkap Prayitno.
Menurutnya, rakyat harus diedukasi untuk memilih calon pemimpin dan partai politik yang punya basis rasionalitas yang memang bisa dipertanggungjawabkan. Artinya, masyarakat harus dididik jangan memilih calon pemimpin yang tidak berkualitas dan bermoral yang tidak melakukan apa-apa.
"Masyarakat harus diedukasi, salah satu peranan partai politik adalah education politics," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Ketiga, lanjut Prayitno, melakukan pembenahan pada level pemilih. Maksudnya, jika tingkat pemilih di Indonesia dari sisi pendidikan dan ekonomi masih di bawah 60%, jangan pernah berharap kualitas demokrasi Indonesia akan baik.
"Masyarakat dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang ke bawah ini sering dibohongi dengan hal-hal yang bombastik dan tidak realistis," ujarnya.
Dia menjelaskan, melihat data-data statistik BPS, ternyata angka-angka kemiskinan berasal dari kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya kurang dari 60%. Seperti lulusan SD, SMP, dan SMA. "Untuk itu, masyarakat kita harus diedukasi bahwa dukunglah calon itu alakadarnya karena calon itu sebatas perwakilan kita," katanya.
Menurutnya, rakyat harus diedukasi untuk memilih calon pemimpin dan partai politik yang punya basis rasionalitas yang memang bisa dipertanggungjawabkan. Artinya, masyarakat harus dididik jangan memilih calon pemimpin yang tidak berkualitas dan bermoral yang tidak melakukan apa-apa.
"Masyarakat harus diedukasi, salah satu peranan partai politik adalah education politics," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Ketiga, lanjut Prayitno, melakukan pembenahan pada level pemilih. Maksudnya, jika tingkat pemilih di Indonesia dari sisi pendidikan dan ekonomi masih di bawah 60%, jangan pernah berharap kualitas demokrasi Indonesia akan baik.
"Masyarakat dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang ke bawah ini sering dibohongi dengan hal-hal yang bombastik dan tidak realistis," ujarnya.
Dia menjelaskan, melihat data-data statistik BPS, ternyata angka-angka kemiskinan berasal dari kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya kurang dari 60%. Seperti lulusan SD, SMP, dan SMA. "Untuk itu, masyarakat kita harus diedukasi bahwa dukunglah calon itu alakadarnya karena calon itu sebatas perwakilan kita," katanya.
(abd)
tulis komentar anda