Profesor BRIN Ungkap Kemungkinan Perbedaan Idul Adha
Rabu, 08 Juni 2022 - 14:46 WIB
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi Hari Raya Idul Adha 1443 H berpotensi terjadi perbedaan. Hal ini disebabkan karena ada dua kriteria utama yang digunakan di Indonesia, yaitu Kriteria Wujudul Hilal dan Kriteria Baru MABIMS.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menyatakan bahwa Idul Adha memiliki potensi perbedaan, yakni pada 9 dan 10 Juli 2022. Menurutnya, ada dua kriteria utama yang digunakan di Indonesia, yaitu Kriteria Wujudul Hilal dan Kriteria Baru MABIMS.
Kriteria Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah mendasarkan pada kondisi bulan lebih lambat terbenamnya daripada matahari. Sedangkan Kriteria Baru MABIMS mendasarkan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau visibilitas hilal), yaitu fisis hilal yang dinyatakan dengan parameter elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimum 6,4 derajat, dan fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
"Kriteria Baru MABIMS digunakan oleh Kementerian Agama dan beberapa ormas Islam," kata Thomas dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/6/2022).
Potensi perbedaan ini bisa dijelaskan dengan analisis garis tanggal, seperti pada gambar berikut:
Garis tanggal Wujudul Hilal melintas di selatan Indonesia. Sementara garis tanggal Kriteria Baru MABIMS melintas jauh di sebelah barat Indonesia.
"Pada saat Maghrib, 29 Juni 2022, di Indonesia posisi bulan sudah di atas ufuk. Artinya kriteria Wujudul Hilal telah terpenuhi. Itu sebabnya Muhammadiyah di dalam maklumatnya menyatakan 1 Dzulhijjah 1443 jatuh pada 30 Juni 2022, dan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022," katanya.
Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Hari Raya Idul Fitri, Senin 2 Mei 2022
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menyatakan bahwa Idul Adha memiliki potensi perbedaan, yakni pada 9 dan 10 Juli 2022. Menurutnya, ada dua kriteria utama yang digunakan di Indonesia, yaitu Kriteria Wujudul Hilal dan Kriteria Baru MABIMS.
Kriteria Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah mendasarkan pada kondisi bulan lebih lambat terbenamnya daripada matahari. Sedangkan Kriteria Baru MABIMS mendasarkan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau visibilitas hilal), yaitu fisis hilal yang dinyatakan dengan parameter elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimum 6,4 derajat, dan fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
"Kriteria Baru MABIMS digunakan oleh Kementerian Agama dan beberapa ormas Islam," kata Thomas dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/6/2022).
Potensi perbedaan ini bisa dijelaskan dengan analisis garis tanggal, seperti pada gambar berikut:
Garis tanggal Wujudul Hilal melintas di selatan Indonesia. Sementara garis tanggal Kriteria Baru MABIMS melintas jauh di sebelah barat Indonesia.
"Pada saat Maghrib, 29 Juni 2022, di Indonesia posisi bulan sudah di atas ufuk. Artinya kriteria Wujudul Hilal telah terpenuhi. Itu sebabnya Muhammadiyah di dalam maklumatnya menyatakan 1 Dzulhijjah 1443 jatuh pada 30 Juni 2022, dan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022," katanya.
Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Hari Raya Idul Fitri, Senin 2 Mei 2022
Lihat Juga :
tulis komentar anda