Haji 2022, Kemenag Siapkan 35 Ribu Kamar Hotel dan 11 Juta Boks Makanan
Minggu, 31 Juli 2022 - 02:11 WIB
“Total ada 11.047.135 boks makanan yang disiapkan untuk jamaah selama di Saudi. Sementara untuk air minum, jumlahnya mencapai 35.088.810 botol. Selama di Makkah, jamaah mendapat 9 botol, termasuk air zamzam setiap hari dalam kemasan 330 mili liter,” papar Subhan.
“Dari layanan katering ini, total sampah yang harus dikelola mencapai 11.696.910 kg,” sambungnya.
Layanan lainnya adalah transportasi. Selama di Arab Saudi, ada tiga layanan transportasi yang disiapkan untuk jamaah haji Indonesia. Pertama, bus antar kota. Untuk jemaah yang berangkat pada gelombang pertama, bus antar kota akan mengantar mereka dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah ke hotel Madinah, lalu ke Makkah, selanjutnya ke Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah.
Sedangkan untuk jamaah yang berangkat pada gelombang kedua, bus antar kota akan mengantar mereka dari Bandara KAAIA Jeddah ke hotel Makkah, lalu ke Madinah, selanjutnya ke Bandara AMAA Madinah.
“Total ada 6.264 trip layanan bus antar kota pada musim haji tahun ini,” jelas Subhan.
Kedua, Bus Shalawat. Yaitu, sarana transportasi yang melayani jemaah dari hotel di Makkah menuju Masjidil Haram, pergi pulang gratis selama 24 jam. Ada 204 armada yang disiapkan, dan ditempatkan pada tiga terminal sekitar Masjidil Haram, yaitu Syib Amir, Ajyad, dan Bab Ali.
“Bus Shalawat beroperasi selama 24 secara taraddudi atau shuttle dengan total layanan mencapai 89.760 putaran,” sebut Subhan.
Ketiga, Transportasi Masyair. Yaitu, transportasi yang disiapkan untuk mobilisasi jemaah haji Indonesia selama fase puncak haji. Secara umum, jemaah diberangkatkan dari hotel di Makkah pada 8 Zulhijjah menuju Arafah. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah, jemaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Selanjutnya, dari Muzdalifah jemaah diantar ke Mina. Setelah menginap beberapa malam, jemaah dibawa kembali ke hotel di Makkah.
“Total ada 1.927 trip perjalanan transportasi Masyair yang mengantar jemaah dari Makkah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan kembali lagi ke Makkah,” ucapnya.
Subhan menambahkan, dalam situasi normal, persiapan penyelenggaraan ibadah haji biasanya sudah dilakukan sejak bulan Rabiul Awal. Hal itu diawali dengan adanya kepastian jumlah kuota haji Indonesia.
“Dari layanan katering ini, total sampah yang harus dikelola mencapai 11.696.910 kg,” sambungnya.
Layanan lainnya adalah transportasi. Selama di Arab Saudi, ada tiga layanan transportasi yang disiapkan untuk jamaah haji Indonesia. Pertama, bus antar kota. Untuk jemaah yang berangkat pada gelombang pertama, bus antar kota akan mengantar mereka dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah ke hotel Madinah, lalu ke Makkah, selanjutnya ke Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah.
Sedangkan untuk jamaah yang berangkat pada gelombang kedua, bus antar kota akan mengantar mereka dari Bandara KAAIA Jeddah ke hotel Makkah, lalu ke Madinah, selanjutnya ke Bandara AMAA Madinah.
“Total ada 6.264 trip layanan bus antar kota pada musim haji tahun ini,” jelas Subhan.
Kedua, Bus Shalawat. Yaitu, sarana transportasi yang melayani jemaah dari hotel di Makkah menuju Masjidil Haram, pergi pulang gratis selama 24 jam. Ada 204 armada yang disiapkan, dan ditempatkan pada tiga terminal sekitar Masjidil Haram, yaitu Syib Amir, Ajyad, dan Bab Ali.
“Bus Shalawat beroperasi selama 24 secara taraddudi atau shuttle dengan total layanan mencapai 89.760 putaran,” sebut Subhan.
Ketiga, Transportasi Masyair. Yaitu, transportasi yang disiapkan untuk mobilisasi jemaah haji Indonesia selama fase puncak haji. Secara umum, jemaah diberangkatkan dari hotel di Makkah pada 8 Zulhijjah menuju Arafah. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah, jemaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Selanjutnya, dari Muzdalifah jemaah diantar ke Mina. Setelah menginap beberapa malam, jemaah dibawa kembali ke hotel di Makkah.
“Total ada 1.927 trip perjalanan transportasi Masyair yang mengantar jemaah dari Makkah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan kembali lagi ke Makkah,” ucapnya.
Subhan menambahkan, dalam situasi normal, persiapan penyelenggaraan ibadah haji biasanya sudah dilakukan sejak bulan Rabiul Awal. Hal itu diawali dengan adanya kepastian jumlah kuota haji Indonesia.
tulis komentar anda