Kisah 2 Kali KH AR Fachruddin Me-Muhammadiyah-kan Massal Warga NU
Kamis, 14 April 2022 - 07:55 WIB
JAKARTA - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Kiai Haji Abdur Rozaq Fachruddin atau yang populer dipanggil Pak AR pernah memimpin ibadah tarawih warga Nahdlatul Ulama (NU). Tidak hanya sekali tapi dua kali. Jumlah rakaat salatnya pun 11 sebagaimana lazim dilakukan di masjid-masjid Muhammadiyah.
Dikutip dari Muhammadyah.or.id Kamis (14/4/2022), kisah pertama terjadi di Ponorogo. Pak AR yang seharusnya mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah ternyata salah alamat dan masuk ke masjid berbeda, yakni Masjid At-Taqwa milik NU yang juga tengah mengadakan pengajian.
Di sana, ternyata Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Saat warga Muhammadiyah menyusul, beliau meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai. Takmir masjid bahkan memaksa Pak AR sekalian menjadi imam salat tarawih yang segera disanggupinya.
Sebelum memimpin salat, Pak AR bertanya kepada jamaah soal jumlah rakaat yang akan dilaksanakan. Jumlah 23 rakaat sesuai peribadatan NU pun disepakati. Akan tetapi, ternyata Pak AR mengimami salat tarawih dengan tumakninah, menikmati setiap rukun dan pembacaan ayat-ayat Al-Quran secara tartil.
Alhasil, delapan rakaat dilalui dalam waktu yang lebih lama ketimbang yang biasa dilakukan jamaah. Setea delapan rakaat itu, Pak AR membalikkan badan dan bertanya kembali kepada jamaah.
“Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir? (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?),” tanya Pak AR.
Sontak semua jamaah itu serempak menjawab sembari tertawa, “Salat witir mawon (Salat witir saja)”. Kisah pertama ini dipopulerkan ulang oleh aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada tahun 2019.
Kali kedua Pak AR menjadi imam tarawih jamaah NU terjadi ketika dia mengunjungi Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng. Kisah ini sangat terkenal dan kerap diceritakan baik di kalangan lingkungan NU maupun Muhammadiyah.
Dikutip dari Muhammadyah.or.id Kamis (14/4/2022), kisah pertama terjadi di Ponorogo. Pak AR yang seharusnya mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah ternyata salah alamat dan masuk ke masjid berbeda, yakni Masjid At-Taqwa milik NU yang juga tengah mengadakan pengajian.
Di sana, ternyata Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Saat warga Muhammadiyah menyusul, beliau meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai. Takmir masjid bahkan memaksa Pak AR sekalian menjadi imam salat tarawih yang segera disanggupinya.
Sebelum memimpin salat, Pak AR bertanya kepada jamaah soal jumlah rakaat yang akan dilaksanakan. Jumlah 23 rakaat sesuai peribadatan NU pun disepakati. Akan tetapi, ternyata Pak AR mengimami salat tarawih dengan tumakninah, menikmati setiap rukun dan pembacaan ayat-ayat Al-Quran secara tartil.
Alhasil, delapan rakaat dilalui dalam waktu yang lebih lama ketimbang yang biasa dilakukan jamaah. Setea delapan rakaat itu, Pak AR membalikkan badan dan bertanya kembali kepada jamaah.
“Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir? (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?),” tanya Pak AR.
Sontak semua jamaah itu serempak menjawab sembari tertawa, “Salat witir mawon (Salat witir saja)”. Kisah pertama ini dipopulerkan ulang oleh aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada tahun 2019.
Kali kedua Pak AR menjadi imam tarawih jamaah NU terjadi ketika dia mengunjungi Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng. Kisah ini sangat terkenal dan kerap diceritakan baik di kalangan lingkungan NU maupun Muhammadiyah.
tulis komentar anda