Pilpres dan Para 'Raumdeuter'
Selasa, 15 Februari 2022 - 15:40 WIB
Aprikie Putra Wijaya
Pengamat Politik / Direktur Eksekutif Indosmep Riset & Consulting
DALAM sebuah wawancara, pemain tim nasional sepak bola Jerman Thomas Muller ditanya tentang apa sebenarnya peran utamanya dalam tim Der Panzer. Karena banyak anggapan bahwa selama ini dia hanya beruntung saja, karena fisik dan skill-nya dianggap tidak terlalu istimewa, tapi selalu masuk tim inti, baik tim nasional maupun klub yang dibelanya Bayern Munchen. Bahkan dia berhasil membawa Jerman memenangi Piala Dunia 2014, dan mengantarkan Bayern Munchen menjuarai Liga Champions.
Muller dengan lantang menjawab, “Saya adalah Raumdeuter.” Raumdeuter yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah penafsir ruang. Muller menjelaskan, secara teknis Raumdeuter adalah suatu posisi yang menitikberatkan pada pencarian ruang untuk menciptakan peluang bagi dirinya sendiri dan pemain lainnya. Jadi meskipun posturnya tidak kekar layaknya pemain Jerman, dribbling tidak selincah Lionel Messi, atau umpan yang akurat seperti Andrea Pirlo, seorang Thomas Muller memiliki kelebihan di atas rata-rata dalam hal mengoptimalkan sebuah peluang. Dia seorang Raumdeuter andal, yang terbukti mampu memberikan peran signifikan dalam proses terciptanya sebuah gol.
Lalu apa hubungannya dengan pemilihan presiden (Pilpres) Indonesia? Ini tentang peran Raumdeuter dalam menciptakan ruang dan peluang. Kalau ditarik benang merahnya Raumdeuter ini memiliki fungsi yang mirip dengan para relawan calon presiden. Jika di pertandingan sepak bola tugasnya menciptakan ruang dan peluang agar terciptanya gol, di sudut berbeda, relawan calon presiden juga melakukan fungsi yang sama, yaitu menciptakan ruang bagi kandidatnya agar kemudian diterima masyarakat dan partai politik, sehingga punya peluang untuk diusung sebagai calon presiden, dan menang dalam kontestasi presiden. Jadi, kalau Thomas Muller adalah seorang Raumdeuter dalam sepakbola, maka bisa dikatakan para relawan pilpres adalah Raumdeuter-nya liga politik Indonesia.
Seperti kita ketahui, semenjak Pilpres 2014, keberadaan relawan semakin menunjukkan peran signifikan dalam kontestasi pemilihan presiden. Jejaringnya terus tumbuh dan tetap diperhitungkan meski kontestasi politik itu telah usai. Bisa kita lihat hari ini, banyak tokoh relawan yang kemudian menduduki posisi strategis di pemerintahan. Sebut saja Budie Arie Setiadi, ketua Relawan Pro Jokowi (Projo), yang hari ini menduduki jabatan sebagai wakil menteri desa. Belum lagi posisi-posisi strategis lainnya, seperti staf khusus, komisaris BUMN, dan direktur BUMN. Terlepas dari pro-kontra tentang bagi-bagi kekuasaannya, hal ini jelas adalah sebuah indikator bahwa jejaring relawan ini masih memiliki posisi tawar tinggi dan peran strategis dalam kontestasi politik Indonesia.
Begitu pula dengan kondisi hari ini. Kehadiran relawan menjelang Pilpres 2024 bagaikan cendawan di musim hujan. Ruang pemberitaan kita, kembali diwarnai dengan deklarasi dukungan para relawan. Ada Relawan Anies Baswedan, Relawan Prabowo, Relawan Ganjar, Relawan Puan Maharani, Relawan Muhaimin Iskandar, dan sepertinya akan terus bertambah jumlahnya. Fenomena ini tentu menunjukkan bahwa peran relawan tetap relevan dan dibutuhkan. Terutama sebagai Raumdeuter, karena memiliki ruang gerak yang luas dan tidak terikat oleh partai politik. Sehingga mereka bisa dengan cepat melakukan deklarasi, sosialisasi, infiltrasi, dan membentuk jejaring ke seluruh Indonesia tanpa adanya hierarki politik yang kaku. Ibarat permainan sepakbola, Keleluasan ini membuat mereka bisa cepat membaca arah “bola” politik, lalu menempatkan calon presidennya dalam posisi yang unggul dan strategis. Sehingga membuat partai politik mau tidak mau harus mengoper bolanya, sebagai syarat terciptanya gol dan menang pemilihan presiden ini.
Berkaca dengan peran relawan di Pilpres 2014, tentu kita masih ingat, saat itu Jokowi lebih dulu dideklarasikan sebagai calon presiden oleh para relawan. Gerakan ini sebagai langkah konsolidasi, karena PDIP tempat Jokowi bernaung belum menyatakan sikap untuk mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Di sini bisa tergambar, bagaimana kerja relawan meskipun awalnya dianggap tidak memiliki kemampuan atau kekuatan yang besar, tapi secara terstruktur, jejaringnya mampu membuka ruang simpati masyarakat, yang kemudian membuat Jokowi semakin dikenal dan disukai masyarakat. Gerakan ini kemudian memberi efek yang dahsyat, membuat nama jokowi semakin diperhitungkan oleh PDIP dan partai-partai politik lainnya. Hasilnya Jokowi berhasil mendapatkan tiket capres, dan akhirnya menjadi presiden. Melihat peran relawan dari Pemilu 2014 dan 2019, maka wajar jika calon-calon presiden saat ini memberi perhatian khusus pada para Raumdeuter ini. Khususnya calon-calon presiden non-parpol, yang harus melewati langkah lebih panjang dalam mengamankan tiket maju pemilihan presiden. Kekuatan, soliditas, dan jejaring relawan yang bekerja untuk mereka, adalah kunci untuk membuat nama mereka masuk ke bursa teratas calon presiden yang akan diusung partai politik.
Peran strategis dan signifikan
Peran strategis para relawan bukan hanya dalam konteks mengoptimalkan peluang kandidat mendapatkan tiket calon presiden. Tapi juga untuk memenangkan calon presiden memenangi partai final. Bahkan hari ini, mesin relawan dianggap lebih efektif bekerja daripada mesin pemenangan politik elektoral partai. Setidaknya ada beberapa faktor yang membuat mesin relawan lebih efektif dibandingkan mesin partai. Pertama, target politik relawan adalah memenangi pilpres. Hal ini tentu berbeda dengan partai politik, yang konsentrasinya terpecah dalam pemilu serentak 2024 ini, karena juga harus memenangi pemilu legislatif ( DPR RI dan DPRD) dan pemilu kepala daerah.
Kedua, posisi tawar. Para relawan akan memiliki posisi tawar yang tinggi jika berhasil mengantarkan kandidatnya jadi presiden. Jadi kalau mereka kemudian ingin mendapatkan peran strategis, maka wajib hukumnya untuk menang. Kalau partai politik, jaring pengaman kekuasaan utamanya adalah kursi di parlemen. Semakin banyak jumlah kursinya, maka posisi tawarnya menjadi semakin tinggi. Maka partai politik pasti akan lebih konsentrasi memenangi pileg, apalagi jika calon presiden yang diusung bukan kader partainya.
Pemilu serentak akan memecah konsentrasi partai politik. Sehingga kerja-kerja relawan menjadi sangat diandalkan. Karena itu, menarik untuk kita lihat para Raumdeuter capres mana yang paling efektif bekerja dalam liga calon presiden ini, baik di babak penyisihan, perempat final, semifinal, dan Final. Musim kompetisi ini masih panjang, jadi akan banyak kejutan yang akan terjadi. Relawan akan terus bermunculan, meski nanti ada juga yang hilang, bahkan kalau di sepakbola itu ada transfer pemain, tidak menutup kemungkinan akan banyak juga relawan yang berputar haluan. Semuanya tentu menunggu timing yang pas, dan pastinya para Raumdeuter ini akan terus berlari menelusuri lapangan, melihat celah dan peluang yang tepat, untuk kemudian dikonversi menjadi gol-gol sampai akhirnya menang danmengangkat trofi juara dalam Pilpres 2024.
Pengamat Politik / Direktur Eksekutif Indosmep Riset & Consulting
DALAM sebuah wawancara, pemain tim nasional sepak bola Jerman Thomas Muller ditanya tentang apa sebenarnya peran utamanya dalam tim Der Panzer. Karena banyak anggapan bahwa selama ini dia hanya beruntung saja, karena fisik dan skill-nya dianggap tidak terlalu istimewa, tapi selalu masuk tim inti, baik tim nasional maupun klub yang dibelanya Bayern Munchen. Bahkan dia berhasil membawa Jerman memenangi Piala Dunia 2014, dan mengantarkan Bayern Munchen menjuarai Liga Champions.
Muller dengan lantang menjawab, “Saya adalah Raumdeuter.” Raumdeuter yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah penafsir ruang. Muller menjelaskan, secara teknis Raumdeuter adalah suatu posisi yang menitikberatkan pada pencarian ruang untuk menciptakan peluang bagi dirinya sendiri dan pemain lainnya. Jadi meskipun posturnya tidak kekar layaknya pemain Jerman, dribbling tidak selincah Lionel Messi, atau umpan yang akurat seperti Andrea Pirlo, seorang Thomas Muller memiliki kelebihan di atas rata-rata dalam hal mengoptimalkan sebuah peluang. Dia seorang Raumdeuter andal, yang terbukti mampu memberikan peran signifikan dalam proses terciptanya sebuah gol.
Lalu apa hubungannya dengan pemilihan presiden (Pilpres) Indonesia? Ini tentang peran Raumdeuter dalam menciptakan ruang dan peluang. Kalau ditarik benang merahnya Raumdeuter ini memiliki fungsi yang mirip dengan para relawan calon presiden. Jika di pertandingan sepak bola tugasnya menciptakan ruang dan peluang agar terciptanya gol, di sudut berbeda, relawan calon presiden juga melakukan fungsi yang sama, yaitu menciptakan ruang bagi kandidatnya agar kemudian diterima masyarakat dan partai politik, sehingga punya peluang untuk diusung sebagai calon presiden, dan menang dalam kontestasi presiden. Jadi, kalau Thomas Muller adalah seorang Raumdeuter dalam sepakbola, maka bisa dikatakan para relawan pilpres adalah Raumdeuter-nya liga politik Indonesia.
Seperti kita ketahui, semenjak Pilpres 2014, keberadaan relawan semakin menunjukkan peran signifikan dalam kontestasi pemilihan presiden. Jejaringnya terus tumbuh dan tetap diperhitungkan meski kontestasi politik itu telah usai. Bisa kita lihat hari ini, banyak tokoh relawan yang kemudian menduduki posisi strategis di pemerintahan. Sebut saja Budie Arie Setiadi, ketua Relawan Pro Jokowi (Projo), yang hari ini menduduki jabatan sebagai wakil menteri desa. Belum lagi posisi-posisi strategis lainnya, seperti staf khusus, komisaris BUMN, dan direktur BUMN. Terlepas dari pro-kontra tentang bagi-bagi kekuasaannya, hal ini jelas adalah sebuah indikator bahwa jejaring relawan ini masih memiliki posisi tawar tinggi dan peran strategis dalam kontestasi politik Indonesia.
Begitu pula dengan kondisi hari ini. Kehadiran relawan menjelang Pilpres 2024 bagaikan cendawan di musim hujan. Ruang pemberitaan kita, kembali diwarnai dengan deklarasi dukungan para relawan. Ada Relawan Anies Baswedan, Relawan Prabowo, Relawan Ganjar, Relawan Puan Maharani, Relawan Muhaimin Iskandar, dan sepertinya akan terus bertambah jumlahnya. Fenomena ini tentu menunjukkan bahwa peran relawan tetap relevan dan dibutuhkan. Terutama sebagai Raumdeuter, karena memiliki ruang gerak yang luas dan tidak terikat oleh partai politik. Sehingga mereka bisa dengan cepat melakukan deklarasi, sosialisasi, infiltrasi, dan membentuk jejaring ke seluruh Indonesia tanpa adanya hierarki politik yang kaku. Ibarat permainan sepakbola, Keleluasan ini membuat mereka bisa cepat membaca arah “bola” politik, lalu menempatkan calon presidennya dalam posisi yang unggul dan strategis. Sehingga membuat partai politik mau tidak mau harus mengoper bolanya, sebagai syarat terciptanya gol dan menang pemilihan presiden ini.
Berkaca dengan peran relawan di Pilpres 2014, tentu kita masih ingat, saat itu Jokowi lebih dulu dideklarasikan sebagai calon presiden oleh para relawan. Gerakan ini sebagai langkah konsolidasi, karena PDIP tempat Jokowi bernaung belum menyatakan sikap untuk mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Di sini bisa tergambar, bagaimana kerja relawan meskipun awalnya dianggap tidak memiliki kemampuan atau kekuatan yang besar, tapi secara terstruktur, jejaringnya mampu membuka ruang simpati masyarakat, yang kemudian membuat Jokowi semakin dikenal dan disukai masyarakat. Gerakan ini kemudian memberi efek yang dahsyat, membuat nama jokowi semakin diperhitungkan oleh PDIP dan partai-partai politik lainnya. Hasilnya Jokowi berhasil mendapatkan tiket capres, dan akhirnya menjadi presiden. Melihat peran relawan dari Pemilu 2014 dan 2019, maka wajar jika calon-calon presiden saat ini memberi perhatian khusus pada para Raumdeuter ini. Khususnya calon-calon presiden non-parpol, yang harus melewati langkah lebih panjang dalam mengamankan tiket maju pemilihan presiden. Kekuatan, soliditas, dan jejaring relawan yang bekerja untuk mereka, adalah kunci untuk membuat nama mereka masuk ke bursa teratas calon presiden yang akan diusung partai politik.
Peran strategis dan signifikan
Peran strategis para relawan bukan hanya dalam konteks mengoptimalkan peluang kandidat mendapatkan tiket calon presiden. Tapi juga untuk memenangkan calon presiden memenangi partai final. Bahkan hari ini, mesin relawan dianggap lebih efektif bekerja daripada mesin pemenangan politik elektoral partai. Setidaknya ada beberapa faktor yang membuat mesin relawan lebih efektif dibandingkan mesin partai. Pertama, target politik relawan adalah memenangi pilpres. Hal ini tentu berbeda dengan partai politik, yang konsentrasinya terpecah dalam pemilu serentak 2024 ini, karena juga harus memenangi pemilu legislatif ( DPR RI dan DPRD) dan pemilu kepala daerah.
Kedua, posisi tawar. Para relawan akan memiliki posisi tawar yang tinggi jika berhasil mengantarkan kandidatnya jadi presiden. Jadi kalau mereka kemudian ingin mendapatkan peran strategis, maka wajib hukumnya untuk menang. Kalau partai politik, jaring pengaman kekuasaan utamanya adalah kursi di parlemen. Semakin banyak jumlah kursinya, maka posisi tawarnya menjadi semakin tinggi. Maka partai politik pasti akan lebih konsentrasi memenangi pileg, apalagi jika calon presiden yang diusung bukan kader partainya.
Pemilu serentak akan memecah konsentrasi partai politik. Sehingga kerja-kerja relawan menjadi sangat diandalkan. Karena itu, menarik untuk kita lihat para Raumdeuter capres mana yang paling efektif bekerja dalam liga calon presiden ini, baik di babak penyisihan, perempat final, semifinal, dan Final. Musim kompetisi ini masih panjang, jadi akan banyak kejutan yang akan terjadi. Relawan akan terus bermunculan, meski nanti ada juga yang hilang, bahkan kalau di sepakbola itu ada transfer pemain, tidak menutup kemungkinan akan banyak juga relawan yang berputar haluan. Semuanya tentu menunggu timing yang pas, dan pastinya para Raumdeuter ini akan terus berlari menelusuri lapangan, melihat celah dan peluang yang tepat, untuk kemudian dikonversi menjadi gol-gol sampai akhirnya menang danmengangkat trofi juara dalam Pilpres 2024.
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda