Sekjen Gelora Sebut Diplomasi Jokowi di Rusia-Ukraina Tunjukkan Keberhasilan Awal
Sabtu, 23 Juli 2022 - 09:50 WIB
JAKARTA - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menilai tindakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan berkunjung ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu adalah 'milestone' penting untuk mendorong penyelesaian perang Rusia-Ukraina secara diplomatis.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia, Mahfudz Siddiq mengatakan diplomasi yang dilakukan Indonesia melalui Presiden Jokowi ini bisa dikatakan dengan diplomasi 'ketuk pintu'. Lanjut dia, bahwa yang namanya diplomasi ketuk pintu, biasanya memang tak menghasilkan kesuksesan di 'ketukan pertama'.
"Tetapi ketika diplomasi ketuk pintu ini disambut baik oleh para pihak yang bertikai dan juga diapresiasi oleh negara-negara lain di dunia, maka itu bisa dikatakan sebagai indikator keberhasilan awal diplomasi ini," ujar Mahfudz dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Prospek Penyelesaian Perang Rusia-Ukraina: Upaya Kolektif atau Individual?", di Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Mahfudz melanjutkan Indonesia harus melanjutkan upaya diplomasi ini. Termasuk di Forum G-20 yang akan digelar di Bali, Indonesia.
Dia berharap Forum G-20 dihadiri oleh para pemimpin negara-negara besar dari Rusia dan Amerika Serikat. Sehingga, Presiden Jokowi bisa melanjutkan upayanya mencari penyelesaian diplomatik perang Rusia-Ukraina.
"Semoga, Forum G-20 ini bisa dimanfaatkan Presiden Jokowi untuk merajut kembali ide-ide yang sudah dibicarakan dalam kunjungannya ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu, guna mencari penyelesaian diplomatik dari perang ini," papar Mahfudz.
Mahfudz menuturkan kunjungan Presiden Jokowi dan Ibu Negara ke korban-korban perang di Ukraina memiliki dimensi kemanusiaan. "Hal ini, membuat Rusia maupun Ukraina, sulit menolak peranan Indonesia dalam menyelesaikan peperangan yang melibatkan kedua negara tersebut secara diplomatik," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal AS-Eropa Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Ngurah Swajaya mengatakan ada langkah-langkah mendesak yang harus dilakukan para pemimpin dunia untuk menanggulangi dampak peperangan antara Rusia dan Ukraina. Sebab, peperangan itu telah berpotensi menimbulkan berbagai krisis di dunia ini, seperti krisis kemanusiaan, krisis pangan, dan krisis energi.
"Karena itulah, ketika Presiden Jokowi mendapatkan undangan dari G-7 sebagai mitra, maka beliau memanfaatkan momentum itu untuk berkomunikasi dengan para pemimpin G-7 guna membantu penghentian perang antara Rusia dan Ukraina," ujar Ngurah.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia, Mahfudz Siddiq mengatakan diplomasi yang dilakukan Indonesia melalui Presiden Jokowi ini bisa dikatakan dengan diplomasi 'ketuk pintu'. Lanjut dia, bahwa yang namanya diplomasi ketuk pintu, biasanya memang tak menghasilkan kesuksesan di 'ketukan pertama'.
"Tetapi ketika diplomasi ketuk pintu ini disambut baik oleh para pihak yang bertikai dan juga diapresiasi oleh negara-negara lain di dunia, maka itu bisa dikatakan sebagai indikator keberhasilan awal diplomasi ini," ujar Mahfudz dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Prospek Penyelesaian Perang Rusia-Ukraina: Upaya Kolektif atau Individual?", di Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Mahfudz melanjutkan Indonesia harus melanjutkan upaya diplomasi ini. Termasuk di Forum G-20 yang akan digelar di Bali, Indonesia.
Dia berharap Forum G-20 dihadiri oleh para pemimpin negara-negara besar dari Rusia dan Amerika Serikat. Sehingga, Presiden Jokowi bisa melanjutkan upayanya mencari penyelesaian diplomatik perang Rusia-Ukraina.
"Semoga, Forum G-20 ini bisa dimanfaatkan Presiden Jokowi untuk merajut kembali ide-ide yang sudah dibicarakan dalam kunjungannya ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu, guna mencari penyelesaian diplomatik dari perang ini," papar Mahfudz.
Mahfudz menuturkan kunjungan Presiden Jokowi dan Ibu Negara ke korban-korban perang di Ukraina memiliki dimensi kemanusiaan. "Hal ini, membuat Rusia maupun Ukraina, sulit menolak peranan Indonesia dalam menyelesaikan peperangan yang melibatkan kedua negara tersebut secara diplomatik," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal AS-Eropa Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Ngurah Swajaya mengatakan ada langkah-langkah mendesak yang harus dilakukan para pemimpin dunia untuk menanggulangi dampak peperangan antara Rusia dan Ukraina. Sebab, peperangan itu telah berpotensi menimbulkan berbagai krisis di dunia ini, seperti krisis kemanusiaan, krisis pangan, dan krisis energi.
"Karena itulah, ketika Presiden Jokowi mendapatkan undangan dari G-7 sebagai mitra, maka beliau memanfaatkan momentum itu untuk berkomunikasi dengan para pemimpin G-7 guna membantu penghentian perang antara Rusia dan Ukraina," ujar Ngurah.
tulis komentar anda