Mengembalikan Marwah Institusi Polri
Kamis, 07 Juli 2022 - 15:45 WIB
Tingginya partisipasi masyarakat dalam penentuan dan pemilihan polisi teladan di Hoegeng Awards 2022 adalah bukti bahwa institusi Polri makin dipercaya dan dicintai masyarakat. Karena itu, Jenderal Sigit tak kuasa menahan air mata saat penganugerahan Hoegeng Awards 2022 kepada polisi yang memenuhi tiga kriteria itu. Jenderal Sigit benar-benar tak menyangka ternyata penilaian publik terhadap Polri sangat baik. Itulah sebabnya, Jenderal Sigit mengajak seluruh anggota Polri untuk betul-betul meneladani sosok polisi Hoegeng Imam Santoso sebagai teladan sejati.
Janji Presisi Kapolri
Pelbagai perbaikan dan pembenahan yang dilakukan Jenderal Sigit adalah bukti nyata bahwa beliau telah melunasi janji transformasi Polri Presisi. Dalam buku Setapak Perubahan: Catatan Pencapaian Satu Tahun Polri yang Presisi (2022) dijelaskan bahwa pasca dilantik sebagai Kapolri, Jenderal Sigit langsung tancap gas dalam rangka memenuhi janji Pori Presisi.
Ikhtiar ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mewujudkan visi transformasi Polri Presisi. Dimulai dengan penataan kelembagaan, perubahan sistem dan metode organisasi serta transformasi digitalisasi. Selanjutnya, sistem pelayanan publik yang terintegrasi dan peningkatan kinerja penegakan hukum. Implementasi setapak perubahan yang dilakukan secara nyata juga terlihat ketika 886 aplikasi terkait Polri telah terintegrasi sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik dari Polri.
Oleh karena, yang dilakukan Jenderal Sigit itu adalah sebagai 'persembahan' Kapolri kepada Presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Namun baginya, capaian dan prestasi di atas belum sampai pada titik kulminasi kesempurnaan sehingga beliau terus melakukan upaya-upaya maksimal guna menyempurnakan pencapaian visi transformasi Polri presisi. Maka Jenderal Sigit tak henti-hentinya menyerukan dan mengajak seluruh anggota Polri untuk terus membangun sinergi dengan pelbagai pihak sehingga mempermuda dan mempercepat (akselerasi) mewujudkan janji Polri yang presisi.
Dalam pelbagai kesempatan, Jenderal Sigit selalu menegaskan betapa pentingnya membangun sinergitas dengan pelbagai pihak. Baginya, sinergi dan kolaborasi dapat membantu akselerasi (percepatan) visi Polri Presisi. Karenanya, semua komponen masyarakat dan civil society kerap dilibatkan. Seperti ketika pelaksanaan program vaksinasi, Polri menggandeng pelbagai elemen organisasi kepemudaan. Alhasil, vaksinasi yang dilakukan Kapolri sangat cepat dan terbukti mencapai target.
Sementara dalam konteks kepemimpinannya, Sigit berulangkali menegaskan bahwa Polri sangat terbuka dikritik (open to criticism). Baginya, kritik ibarat pil meski pahit tapi tetap harus ditelan dan diminum supaya sembuh. Demikian juga kritik publik terhadap Polri adalah manisvestasi kecintaan masyarakat terhadap institusi Polri. Untuk itu, kepemimpinan Jenderal Sigit harus didukung dan diperkuat oleh semua elemen masyarakat. Pun selain itu yang juga penting adalah kontrol publik terhadap Polri sebagai bentuk partisipasi dan pengawasan publik dalam rangka memastikan penegakan hukum terbuka dan transparan.
Ikhwal, konsep dan gagasan Polri Presisi tidak serta-merta muncul, tetapi hasil kontemplasi dan perenungan panjang. Jenderal Sigit adalah termasuk polisi yang ditempa pengalaman cukup panjang. Sebagai abdi negara, Sigit memiliki jam terbang dan rekam jejak yang malang-melintang di Korps Bhayangkara. Itulah sebabnya, konsep presisi lahir dari perenungan panjang yang tentunya dipengaruhi faktor perjalanan historis beliau sebagai abdi negara.
Dalam perspektif penulis, konsep Polri presisi bukan sekadar gagasan biasa tetapi ini justru menjadi solusi atas pelbagai problem di institusi Polri. Faktanya, ketika konsep ini diimplementasikan secara sungguh-sungguh hasilnya sangat luar biasa karena institusi Polri benar-benar berubah dan menjadi institusi yang dicintai dan dipercaya masyarakat.
Polri kini bertransformasi dari institusi yang "agak" tertutup menjadi institusi "terbuka" dan transparan. Padahal, dulu publik sangat skeptis terhadap Polri lantaran kehilangan kepercayaan (trust) dari masyarakat. Namun kini Polri telah berubah total berkat kepemimpinan Jenderal Sigit, institusi Polri tak lagi dipandang rendah.
Janji Presisi Kapolri
Pelbagai perbaikan dan pembenahan yang dilakukan Jenderal Sigit adalah bukti nyata bahwa beliau telah melunasi janji transformasi Polri Presisi. Dalam buku Setapak Perubahan: Catatan Pencapaian Satu Tahun Polri yang Presisi (2022) dijelaskan bahwa pasca dilantik sebagai Kapolri, Jenderal Sigit langsung tancap gas dalam rangka memenuhi janji Pori Presisi.
Ikhtiar ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mewujudkan visi transformasi Polri Presisi. Dimulai dengan penataan kelembagaan, perubahan sistem dan metode organisasi serta transformasi digitalisasi. Selanjutnya, sistem pelayanan publik yang terintegrasi dan peningkatan kinerja penegakan hukum. Implementasi setapak perubahan yang dilakukan secara nyata juga terlihat ketika 886 aplikasi terkait Polri telah terintegrasi sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik dari Polri.
Oleh karena, yang dilakukan Jenderal Sigit itu adalah sebagai 'persembahan' Kapolri kepada Presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Namun baginya, capaian dan prestasi di atas belum sampai pada titik kulminasi kesempurnaan sehingga beliau terus melakukan upaya-upaya maksimal guna menyempurnakan pencapaian visi transformasi Polri presisi. Maka Jenderal Sigit tak henti-hentinya menyerukan dan mengajak seluruh anggota Polri untuk terus membangun sinergi dengan pelbagai pihak sehingga mempermuda dan mempercepat (akselerasi) mewujudkan janji Polri yang presisi.
Dalam pelbagai kesempatan, Jenderal Sigit selalu menegaskan betapa pentingnya membangun sinergitas dengan pelbagai pihak. Baginya, sinergi dan kolaborasi dapat membantu akselerasi (percepatan) visi Polri Presisi. Karenanya, semua komponen masyarakat dan civil society kerap dilibatkan. Seperti ketika pelaksanaan program vaksinasi, Polri menggandeng pelbagai elemen organisasi kepemudaan. Alhasil, vaksinasi yang dilakukan Kapolri sangat cepat dan terbukti mencapai target.
Sementara dalam konteks kepemimpinannya, Sigit berulangkali menegaskan bahwa Polri sangat terbuka dikritik (open to criticism). Baginya, kritik ibarat pil meski pahit tapi tetap harus ditelan dan diminum supaya sembuh. Demikian juga kritik publik terhadap Polri adalah manisvestasi kecintaan masyarakat terhadap institusi Polri. Untuk itu, kepemimpinan Jenderal Sigit harus didukung dan diperkuat oleh semua elemen masyarakat. Pun selain itu yang juga penting adalah kontrol publik terhadap Polri sebagai bentuk partisipasi dan pengawasan publik dalam rangka memastikan penegakan hukum terbuka dan transparan.
Ikhwal, konsep dan gagasan Polri Presisi tidak serta-merta muncul, tetapi hasil kontemplasi dan perenungan panjang. Jenderal Sigit adalah termasuk polisi yang ditempa pengalaman cukup panjang. Sebagai abdi negara, Sigit memiliki jam terbang dan rekam jejak yang malang-melintang di Korps Bhayangkara. Itulah sebabnya, konsep presisi lahir dari perenungan panjang yang tentunya dipengaruhi faktor perjalanan historis beliau sebagai abdi negara.
Dalam perspektif penulis, konsep Polri presisi bukan sekadar gagasan biasa tetapi ini justru menjadi solusi atas pelbagai problem di institusi Polri. Faktanya, ketika konsep ini diimplementasikan secara sungguh-sungguh hasilnya sangat luar biasa karena institusi Polri benar-benar berubah dan menjadi institusi yang dicintai dan dipercaya masyarakat.
Polri kini bertransformasi dari institusi yang "agak" tertutup menjadi institusi "terbuka" dan transparan. Padahal, dulu publik sangat skeptis terhadap Polri lantaran kehilangan kepercayaan (trust) dari masyarakat. Namun kini Polri telah berubah total berkat kepemimpinan Jenderal Sigit, institusi Polri tak lagi dipandang rendah.
tulis komentar anda