Anak-Anak, Kembalilah Bermain!
Senin, 25 Juli 2022 - 08:22 WIB
Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli pekan lalu harus menjadi momentum untuk perbaikan sejumlah hal terkait pemenuhan hak anak-anak. Di samping itu, peringatan HAN juga merupakan saat yang tepat bagi para orang tua dan pihak-pihak berwenang terkait untuk merenungkan kembali sejauh mana anak-anak yang notabene menjadi tumpuan masa depan bangsa ini mendapatkan perhatian yang semestinya.
Di saat pandemi, para orang tua merasakan betul bagaimana anak-anak mengalami beberapa perubahan kebiasaan yang sebelumnya belum pernah terjadi. Mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kebiasaan-kebiasaan baru terkait cara bermain.
Ketiga hal di atas termasuk yang aktivitas yang paling kentara perubahannya. Di sektor pendidikan, saat pandemi melanda pada Maret 2020, metode belajar mengajar di sekolah berubah drastis. Kala itu, anak terpaksa tidak hadir secara fisik ke sekolah untuk menghindari kontak fisik.
Belajar mengajar pun dilakukan secara online menggunakan fasilitas internet. Model pembelajaran ini tentu saja membuat siswa dan guru pengajar harus terbiasa menggunakan gawai seperti smartphone, komputer, atau laptop.
Gagap. Begitu kesan yang muncul dan dialami saat itu. Kegagapan ini tidak bisa disangkal mengingat pendemi telah memaksa munculnya kebiasaan-kebiasaan baru di masyarakat menyangkut aktivitas keseharian.
Di sektor kesehatan, perubahan juga terlihat dari bagaimana keluarga-keluarga menyiapkan anak-anaknya selalu bersih setiap saat. Masker, hand sanitizer, dan kebiasaan mencuci tangan menjadi tiga hal yang nyaris tak pernah dilupakan demi menghindari virus korona.
Perubahan lain pada anak akibat pandemi yang kini sudah memasuki tahun ketiga adalah terkait kebiasaan bermain. Kebiasaan ini bagaimanapun diakui tidak bisa lepas dari dunia anak. Apapun kondisi yang ada, bermain adalah naturnya anak. Maka, pandemi menjadi batu ujian yang cukup menantang bagi para orang tua untuk menyediakan sarana bermain bagi anak-anak.
Di saat pandemi, para orang tua merasakan betul bagaimana anak-anak mengalami beberapa perubahan kebiasaan yang sebelumnya belum pernah terjadi. Mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kebiasaan-kebiasaan baru terkait cara bermain.
Ketiga hal di atas termasuk yang aktivitas yang paling kentara perubahannya. Di sektor pendidikan, saat pandemi melanda pada Maret 2020, metode belajar mengajar di sekolah berubah drastis. Kala itu, anak terpaksa tidak hadir secara fisik ke sekolah untuk menghindari kontak fisik.
Belajar mengajar pun dilakukan secara online menggunakan fasilitas internet. Model pembelajaran ini tentu saja membuat siswa dan guru pengajar harus terbiasa menggunakan gawai seperti smartphone, komputer, atau laptop.
Gagap. Begitu kesan yang muncul dan dialami saat itu. Kegagapan ini tidak bisa disangkal mengingat pendemi telah memaksa munculnya kebiasaan-kebiasaan baru di masyarakat menyangkut aktivitas keseharian.
Di sektor kesehatan, perubahan juga terlihat dari bagaimana keluarga-keluarga menyiapkan anak-anaknya selalu bersih setiap saat. Masker, hand sanitizer, dan kebiasaan mencuci tangan menjadi tiga hal yang nyaris tak pernah dilupakan demi menghindari virus korona.
Perubahan lain pada anak akibat pandemi yang kini sudah memasuki tahun ketiga adalah terkait kebiasaan bermain. Kebiasaan ini bagaimanapun diakui tidak bisa lepas dari dunia anak. Apapun kondisi yang ada, bermain adalah naturnya anak. Maka, pandemi menjadi batu ujian yang cukup menantang bagi para orang tua untuk menyediakan sarana bermain bagi anak-anak.
Lihat Juga :
tulis komentar anda