Jalan Politik Jokowi, Gibran, dan Bobby: Diorbitkan PDIP, setelah Terkenal Tak Sejalan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden ke-7 RI Joko Widodo ( Jokowi ), Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution bukan lagi bagian dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Penegasan itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2024).
Keputusan partai politik (parpol) yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu diambil lantaran praktik politik Jokowi dan keluarga itu sudah tidak sejalan dengan cita-cita PDIP yang telah diperjuangkan sejak era Soekarno (Bung Karno). "Kemudian kita melihat bagaimana ambisi kekuasaan ternyata juga tidak pernah berhenti," kata Hasto.
Dia mengungkapkan bahwa keanggotaan PDIP bukanlah semata-mata pada ada atau tidaknya kartu keanggotaan saja, tetapi pada komitmennya di dalam membangun peradaban kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Praktik-praktik politik yang dilakukan Jokowi dan keluarga harus bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi semua pihak, utamanya bagaimana menjalankan disiplin partai.
“Kemudian bagaimana rapat kerja nasional yang ke-V, kami juga telah menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Indonesia tentang seorang pemimpin yang karena kekuasaannya kemudian bisa berubah dan mengubahkan cita-cita yang membentuknya,” ucapnya.
Karier politik Jokowi, Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution tak terlepas dari peran parpol berlambang kepala banteng bermoncong putih itu. Nama ketiganya dibesarkan PDIP.
Jokowi masuk PDIP sekitar 2004. Saat gabung ke Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PDIP Brengosan Purwosari, Solo, dia kenalan dengan FX Hadi Rudyatmo. Selanjutnya, pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, pada 21 Juni 1961 maju sebagai calon Wali Kota Solo berpasangan dengan FX Rudy.
Saat itu, duet tersebut diusung PDIP dan beberapa partai politik. Setelah terpilih dan menjabat Wali Kota Solo, dia dikenal masyarakat rajin blusukan. Pada 2010, Jokowi terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta.
Keputusan partai politik (parpol) yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu diambil lantaran praktik politik Jokowi dan keluarga itu sudah tidak sejalan dengan cita-cita PDIP yang telah diperjuangkan sejak era Soekarno (Bung Karno). "Kemudian kita melihat bagaimana ambisi kekuasaan ternyata juga tidak pernah berhenti," kata Hasto.
Dia mengungkapkan bahwa keanggotaan PDIP bukanlah semata-mata pada ada atau tidaknya kartu keanggotaan saja, tetapi pada komitmennya di dalam membangun peradaban kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Praktik-praktik politik yang dilakukan Jokowi dan keluarga harus bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi semua pihak, utamanya bagaimana menjalankan disiplin partai.
“Kemudian bagaimana rapat kerja nasional yang ke-V, kami juga telah menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Indonesia tentang seorang pemimpin yang karena kekuasaannya kemudian bisa berubah dan mengubahkan cita-cita yang membentuknya,” ucapnya.
Jokowi, Gibran, dan Bobby Diorbitkan PDIP
Karier politik Jokowi, Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution tak terlepas dari peran parpol berlambang kepala banteng bermoncong putih itu. Nama ketiganya dibesarkan PDIP.
Jokowi masuk PDIP sekitar 2004. Saat gabung ke Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PDIP Brengosan Purwosari, Solo, dia kenalan dengan FX Hadi Rudyatmo. Selanjutnya, pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, pada 21 Juni 1961 maju sebagai calon Wali Kota Solo berpasangan dengan FX Rudy.
Saat itu, duet tersebut diusung PDIP dan beberapa partai politik. Setelah terpilih dan menjabat Wali Kota Solo, dia dikenal masyarakat rajin blusukan. Pada 2010, Jokowi terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta.