Revolusi Karakter Lebih Urgen
Jum'at, 26 Agustus 2022 - 12:53 WIB
Bukankah pembangunan SDM lebih krusial dibanding pembangunan fisik? Orang mayoritas akan mengiyakan ini. Tapi, bagi pemerintah, bisa jadi pembangunan SDM atau bisa disebut revolusi mental, revolusi karakter, atau apa pun namanya bukan prioritas.
Mungkin, karena hasilnya tidak bisa langsung terlihat dan dipuji seperti halnya membangun jalan tol, jembatan, bandara, pelabuhan, bendungan, ibu kota baru, atau bentuk bangunan fisik lainnya. Pemerintah mati-matian berupaya mengundang investor dalam berbagai megaproyek dan jika berhasil akan bangga luar biasa karena yakin rakyat pasti senang.
Kemudian, akan dicatat sejarah sebagai peninggalan terbaik atau masterpiece pemerintahan ini. Tapi, faktanya, tidak 100% seperti yang diharapkan. Rangkaian penyelewengan oknum pejabat dan aparat negara justru menegaskan kerja keras pembangunan infrastruktur itu sendiri.
Kemudian, sampai pada pertanyaan untuk apa membangun gedung tinggi jalan tol mulus, bandara yang megah dan dipuji sana-sini jika kelakuan tidak terpuji oknum aparatur negara terus meningkat dari hari ke hari?
Membangun karakter manusia memang lebih sulit dari sekadar membangun gedung pencakar langit. Perlu pengorbanan, keberanian, ketekunan, dan kepemimpinan yang kuat dan berintegritas tinggi. Jika disuruh memilih, gedung atau aparatnya dulu yang diperbaiki? Saat ini, orang banyak yang baru sadar bahwa revolusi karakter ternyata lebih urgen daripada pembangunan fisik. Apakah memang demikian? Dua periode perjalanan pemerintahan ini cukup untuk menilai mana yang urgen, mana yang tidak.
Baca Juga: koran-sindo.com
Mungkin, karena hasilnya tidak bisa langsung terlihat dan dipuji seperti halnya membangun jalan tol, jembatan, bandara, pelabuhan, bendungan, ibu kota baru, atau bentuk bangunan fisik lainnya. Pemerintah mati-matian berupaya mengundang investor dalam berbagai megaproyek dan jika berhasil akan bangga luar biasa karena yakin rakyat pasti senang.
Kemudian, akan dicatat sejarah sebagai peninggalan terbaik atau masterpiece pemerintahan ini. Tapi, faktanya, tidak 100% seperti yang diharapkan. Rangkaian penyelewengan oknum pejabat dan aparat negara justru menegaskan kerja keras pembangunan infrastruktur itu sendiri.
Kemudian, sampai pada pertanyaan untuk apa membangun gedung tinggi jalan tol mulus, bandara yang megah dan dipuji sana-sini jika kelakuan tidak terpuji oknum aparatur negara terus meningkat dari hari ke hari?
Membangun karakter manusia memang lebih sulit dari sekadar membangun gedung pencakar langit. Perlu pengorbanan, keberanian, ketekunan, dan kepemimpinan yang kuat dan berintegritas tinggi. Jika disuruh memilih, gedung atau aparatnya dulu yang diperbaiki? Saat ini, orang banyak yang baru sadar bahwa revolusi karakter ternyata lebih urgen daripada pembangunan fisik. Apakah memang demikian? Dua periode perjalanan pemerintahan ini cukup untuk menilai mana yang urgen, mana yang tidak.
Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
tulis komentar anda