Nyawa Sudah di Ujung Senapan, Prajurit TNI AU Ini Lolos dari Maut karena Pangkat Kopral

Senin, 11 April 2022 - 05:48 WIB
Tidak hanya itu, pria yang kenyang dengan berbagai penugasan di medan operasi seperti penumpasan pemberontak Permesta dan DII/TII ini juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan oleh tentara KNIL Belanda dan relawan Belanda.

“Saya sempat didatangi oleh relawan Belanda berjumlah enam orang dengan membawa senapan yang siap menembak. Para relawan tersebut memaki, memukuli dan menendang saya. Dalam keadaan yang mencekam, Alhamdulillah saya ditolong oleh seorang Sersan Marinir Belanda,” ujarnya.

Saat itu, seorang Sersan Marinir Belanda datang dan langsung mengusir para relawan yang tengah menyiksanya. Merasa nyawanya di selamatkan, pria kelahiran Malang, 6 Mei 1953 ini kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada Sersan Marinir Belanda tersebut.

”Saya ingat saat perang Korea, pangkat saya Kopral. Pada saat itu saya diserang oleh pasukan dari RRC yang membantu Korea Utara. Saya lari ke hutan untuk menyelamatkan diri selama 10 hari kemudian ditolong oleh helicopter Amerika. Dari peristiwa yang saya alami, saya jadi teringat kamu,” ujar Kuswari menirukan ucapan Marinir Belanda tersebut.

”Saya ingin menolong kamu, di mana tadi saat dirimu akan ditembak oleh para relawan itu, hati saya menjadi iba,” ucap tentara Belanda tersebut kepada Kuswari.

Tidak hanya itu, Marinir Belanda itu juga meminta Kuswari agar tidak jauh-jauh darinya agar terhindar dari penyiksaan yang dilakukan oleh relawan dan tentara KNIL. “Je ikut saya, jangan jauh-jauh dari saya, kamu nanti ketemu tentara KNIL malah nanti diperlakukan tidak manusiawi.

Perintah tersebut pun langsung diikuti Kuswari. Apa yang dikhawatirkan Marinir Belanda terbukti, Kuswari kemudian bertemu dengan tentara KNIL dan relawan Belanda yang langsung memakinya dengan perkataan kasar. Beruntung, Kuswari tidak mengalami penyiksaan karena berada di dekat Marinir Belanda.

Setelah perjanjian damai Belanda-Indonesia dan perintah penghentian tembak menembak serta diberlakukannya pemerintahaan UNTEA di Irian Barat, kekuasaan Belanda pun dinyatakan berakhir. Sejak pengumuman itu, seluruh tentara Indonesia dan sukarelawan keluar dari hutan-hutan di Papua.

”Saya diangkut dengan pesawat Hercules Amerika dari Irian Barat ke Bandara Kemayoran, Jakarta. Setibanya di Jakarta saya sempat kaget mendapat penghormatan senjata. Ternyata penghormatan senjata itu karena saya dan teman-teman dianggap telah gugur dalam Operasi Trikora,” ucapnya
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(cip)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More