Tetap Waspada saat Berolahraga
Sabtu, 27 Juni 2020 - 06:02 WIB
Zhang mengaku kesulitan bernafas dan menderita nyeri di bagian dada sebelum diperiksa dan dioperasi di RSPW. Zhang berolahraga dua pekan sejak lockdown dibuka di Wuhan, China pada pertengahan Mei lalu. Saat itu dia berharap olahraga akan meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Awalnya dia hanya berlari sejauh 3 kilometer per hari. Namun, sepekan kemudian dia mulai menambahnya menjadi 6 kilometer per hari. “Saya mulai kesulitan bernafas dan sedikit demi sedikit ada rasa sakit di bagian dada. Padahal, saya baru berlari sejauh 4 kilometer,” kata Zhang, dikutip Dailymail.
Dia mengaku, dirinya mencoba tetap berlari meskipun lebih pelan dan akhirnya menyerah. “Saya mencoba berjalan kaki, tetapi dada saya semakin sakit,”ungkapnya.
Saudara Zhang lalu membawanya ke RSPW setelah Zhang kesakitan dan pingsan. Menurut RSPW, Zhang menderita pneumothorax, dimana kondisi paru-paru tidak bekerja secara maksimal sehingga udara keluar melalui rongga dada. Nyawa Zhang terancam andai saja saudaranya tidak langsung membawanya ke RSPW.
Peristiwa yang dialami Zhang biasanya diderita pengidap asma, pneumonia, dan fibrosis kistik jika melakukan aktivitas berat. Dr Chen Baojun dari RSPW mengatakan, pneumothorax biasanya juga diderita orang dengan postur tinggi dan kurus. Dalam kasus Zhang, kondisi ini diperparah dengan penggunaan masker saat berlari.
“Saya sarankan agar masyarakat tidak mengenakan masker saat berolahraga karena hal itu akan menghambat saluran oksigen,” kata Dr Chen. Sebelumnya tiga siswa tewas setelah mengikuti kegiatan olahraga sambil mengenakan masker. Akibatnya, China melarang penggunaan masker selama berolahraga.
Sementara itu, dokter spesialis kedokteran olahraga Andi Kurniawan menegaskan, Perhimpunan Kedokteran Olahraga sudah melakukan literatur reviu. Mereka menyatakan tidak ada efek negatif dari penggunaan masker saat berolahraga. Masker memang menimbulkan ketidaknyamanan pada awal olahraga.
Kemudian, akan terjadi efek semacam hipoksia atau keterbatasan oksigen. “Tapi, tubuh kita memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Pernapasan memang akan lebih cepat. Kami merekomendasikan olahraga menggunakan masker itu jangan sampai terlalu ngos-ngosan,” ungkap Ketua Tim Medis Kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 ini. (Baca juga: Pakar HAM PBB Desak UE Hukum Aneksasi Israel di Tepi Barat)
Dia menyarankan agar masyarakat melakukan olahraga yang ringan sampai sedang saja saat masa pandemi. Andi menyebut, justru efek olahraga intensitas tinggi dan dalam waktu lama akan menurunkan imunitas. Meski demikian, Andi tetap menyarankan agar masyarakat melakukan olahraga ringan di rumah.
“Masyarakat harus menyadari kita masih dalam pandemi, virus masih ada di mana-mana. Pemerintah melonggarkan PSBB ini motifnya ekonomi dari sisi kesehatan masyarakat itu belum,” tuturnya.
Awalnya dia hanya berlari sejauh 3 kilometer per hari. Namun, sepekan kemudian dia mulai menambahnya menjadi 6 kilometer per hari. “Saya mulai kesulitan bernafas dan sedikit demi sedikit ada rasa sakit di bagian dada. Padahal, saya baru berlari sejauh 4 kilometer,” kata Zhang, dikutip Dailymail.
Dia mengaku, dirinya mencoba tetap berlari meskipun lebih pelan dan akhirnya menyerah. “Saya mencoba berjalan kaki, tetapi dada saya semakin sakit,”ungkapnya.
Saudara Zhang lalu membawanya ke RSPW setelah Zhang kesakitan dan pingsan. Menurut RSPW, Zhang menderita pneumothorax, dimana kondisi paru-paru tidak bekerja secara maksimal sehingga udara keluar melalui rongga dada. Nyawa Zhang terancam andai saja saudaranya tidak langsung membawanya ke RSPW.
Peristiwa yang dialami Zhang biasanya diderita pengidap asma, pneumonia, dan fibrosis kistik jika melakukan aktivitas berat. Dr Chen Baojun dari RSPW mengatakan, pneumothorax biasanya juga diderita orang dengan postur tinggi dan kurus. Dalam kasus Zhang, kondisi ini diperparah dengan penggunaan masker saat berlari.
“Saya sarankan agar masyarakat tidak mengenakan masker saat berolahraga karena hal itu akan menghambat saluran oksigen,” kata Dr Chen. Sebelumnya tiga siswa tewas setelah mengikuti kegiatan olahraga sambil mengenakan masker. Akibatnya, China melarang penggunaan masker selama berolahraga.
Sementara itu, dokter spesialis kedokteran olahraga Andi Kurniawan menegaskan, Perhimpunan Kedokteran Olahraga sudah melakukan literatur reviu. Mereka menyatakan tidak ada efek negatif dari penggunaan masker saat berolahraga. Masker memang menimbulkan ketidaknyamanan pada awal olahraga.
Kemudian, akan terjadi efek semacam hipoksia atau keterbatasan oksigen. “Tapi, tubuh kita memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Pernapasan memang akan lebih cepat. Kami merekomendasikan olahraga menggunakan masker itu jangan sampai terlalu ngos-ngosan,” ungkap Ketua Tim Medis Kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 ini. (Baca juga: Pakar HAM PBB Desak UE Hukum Aneksasi Israel di Tepi Barat)
Dia menyarankan agar masyarakat melakukan olahraga yang ringan sampai sedang saja saat masa pandemi. Andi menyebut, justru efek olahraga intensitas tinggi dan dalam waktu lama akan menurunkan imunitas. Meski demikian, Andi tetap menyarankan agar masyarakat melakukan olahraga ringan di rumah.
“Masyarakat harus menyadari kita masih dalam pandemi, virus masih ada di mana-mana. Pemerintah melonggarkan PSBB ini motifnya ekonomi dari sisi kesehatan masyarakat itu belum,” tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda