Poncke Princen, Tentara Belanda yang Memilih Menjadi Mualaf dan Mempertahankan Indonesia Merdeka

Rabu, 11 Mei 2022 - 06:00 WIB
Keberadaan Princen di tubuh pasukan Indonesia akhirnya diketahui pimpinan militer Belanda atau KNIL, Mayjen E. Engels. Dia memerintahkan pasukannya untuk membunuh Princen.

Perintah itu dilaksanakan. Pertempuran sengit terjadi pada Agustus 1949, mengakibatkan Odah--sang istri yang tengah mengandung 2 bulan, dan 12 tentara Indonesia terbunuh. Princen yang menjadi target penyerangan itu berhasil meloloskan diri.

Setelah Agresi Miiter II tersebut, sejarah mencatat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. Princen pun memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan menjadi mualaf. Dia ingin menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sepenuhnya, yang mayoritas adalah muslim. Tak lama kemudian, Princen menunaikan haji untuk meneguhkan keislamannya. Dia pun dikenal dengan sebutan Haji Johannes Cornelis Princen.

Atas jasa-jasanya, Princen memperoleh penghargaan Bintang Geriliya dari Presiden Soekarno pada 1949. Pada 1956 terpilih sebagai anggota parlemen mewakili Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI).

Tetapi Soekarno pula yang memenjarakannya dari 1957 sampai 1958, lalu dari 1962 sampai 1966. Semuanya itu disebabkan kritik kerasnya terhadap pemeritahan Soekarno yang dianggap mempertontonkan kediktatoran.

Setelah keluar penjara pada 1966, Princen menjadi ketua Lembaga Pembela Hak Asasi Manusia (LPHAM). Pada 1980 dia mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Princen juga mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada 1980, agar gerakan pembelaan HAM yang dilakukannya makin meluas. Di era Orde Baru ini, Princen kembali harus masuk bui karena aktivitasnya yang dianggap tidak sejalan dengan arah politik pemerintah.

Pada 1992 Princen memperoleh penghargaan dari lembaga internasional atas aktivitasnya pada hak asasi manusia. Dia juga dianggap punya peran penting untuk kemerdekaan Timor Timur. Princen adalah pendukung gerakan kemerdekaan Timor Timur dan merupakan teman Xanana Gusmão, pemimpin gerakan yang menjadi presiden pertama Timor Timur setelah merdeka.

Aksi Princen pun masih tampak pada 1998. Duduk di kursi roda, wajahnya kerap tampak di baris terdepan pada demonstrasi-demonstrasi perlawanan atas kediktatoran Soeharto. Lantaran aktivitas politiknya itu, kehidupan rumah tangga Princen berantakan. Dia bercerai dengan Heda, istri keduanya. Lalu, dia menikah lagi dengan perempuan Belanda, Janneke Marckmann. Tetapi, wanita itu akhirnya memutuskan kembali ke Belanda dan meninggallkan tiga anak mereka di Indonesia. Pada Februari 2002, Princen meninggal dunia pada usia 76 tahun di Jakarta, dan dimakamkan di pemakaman Pondok Kelapa.
(muh)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More