Peneliti BRIN Dorong Parpol Usung Kader Andalan Dicalonkan di Pilpres
Senin, 20 Juni 2022 - 19:28 WIB
"Promosi kader bukan mengedepankan cara-cara nepotisme, kolutisme, kekerabatan dan kedekatan semata. Sehingga kader-kader yang berkualitas dan kompeten justru terpinggirkan," ujar Prof Siti.
Dia memahami apabila sistem kaderisasi parpol tersebut tidak bisa berjalan mendadak. Perlu proses panjang. Sebab, membangun nilai-nilai demokrasi melalui pembangunan parpol butuh waktu. Karena itu, lanjut dia, diperlukan komitmen elit untuk memajukan dan menjadikan partainya modern.
"Sampai saat ini sudah menjadi tradisi cara pandang pragmatis dan oportunistis tersebut. Mengapa? Karena mereka memandang kompetisi di pemilu hanya pokoke menang dan harus berada di kekuasaan. Di luar kekuasaan sangat tidak menyenangkan," jelasnya.
Oleh sebab itulah kata dia, partai akan all out dalam memenangkan pemilu dengan berbagai cara. Meskipun kadang terkesan menerobos kaidah atau etika atau kepatutan politik.
Kata dia, Pemilu yang berlangsung selama ini memiliki cara pandang asal menang. Hal ini membuat negara tidak memiliki tanggung jawab membangun peradaban bangsa.
"Sebaliknya, menjadi sangat kompromistis dengan cara-cara yang acapkali merugikan bangsa dan negara," katanya.
Seperti diketahui, ada sederet nama kader parpol yang berpotensi maju di Pilpres 2024 namun popularitas dan elektabilitasnya masih rendah. Sebut saja, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hatarto, Ketum PAN Zulkifli Hasan.
Kemudian, Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Aljufri. Ada juga nama Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketum PKB Muhaimin Iskadar.
Di kesempatan lain, Siti menilai, sosok Airlangga sangat berpeluang ikut berkontestasi di Pilpres 2024. Menurut dia, saat ini tinggal bagaimana Golkar bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menjalankan mesin politiknya untuk meningkatkan elektabilitas Airlangga.
Zuhro mengatakan, Airlangga perlu menunjukkan hasil karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih, Golkar adalah parpol yang besar dan menguntungkan untuk membentuk koalisi.
Dia memahami apabila sistem kaderisasi parpol tersebut tidak bisa berjalan mendadak. Perlu proses panjang. Sebab, membangun nilai-nilai demokrasi melalui pembangunan parpol butuh waktu. Karena itu, lanjut dia, diperlukan komitmen elit untuk memajukan dan menjadikan partainya modern.
"Sampai saat ini sudah menjadi tradisi cara pandang pragmatis dan oportunistis tersebut. Mengapa? Karena mereka memandang kompetisi di pemilu hanya pokoke menang dan harus berada di kekuasaan. Di luar kekuasaan sangat tidak menyenangkan," jelasnya.
Oleh sebab itulah kata dia, partai akan all out dalam memenangkan pemilu dengan berbagai cara. Meskipun kadang terkesan menerobos kaidah atau etika atau kepatutan politik.
Kata dia, Pemilu yang berlangsung selama ini memiliki cara pandang asal menang. Hal ini membuat negara tidak memiliki tanggung jawab membangun peradaban bangsa.
"Sebaliknya, menjadi sangat kompromistis dengan cara-cara yang acapkali merugikan bangsa dan negara," katanya.
Seperti diketahui, ada sederet nama kader parpol yang berpotensi maju di Pilpres 2024 namun popularitas dan elektabilitasnya masih rendah. Sebut saja, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hatarto, Ketum PAN Zulkifli Hasan.
Kemudian, Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Aljufri. Ada juga nama Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketum PKB Muhaimin Iskadar.
Di kesempatan lain, Siti menilai, sosok Airlangga sangat berpeluang ikut berkontestasi di Pilpres 2024. Menurut dia, saat ini tinggal bagaimana Golkar bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menjalankan mesin politiknya untuk meningkatkan elektabilitas Airlangga.
Zuhro mengatakan, Airlangga perlu menunjukkan hasil karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih, Golkar adalah parpol yang besar dan menguntungkan untuk membentuk koalisi.
tulis komentar anda