SBY Tegaskan Kekuasaan Harus Lurus dan Dikontrol
Senin, 31 Januari 2022 - 17:53 WIB
JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) memandang bahwa aktivis merupakan elemen yang sangat penting dalam dunia politik dan kehidupan demokrasi. Banyak yang dulunya aktivis dan dewan mahasiswa, kini tampil sebagai tokoh politik nasional. Termasuk dirinya yang juga ternyata memiliki latar belakang sebagai aktivis.
"Aktivis itu menurut pandangan saya elemen yang sangat penting dalam dunia politik, dalam kehidupan demokrasi. Ini banyak teman-teman yang dulu jadi pemimpin dewan mahasiswa, Hariman Siregar, Dipo Alam, ada yang lain. Sebenarnya saya juga aktivis, tapi karena masuk akademi militer, jabatannya adalah Komandan Divisi Kortaruna, memimpin semua taruna," kata SBY dalam peluncuran biografi Dipo Alam yang berjudul "Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin" di Menara Mega, Jakarta, Senin (31/1/2022).
"Bedanya kalau mahasiswa kepada atasan bisa mengkritik, kalau taruna akademi kepada atasan saran. Begitu. Tapi kalau saya ga masuk akademi militer, mungkin sama menjadi aktivis di kampus," katanya.
SBY mengungkap, selama 10 tahun memimpin negara ini, dirinya kerap mendapatkan kritik, ketidaksetujuan dari aktivis, civil society, dan elemen masyarakat lainnya. Namun, ia meyakini bahwa semuanya hendak memastikan bahwa kekuasaan yang dimiliki dahulu dipergunakan secara benar.
"Karena dunia politik, dunia aktivis, dunia civil society itu sebetulnya the origin of power, bagi penguasa datangnya kekuasaan itu harus benar, harus lurus," katanya.
Menurut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini, seorang pemimpin bukan hanya memiliki legalitas tapi juga memiliki legitimasi. Tentu, kekuasaan yang diraih sesuai dengan tatanan konstitusi yang berlaku melalui pemilu yang jujur dan adil, sehingga betul-betul mendapat mandat yang kuat dari rakyat. "Pemimpin seperti itu sah, legitimate, dan legal," imbuh mantan Menko Polhukam ini.
Yang tidak kalah penting, sambung SBY, kaum aktivis dan komunitas sosial ini ada untuk memastikan bahwa kekuasaan itu, baik pada tingkat presiden sampai tingkat paling bawah digunakan dengan benar. Karena kekuasaan itu memerlukan kontrol dan keseimbangan dari pemegang kekuasaan lain, yakni rakyat, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Bahkan baginya, adanya kontrol itu terasa indah.
Baca juga: Megawati Pernah Marah Pidato SBY Mau Diinterupsi Kader PDIP
"Aktivis itu menurut pandangan saya elemen yang sangat penting dalam dunia politik, dalam kehidupan demokrasi. Ini banyak teman-teman yang dulu jadi pemimpin dewan mahasiswa, Hariman Siregar, Dipo Alam, ada yang lain. Sebenarnya saya juga aktivis, tapi karena masuk akademi militer, jabatannya adalah Komandan Divisi Kortaruna, memimpin semua taruna," kata SBY dalam peluncuran biografi Dipo Alam yang berjudul "Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin" di Menara Mega, Jakarta, Senin (31/1/2022).
"Bedanya kalau mahasiswa kepada atasan bisa mengkritik, kalau taruna akademi kepada atasan saran. Begitu. Tapi kalau saya ga masuk akademi militer, mungkin sama menjadi aktivis di kampus," katanya.
SBY mengungkap, selama 10 tahun memimpin negara ini, dirinya kerap mendapatkan kritik, ketidaksetujuan dari aktivis, civil society, dan elemen masyarakat lainnya. Namun, ia meyakini bahwa semuanya hendak memastikan bahwa kekuasaan yang dimiliki dahulu dipergunakan secara benar.
"Karena dunia politik, dunia aktivis, dunia civil society itu sebetulnya the origin of power, bagi penguasa datangnya kekuasaan itu harus benar, harus lurus," katanya.
Menurut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini, seorang pemimpin bukan hanya memiliki legalitas tapi juga memiliki legitimasi. Tentu, kekuasaan yang diraih sesuai dengan tatanan konstitusi yang berlaku melalui pemilu yang jujur dan adil, sehingga betul-betul mendapat mandat yang kuat dari rakyat. "Pemimpin seperti itu sah, legitimate, dan legal," imbuh mantan Menko Polhukam ini.
Yang tidak kalah penting, sambung SBY, kaum aktivis dan komunitas sosial ini ada untuk memastikan bahwa kekuasaan itu, baik pada tingkat presiden sampai tingkat paling bawah digunakan dengan benar. Karena kekuasaan itu memerlukan kontrol dan keseimbangan dari pemegang kekuasaan lain, yakni rakyat, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Bahkan baginya, adanya kontrol itu terasa indah.
Baca juga: Megawati Pernah Marah Pidato SBY Mau Diinterupsi Kader PDIP
tulis komentar anda