Puncak Omicron Diprediksi Bisa Lebih Tinggi Dibanding Delta
Minggu, 06 Februari 2022 - 08:11 WIB
JAKARTA - Indonesia disebut-sebut bakal mengalami gelombang ketiga kasus Covid-19 dalam waktu dekat ini. Hal itu disebabkan munculnya varian baru Covid-19 jenis omicron. Varian baru tersebut sangat cepat menyebar di Indonesia sejak pertama kali terdeteksi.
Baca juga: Hasil Tes Negatif saat Alami Gejala Omicron, Apa yang Perlu Dilakukan?
Indonesia mengalami lonjakan kasus konfirmasi positif Covid-19 yang sangat signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memprediksi, puncak kasus omicron bakal lebih tinggi dibandingkan varian delta.
Kasus positif di Indonesia diprediksi bisa mencapai angka 300 sampai 500 ribu pada saat puncak gelombang ketiga Covid-19 akibat varian omicron ini. Pemerintah dan masyarakat diminta untuk lebih waspada dan antisipasi.
"Jadi kalau misalnya delta ketemu sampai 50 ribu, ini bisa sampai 2 atau 3 kalinya pada periode puncaknya, itu bukan berarti kasusnya cuma segitu, enggak, kita itu bisa sampai 300 sampai 500 ribu pada saat puncak," kata Dicky melalui pesan singkatnya, Minggu (6/2/2022).
Kalaupun nantinya angka positif Covid-19 tidak mencapai ratusan pada puncak gelombang ketiga, Dicky meyakini, ada keterbatasan testing dan tracing yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab, tren pada varian omicron ini menginfeksi banyak orang.
"Tren dari gelombang omicron ini pertama, dia akan menginfeksi banyak orang, empat kali bahkan lebih banyak dari delta, ini mau yang resminya maupun tidak resminya. Maksudnya yang ketemu oleh tes pemerintah dengan kemampuannya," ungkap Dicky.
Meskipun angka kasusnya diprediksi bakal lebih tinggi dari delta, diprediksi Dicky, masa periode varian omicron tidak akan berlangsung lama. Hanya saja sambungnya, bakal ada perbedaan tren puncak kasus di setiap daerah.
"Omicron ini cenderung wilayah-wilayah bisa memiliki budaya yang berbeda. Bahkan di beberapa negara, kota, atau provinsi berdekatan bisa berbeda puncaknya ada selisih satu minggu," jelasnya.
Dicky meminta, agar pemerintah lebih bisa mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 ini. Meskipun varian omicron tidak terlalu fatal, tapi bisa menyebabkan keruntuhan (collapse) pada seluruh aspek pelayanan publik, termasuk rumah sakit.
"Karena para pekerja publiknya harus isoman, termasuk di rumah sakit, nah ini yang harus diantisipasi," pungkasnya.
Baca juga: Hasil Tes Negatif saat Alami Gejala Omicron, Apa yang Perlu Dilakukan?
Indonesia mengalami lonjakan kasus konfirmasi positif Covid-19 yang sangat signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memprediksi, puncak kasus omicron bakal lebih tinggi dibandingkan varian delta.
Kasus positif di Indonesia diprediksi bisa mencapai angka 300 sampai 500 ribu pada saat puncak gelombang ketiga Covid-19 akibat varian omicron ini. Pemerintah dan masyarakat diminta untuk lebih waspada dan antisipasi.
"Jadi kalau misalnya delta ketemu sampai 50 ribu, ini bisa sampai 2 atau 3 kalinya pada periode puncaknya, itu bukan berarti kasusnya cuma segitu, enggak, kita itu bisa sampai 300 sampai 500 ribu pada saat puncak," kata Dicky melalui pesan singkatnya, Minggu (6/2/2022).
Kalaupun nantinya angka positif Covid-19 tidak mencapai ratusan pada puncak gelombang ketiga, Dicky meyakini, ada keterbatasan testing dan tracing yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab, tren pada varian omicron ini menginfeksi banyak orang.
"Tren dari gelombang omicron ini pertama, dia akan menginfeksi banyak orang, empat kali bahkan lebih banyak dari delta, ini mau yang resminya maupun tidak resminya. Maksudnya yang ketemu oleh tes pemerintah dengan kemampuannya," ungkap Dicky.
Meskipun angka kasusnya diprediksi bakal lebih tinggi dari delta, diprediksi Dicky, masa periode varian omicron tidak akan berlangsung lama. Hanya saja sambungnya, bakal ada perbedaan tren puncak kasus di setiap daerah.
"Omicron ini cenderung wilayah-wilayah bisa memiliki budaya yang berbeda. Bahkan di beberapa negara, kota, atau provinsi berdekatan bisa berbeda puncaknya ada selisih satu minggu," jelasnya.
Dicky meminta, agar pemerintah lebih bisa mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 ini. Meskipun varian omicron tidak terlalu fatal, tapi bisa menyebabkan keruntuhan (collapse) pada seluruh aspek pelayanan publik, termasuk rumah sakit.
"Karena para pekerja publiknya harus isoman, termasuk di rumah sakit, nah ini yang harus diantisipasi," pungkasnya.
(maf)
tulis komentar anda