Ceramah di Istiqlal, Mahfud MD Bicara Membangun Empati dan Kesetaraan
Rabu, 06 April 2022 - 08:57 WIB
JAKARTA - Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan bahwa puasa adalah untuk membangun empati dan kesetaraan. Hal ini dikatakannya saat mengisi ceramah sebelum Salat Tarawih di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (5/4/2022).
"Berpuasa itu membangun empati dan kesetaraan, empati itu apa? Ikut merasakan kesedihan orang. Kalau orang lapar rasanya seperti ini, kalau orang kedudukannya lebih rendah rasanya seperti ini," ujar Mahfud dalam keterangannya, Rabu (6/4/2022).
Mahfud menjelaskan seluruh manusia memiliki harga diri, harkat, dan martabat yang sama. Oleh karena itu, siapa pun tak dibenarkan jika memandang orang lain lebih rendah dari dirinya.
Dia menuturkan yang beranggapan bahwa orang lain lebih rendah adalah tindakan jahiliyah. Dalam kesempatan itu, Mahfud juga mengurai kisah seorang sahabat Nabi Muhammad bernama Abu Dzar al-Ghifari yang pernah ditegur karena memaki budak secara berlebihan.
"Abu Dzar al-Ghifari suatu hari tampak di depan para sahabat yang lain memakai baju yang sama kualitasnya, memakai sandal atau sepatu yang sama kualitasnya dengan para pembantunya. Para sahabat bertanya, kenapa Abu Dzar memakai baju yang sama dengan para pembantunya? Abu Dzar bercerita, saya ditegur oleh nabi karena memarahi budak dengan kata-kata kamu ini bodoh, pemalas sama dengan ibumu, dasar budak," kata Mahfud menceritakan.
Mahfud mengajak para jamaah untuk memperkuat semangat menghargai orang lain. Menurut dia, hal itu sebagai bagian dari semangat kemerdekaan yang ingin membangun kesetaraan dan keadilan, bukan kesewenang-wenangan.
"Bulan puasa ini, mari kita bangun ketakwaan kita itu dengan membangun empati dan kita jaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sebagai negara yang merdeka," ucapnya.
"Berpuasa itu membangun empati dan kesetaraan, empati itu apa? Ikut merasakan kesedihan orang. Kalau orang lapar rasanya seperti ini, kalau orang kedudukannya lebih rendah rasanya seperti ini," ujar Mahfud dalam keterangannya, Rabu (6/4/2022).
Baca Juga
Mahfud menjelaskan seluruh manusia memiliki harga diri, harkat, dan martabat yang sama. Oleh karena itu, siapa pun tak dibenarkan jika memandang orang lain lebih rendah dari dirinya.
Dia menuturkan yang beranggapan bahwa orang lain lebih rendah adalah tindakan jahiliyah. Dalam kesempatan itu, Mahfud juga mengurai kisah seorang sahabat Nabi Muhammad bernama Abu Dzar al-Ghifari yang pernah ditegur karena memaki budak secara berlebihan.
"Abu Dzar al-Ghifari suatu hari tampak di depan para sahabat yang lain memakai baju yang sama kualitasnya, memakai sandal atau sepatu yang sama kualitasnya dengan para pembantunya. Para sahabat bertanya, kenapa Abu Dzar memakai baju yang sama dengan para pembantunya? Abu Dzar bercerita, saya ditegur oleh nabi karena memarahi budak dengan kata-kata kamu ini bodoh, pemalas sama dengan ibumu, dasar budak," kata Mahfud menceritakan.
Mahfud mengajak para jamaah untuk memperkuat semangat menghargai orang lain. Menurut dia, hal itu sebagai bagian dari semangat kemerdekaan yang ingin membangun kesetaraan dan keadilan, bukan kesewenang-wenangan.
"Bulan puasa ini, mari kita bangun ketakwaan kita itu dengan membangun empati dan kita jaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sebagai negara yang merdeka," ucapnya.
(kri)
tulis komentar anda