Pemuda Tani HKTI Apresiasi Pembangunan Pabrik CPO dan RPO Mini Berbasis Koperasi
Senin, 25 Juli 2022 - 11:15 WIB
JAKARTA - Pemuda Tani HKTI sangat mengapresiasi langkah strategis Presiden Joko Widodo yang telah menyetujui pembangunan pabrik minyak sawit mentah ( CPO ) dan minyak sawit merah/sawit olahan (RPO) mini berbasis koperasi .
baca juga: Surati Jokowi, Asosiasi Petani Sawit Minta Perpanjang Moratorium Sawit
Presiden Joko Widodo bahkan telah menugaskan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan untuk merancang teknologi yang mudah digunakan petani untuk memproduksi RPO. Pembangunan pabrik ini adalah kemajuan yang sangat luar biasa karena ide ini sudah digagas sejak akhir 1990-an.
“Hal yang selama puluhan tahun dinantikan oleh petani sawit mandiri dan swadaya sebagai jalan keluar atas serapan Tandan Buah Segar (TBS) yang kadangkala sulit terjual kalaupun ada pasarnya harga jualnya tidak kompetitif,” kata Ketua Umum DPP Pemuda Tani HKTI, Rina Sa’adah dalam keterangan pers, di Jakarta, kemarin.
baca juga: Harga TBS Ambruk, Petani Sawit Kirim Surat Terbuka ke Jokowi
“Seperti yang disampaikan Pak Teten Masduki , Menkop UKM , pembangunan pabrik berbasis koperasi akan memberikan dampak ekonomi yang cukup besar, karena 35 % produksi CPO berasal dari petani yang lahannya total 41 % dari total luas kebun sawit nasional,” sambung Rina.
Saat ini, Pemerintah mensyaratkan suatu koperasi agar bisa memiliki pabrik RPO, harus memiliki lahan minimal 1.000 ha dengan target produksi 10 ton per hari. Dan secara berkala sampai pada kebutuhan 50 ton per hari. Pemuda Tani HKTI menilai, jika ini berjalan dengan baik, bukan saja menyelesaikan harga TBS, namun akan berdampak pada perbaikan struktur pasar minyak goreng.
baca juga: Jokowi Akan Paksa Perusahaan Sawit dan Tambang Bikin Pusat Persemaian
baca juga: Surati Jokowi, Asosiasi Petani Sawit Minta Perpanjang Moratorium Sawit
Presiden Joko Widodo bahkan telah menugaskan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan untuk merancang teknologi yang mudah digunakan petani untuk memproduksi RPO. Pembangunan pabrik ini adalah kemajuan yang sangat luar biasa karena ide ini sudah digagas sejak akhir 1990-an.
“Hal yang selama puluhan tahun dinantikan oleh petani sawit mandiri dan swadaya sebagai jalan keluar atas serapan Tandan Buah Segar (TBS) yang kadangkala sulit terjual kalaupun ada pasarnya harga jualnya tidak kompetitif,” kata Ketua Umum DPP Pemuda Tani HKTI, Rina Sa’adah dalam keterangan pers, di Jakarta, kemarin.
baca juga: Harga TBS Ambruk, Petani Sawit Kirim Surat Terbuka ke Jokowi
“Seperti yang disampaikan Pak Teten Masduki , Menkop UKM , pembangunan pabrik berbasis koperasi akan memberikan dampak ekonomi yang cukup besar, karena 35 % produksi CPO berasal dari petani yang lahannya total 41 % dari total luas kebun sawit nasional,” sambung Rina.
Saat ini, Pemerintah mensyaratkan suatu koperasi agar bisa memiliki pabrik RPO, harus memiliki lahan minimal 1.000 ha dengan target produksi 10 ton per hari. Dan secara berkala sampai pada kebutuhan 50 ton per hari. Pemuda Tani HKTI menilai, jika ini berjalan dengan baik, bukan saja menyelesaikan harga TBS, namun akan berdampak pada perbaikan struktur pasar minyak goreng.
baca juga: Jokowi Akan Paksa Perusahaan Sawit dan Tambang Bikin Pusat Persemaian
Lihat Juga :
tulis komentar anda