Vaksinasi Dipercepat untuk Lindungi Lansia dan Kurangi Kedaluwarsa
Jum'at, 25 Februari 2022 - 14:13 WIB
JAKARTA - Interval pemberian vaksinasi booster atau suntikan dosis ketiga bagi masyarakat lanjut usia ( lansia ) di atas 60 tahun dipercepat oleh pemerintah. Percepatan vaksinasi itu dinilai untuk melindungi para lansia sekaligus mengurangi kedaluwarsa.
Anggota Komisi IX DPR Elva Hartati menilai kebijakan mempersingkat rentang waktu untuk mendapatkan vaksin booster bagi lansia menjadi 3 bulan itu sudah sangat tepat. Kata Elva, di banyak negara seperti UK, Korea Selatan, dan Thailand bahkan rentang waktu 3 bulan ini tidak hanya untuk lansia, tapi bagi semua orang.
“Kami memahami alasan pemerintah pentingnya memprioritaskan lansia agar segera mendapatkan booster mengingat mereka kelompok rentan. Vaksinasi merupakan salah satu cara menurunkan fatalitas karena Covid, tapi hal lain yang harus dilakukan adalah early detection dan early treatment,” kata Elva kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).
Dia melihat saat ini cakupan vaksinasi lansia baik primer dan booster masih rendah saat ini. Menurut dia, penyebabnya bukan hanya karena distribusi dan supply vaksin.
“Tingkat penerimaan vaksinasi di kelompok lansia ini masih harus terus ditingkatkan melalui berbagai cara termasuk sosialisasi dan pendekatan kultural melalui para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama,”ungkapnya.
Elva juga menilai pemda harus melakukan komunikasi yang strategis agar kelompok lansia ini mau untuk divaksin. “Door to door vaksinasi harus dilakukan karena keterbatasan gerak lansia dan jalur distribusi vaksin agar terus juga ditingkatkan,” tuturnya.
Dia juga mengingatkan bahwa Covid-19 ini nyata dan telah merenggut nyawa orang terdekat dan terkasih kita semua. Dia juga mengingatkan bahwa vaksinasi sudah terbukti mengurangi keparahan Covid-19 yang dapat mencegah kematian.
“Ayo kita vaksin tidak hanya untuk melindungi diri kita sendiri tapi juga melindungi orang tua kita, anak-anak kita, dan orang sekitar kita. Dengan melakukan vaksinasi adalah cara kita melaksanakan kewajiban kita untuk sesama,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan. “Efektif untuk mengurangi fatalitas pada lansia dan juga efektif untuk mengurangi vaksin yang terbuang karena kedaluwarsa,” kata Iwan.
Dia mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk mencari penyebab cakupan vaksinasi lansia rendah di daerah masing-masing. “Jika penyebabnya karena lansia sulit menjangkau sentra-sentara vaksinasi, maka pemda harus mengusahakan pemberian vaksin langsung ke rumah-rumah lansia tersebut,” ujarnya.
Selain itu, menurut Iwan, masyarakat juga perlu selalu cek informasi yang meragukan terkait vaksinasi. “Ciri-ciri informasi hoaks: informasinya cenderung berlebihan/bombastis, tidak jelas sumber informasi tersebut, dan cenderung menakut-nakuti atau bertentangan dengan program pemerintah/menyalahkan pemerintah,” pungkasnya.
Anggota Komisi IX DPR Elva Hartati menilai kebijakan mempersingkat rentang waktu untuk mendapatkan vaksin booster bagi lansia menjadi 3 bulan itu sudah sangat tepat. Kata Elva, di banyak negara seperti UK, Korea Selatan, dan Thailand bahkan rentang waktu 3 bulan ini tidak hanya untuk lansia, tapi bagi semua orang.
“Kami memahami alasan pemerintah pentingnya memprioritaskan lansia agar segera mendapatkan booster mengingat mereka kelompok rentan. Vaksinasi merupakan salah satu cara menurunkan fatalitas karena Covid, tapi hal lain yang harus dilakukan adalah early detection dan early treatment,” kata Elva kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).
Dia melihat saat ini cakupan vaksinasi lansia baik primer dan booster masih rendah saat ini. Menurut dia, penyebabnya bukan hanya karena distribusi dan supply vaksin.
“Tingkat penerimaan vaksinasi di kelompok lansia ini masih harus terus ditingkatkan melalui berbagai cara termasuk sosialisasi dan pendekatan kultural melalui para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama,”ungkapnya.
Elva juga menilai pemda harus melakukan komunikasi yang strategis agar kelompok lansia ini mau untuk divaksin. “Door to door vaksinasi harus dilakukan karena keterbatasan gerak lansia dan jalur distribusi vaksin agar terus juga ditingkatkan,” tuturnya.
Dia juga mengingatkan bahwa Covid-19 ini nyata dan telah merenggut nyawa orang terdekat dan terkasih kita semua. Dia juga mengingatkan bahwa vaksinasi sudah terbukti mengurangi keparahan Covid-19 yang dapat mencegah kematian.
“Ayo kita vaksin tidak hanya untuk melindungi diri kita sendiri tapi juga melindungi orang tua kita, anak-anak kita, dan orang sekitar kita. Dengan melakukan vaksinasi adalah cara kita melaksanakan kewajiban kita untuk sesama,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan. “Efektif untuk mengurangi fatalitas pada lansia dan juga efektif untuk mengurangi vaksin yang terbuang karena kedaluwarsa,” kata Iwan.
Dia mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk mencari penyebab cakupan vaksinasi lansia rendah di daerah masing-masing. “Jika penyebabnya karena lansia sulit menjangkau sentra-sentara vaksinasi, maka pemda harus mengusahakan pemberian vaksin langsung ke rumah-rumah lansia tersebut,” ujarnya.
Selain itu, menurut Iwan, masyarakat juga perlu selalu cek informasi yang meragukan terkait vaksinasi. “Ciri-ciri informasi hoaks: informasinya cenderung berlebihan/bombastis, tidak jelas sumber informasi tersebut, dan cenderung menakut-nakuti atau bertentangan dengan program pemerintah/menyalahkan pemerintah,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda