Megawati: Spirit Pancasila, Konferensi Asia Afrika, dan Gerakan Non Blok Relevan untuk Perdamaian Dunia
Kamis, 15 September 2022 - 15:38 WIB
JAKARTA - Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mendorong agar spirit Pancasila, Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, dan Gerakan Non Blok (GNB) diadopsi oleh negara-negara di dunia untuk menghentikan peperangan dan menciptakan perdamaian . Menurut Megawati, perdamaian abadi merupakan salah satu tujuan bernegara bangsa Indonesia.
"Kami memiliki kredo bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, begitu bunyinya," kata Megawati dalam pidatonya di Jeju Forum for Peace and Prosperity tahun 2022, di Jeju, Korea Selatan, Kamis (15/9/2022).
Megawati sedikit terisak saat menyampaikan kata-kata itu. Megawati menjadi pembicara kunci di Jeju Peace Forum itu bersama mantan Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Gubernur Maryland AS Larry Hogan.
Baca juga: Dari Jeju Peace Forum, Megawati Serukan Stop Perang
Putri Presiden Soekarno itu mengatakan, harus diingat pula perdamaian dunia hanya dapat diwujudkan apabila setiap negara menghormati kedaulatan suatu negara dan menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dalam sistem internasional, serta mengedepankan penyelesaian konflik melalui perundingan.
Belajar dari sejarah, ketika dunia terbagi dalam dua blok yang saling bertikai, bangsa Asia dan Afrika memberikan kontribusi penting. Itulah Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok yang menjadi jawaban terhadap Perang Dingin.
"Spirit konferensi tersebut tetap relevan hingga saat ini. Spirit yang menjadi jembatan perdamaian dan terciptanya solidaritas antarbangsa untuk bersatu mengakhiri segala bentuk perang dan tindakan kekerasan atas nama kepentingan nasional suatu negara," kata Megawati dengan sepenuh hati sambil terisak.
Megawati juga menyampaikan pandangan Bapak Bangsa dan sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, selama dunia masih diwarnai ketidakadilan dan penjajahan dalam segala bentuknya, maka sistem internasional akan selalu bersifat anarkis.
Dijelaskannya, Soekarno berpidato di PBB pada 1960, yang dikenal dengan To Build The World A New. Saat itu, Bung Karno menyerukan pentingnya penguatan kewenangan PBB di dalam menciptakan perdamaian. Syaratnya, PBB harus melakukan reformasi internal, dengan menempatkan setiap anggota PBB memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, tanpa adanya preferensi hak veto.
"Kami memiliki kredo bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, begitu bunyinya," kata Megawati dalam pidatonya di Jeju Forum for Peace and Prosperity tahun 2022, di Jeju, Korea Selatan, Kamis (15/9/2022).
Megawati sedikit terisak saat menyampaikan kata-kata itu. Megawati menjadi pembicara kunci di Jeju Peace Forum itu bersama mantan Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Gubernur Maryland AS Larry Hogan.
Baca juga: Dari Jeju Peace Forum, Megawati Serukan Stop Perang
Putri Presiden Soekarno itu mengatakan, harus diingat pula perdamaian dunia hanya dapat diwujudkan apabila setiap negara menghormati kedaulatan suatu negara dan menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dalam sistem internasional, serta mengedepankan penyelesaian konflik melalui perundingan.
Belajar dari sejarah, ketika dunia terbagi dalam dua blok yang saling bertikai, bangsa Asia dan Afrika memberikan kontribusi penting. Itulah Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok yang menjadi jawaban terhadap Perang Dingin.
"Spirit konferensi tersebut tetap relevan hingga saat ini. Spirit yang menjadi jembatan perdamaian dan terciptanya solidaritas antarbangsa untuk bersatu mengakhiri segala bentuk perang dan tindakan kekerasan atas nama kepentingan nasional suatu negara," kata Megawati dengan sepenuh hati sambil terisak.
Megawati juga menyampaikan pandangan Bapak Bangsa dan sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, selama dunia masih diwarnai ketidakadilan dan penjajahan dalam segala bentuknya, maka sistem internasional akan selalu bersifat anarkis.
Dijelaskannya, Soekarno berpidato di PBB pada 1960, yang dikenal dengan To Build The World A New. Saat itu, Bung Karno menyerukan pentingnya penguatan kewenangan PBB di dalam menciptakan perdamaian. Syaratnya, PBB harus melakukan reformasi internal, dengan menempatkan setiap anggota PBB memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, tanpa adanya preferensi hak veto.
tulis komentar anda